sekitar pukul 07:00 pagi, adelio membuka gorden rumah sakit agar cahaya masuk ke dalam ruangan bernuansa putih itu. Tak berselang lama, tangan Aizza bergerak yang membuat Adelio langsung memanggil dokter.

Mata Aizza terbuka perlahan bersamaan dengan dokter yang baru saja datang dari luar, dokter itu langsung memeriksa keadaan Aizza, sementara Adelio masih setia berdiri di belakang sang dokter menunggu kabar baik nya. ia memberi pesan kepada teman teman, orang tua, dan mertuanya, untuk memberi tau mereka kalau Aizza sudah sadarkan diri.

''Gimana dok?'' tanya Adelio penasaran

''Alhamdulillah, kondisi nya sudah normal dan hanya tinggal menunggu masa pemulihan luka saja'' jelas sang dokter

''terima kasih dokter''

Dokter pun mengangguk lalu keluar dan meninggalkan kedua pasangan itu di dalam ruang rawat. Adelio melangkah perlahan mendekati Aizza, tapi gadis itu malah memalingkan wajah nya ke arah lain, bahkan saat Adelio ingin menyentuh tangan nya, ia malah menarik pelan tangan itu.

Adelio tersenyum hambar ''Maaf'' hanya itu yang bisa adelio katakan jika ia tak tau harus bicara apa lagi.

Aizza hanya diam tak merespon Adelio sama sekali, pedih? itulah yang saat ini Adelio rasakan. Padahal ada satu hal yang sangat ingin Adelio sampaikan pada Aizza, tapi ia tidak tau apakah Aizza akan senang mendengarnya atau tidak. Jadi Adelio mengurungkan niat nya untuk membicarakan hal tersebut sampai Aizza benar benar siap mendengar nya.

Keduanya hanya diam dan sibuk dengan fikiran masing masing, tidak ada yang mau membuka topik pembicaraan, tidak yang satupun dari keduanya yang berniat menjelaskan ataupun meminta penjelasan.


******

Setelah mendapat kabar dari Adelio pagi tadi, kedua orang tua Aizza dan Adelio sudah tiba di rumah sakit, begitu juga anggota inti Blues Eagle.

Aqila menggenggam tangan putri nya dengan lembut ''Za, jangan diamin Adelio terus, kasihan dia, semalaman jagain kamu sampai tidak peduli dengan kesehatan nya'' ujar Aqila lembut, mereka tidak tau pasti apa masalah di antara kedua pasangan itu.

Aizza hanya diam tak mengeluarkan sepatah kata pun, sesekali air mata nya jatuh yang membuat Adelio ikut merasakan sesak dalam dada nya.

Hasan memegang pundak putra nya yang berdiri tak jauh dari brankar Aizza ''Abi mau bicara'' ucap Hasan dan jalan lebih dulu lalu di ikuti oleh Adelio di belakang nya.

Kedua orang itu berjalan menuju Rooftop rumah sakit, anggota inti masih setia duduk di depan ruangan karena tidak diperbolehkan masuk terlalu banyak. Mereka menatap kepergian ayah dan anak itu dengan mengerutkan dahi, karena tak ingin terlalu ambil pusing, ke lima remaja itu pun kembali berbincang membahas sesuatu yang bisa di bahas walaupun tidak bermanfaat.


******


''Ada apa Bi?'' tanya Adelio to the point begitu tiba di Rooftop, ia berdiri di samping Hasan namun enggan menatap sang ayah, ia hanya menatap sendu keindahan kota dari atas sana.

Hasan menghela nafas berat ''Kamu gak ngerasa bersalah? gara gara geng motor gak jelas kamu itu, Aizza sampai celaka kayak gini'' ketus Hasan

Adelio terkekeh sinis ''Kalau Abi gak tau apa permasalahan nya, jangan salahin keluarga Alfa''

ADELIO [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang