PART 17

226 20 0
                                    

Selalu ada kata rindu di setiap pertemuan, atau bahkan perpisahan!

___________





Safani menghentikan langkahnya, saat melihat Aby yang sedang duduk di dekat lapangan, bersama satu temannya yang sepertinya mereka berdua habis di hukum entah karna apa.

Safani memalingkan wajahnya saat matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Aby yang menatapnya dalam.

Ia masih kecewa dengan Aby yang membatalkan janjinya dan malah menjemput cewek lain. Sebenernya Safani butuh penjelasan, tapi ia sedang tidak mau melihat wajah Aby, itu semakin mengingatkannya pada kejadian tadi pagi.

Safani selalu berpikir, apa sesusah itu kah membuka hatinya untuk Safani. Sampai kapan Safani harus menunggu seperti cewek bodoh. Tapi satu yang Safani ingat, Aby selalu menyuruhnya menunggu yang entah sampai kapan. Bukannya hati manusia itu lemah, dan terkadang plin-plan? tidak sinkron dengan keputusannya sendiri. Safani hanya takut, disaat ia menunggu Aby, tapi Aby malah memperjuangkan orang lain.

Sebenernya Safani tidak peduli meskipun ia harus menunggu sangat lama. Tapi hanya satu yang Safani takutkan yaitu Aby yang berpaling kepada cewek lain sebelum Aby benar-benar bisa membuka hatinya untuk Safani. Jika boleh jujur Safani lelah jika harus mencintai seorang diri. Safani bukan seseorang yang kuat.

Safani tersentak saat sudah melihat Aby tepat di depannya. Salahkan Safani yang tidak langsung pergi dan malah melamun disini.

Aby melangkahkan kakinya lebih dekat ke arah Safani.

"Kenapa?"

Safani masih diam, ia tidak ada keinginan untuk menjawab pertanyaan yang Aby lontarkan. Tenggorokannya terasa kering, ia tidak bisa berbicara. Safani menunggu Aby yang akan mengatakan sesuatu lagi tapi nyatanya Aby hanya diam menatapnya tanpa berkedip.

Safani memalingkan wajahnya kesamping, tidak mau menatap Aby.

Tapi semakin lama dalam posisi ini membuatnya sangat canggung, apa lagi di tatap Aby dengan intens. Aby benar-benar bisa membuat jantungnya berdetak sangat cepat. Jujur saja Safani benci mengetahui ia yang hanya menyukai Aby tanpa Aby menyukainya balik.

Tangan nya di genggam dengan erat oleh Aby seolah ada ketakutan yang mendalam dari genggaman itu.

"Lo marah sama gue?"

Akhirnya Aby mengutarakan pikirannya. Sementara Safani mulai menatap Aby, Safani mengangkat dagunya tinggi terlihat sangat angkuh. Safani tidak mau terlihat jika ia benar-benar menginginkan Aby. Ia tidak mau terlihat lemah di depan Aby.

Aby hanya diam melihat perubahan Safani yang baru ia lihat. Safani bukan tipe orang yang seperti ini dan Aby tidak suka dengan sikap Safani yang seperti ini.

"Gue ada salah?"

Safani tetap diam. Sementara Aby sudah mulai prustasi, Aby menarik tangan Safani kencang ke arah yang lebih sepi. Safani yang melihat itu semakin tersenyum miring, ternyata Aby masih sama, tidak ingin seorang pun mengetahui hubungan mereka. Rasanya hatinya hancur.

Setelah sampai Aby memojokkan Safani ke belakang tembok. Lalu mencengkram erat dagu Safani. Sehingga kuku-kuku Aby sedikit tertancap di sana. Safani sedikit meringis merasakan perih.

"Gue ada salah?"

Safani mulai berkaca-kaca ia tidak percaya Aby sekasar ini. Jujur saja ini kedua kalinya ia mendapatkan kekerasan dari Aby.

"Gak usah nangis!"Aby menggeram kesal saat melihat mata itu yang siap menumpahkan air matanya"Gue bilang gak usah nangis, budek lo!!"

Safani memejamkan matanya erat-erat, Aby benar-benar membentaknya Safani benci Aby yang seperti ini.

ABYANDRA'AS (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt