Bab 044: Pertarungan Menara Persembahan (Bagian 5)

3 0 0
                                    

Diky dan Dimas langsung bergegas pergi. Dengan berkah dari Kristal Angin, mereka dapat berlari dengan sangat cepat hingga nyaris tak dapat terlihat secara kasat mata. Namun sayang, kedua lelaki itu kemudian merasa bahwa Menara Persembahan akan roboh cepat atau lambat, terlihat dari serpihan puing-puing yang mulai berjatuhan.

“Kalian tak perlu khawatir. Aku akan mencegah kehancuran tempat ini.”

Diky dan Dimas mengenali bisikan gaib tersebut berasal dari Nadella. Namun, dua lelaki itu masih belum dapat merasa tenang dengan keadaan saat ini. Dari kejauhan tampak sebuah dinding dengan retakan yang semakin melebar, pertanda tidak sanggup lagi menopang langit-langit di atasnya. Mereka mengerahkan lebih banyak kekuatan dari Kristal Angin hingga membuatnya semakin melesat. Benar saja, dalam sepersekian detik dinding tersebut langsung roboh di belakang Diky dan Dimas.

Di lantai selanjutnya, Diky dan Dimas harus berjuang menghindari puing-puing yang tak henti-hentinya berjatuhan. Bahkan Diky nyaris saja tertimpa sebongkah batu besar yang jatuh tepat di sampingnya. Beruntung, batu itu sama sekali tidak mengenainya karena sempat berlari terlebih dahulu.

“Kita harus berlari dalam satu barisan! Siapa tahu ada batu yang jatuh seperti tadi!” teriak Diky.

Dimas hanya mengangguk dan terus berlari. Tak lama kemudian, ia dan Diky akhirnya sampai ke tangga menuju lantai sebelumnya. Mereka menuruni satu per satu anak tangga dengan penuh kehati-hatian, karena khawatir akan terjatuh sehingga memperlambat perjalanan.

Masih sama seperti lantai sebelumnya, Diky dan Dimas masih harus berjibaku dengan puing-puing yang terus berjatuhan tanpa henti. Berkali-kali pula mereka harus kembali mengerahkan kekuatan Kristal Angin untuk menghindari dinding yang dapat roboh secara tiba-tiba. Tak hanya sampai di situ saja, dua Utusan Suci itu kembali menuruni anak tangga dengan penuh kehati-hatian.

Diky dan Dimas terus menuruni lantai demi lantai penuh dengan rasa cemas, takut-takut jika Nadella sudah tak kuat menahan runtuhnya Menara Persembahan. Benar saja, begitu sampai di lantai ke-lima Dewi Penjaga Kristal Suci tersebut kembali berbisik dengan nada lirih. “Aku sudah tidak sanggup lagi. Cepat keluar dari sini.”

Tak punya pilihan lain, Diky meminta Dimas untuk melompat menerobos jendela beberapa meter di hadapannya. Setelah menambah kecepatan, mereka langsung melakukan hal tersebut hingga membuatnya terjun bebas. Dimas dapat mendarat dengan mulus ke daratan tanpa luka yang berarti. Namun ia sempat merasa aneh, mengapa tubuhnya dapat menjadi sangat ringan setelah terjun dari ketinggian seperti itu?

Sayang, Diky berteriak kesakitan karena merasa kakinya patah akibat salah mendarat, ditambah oleh beban dari tubuh Beatrice di tangannya. Beruntung, lelaki itu sempat menggunakan sihir memperlambat waktu saat terjun bebas, lalu memposisikan tubuhnya memeluk sang Putri supaya tidak membentur keras ke tanah. Namun sayang, Diky harus tertindih oleh gadis itu sebagai konsekuensinya.

Cecilia berlari menghampiri kedua lelaki tersebut dan bertanya dengan ekspresi kekhawatiran yang sangat besar. “Kalian tidak apa-apa?!”

Dengan sigap Dimas berdiri dan mengangguk singkat, menjawab pertanyaan Cecilia barusan. Lelaki itu langsung menoleh ke arah Diky dan bertanya, “Diky, apa yang terjadi? Aku dengar kamu teriak dengan keras.”

Diky yang masih memeluk Beatrice hanya diam, sembari terus mengatur napasnya yang terengah. “Tenanglah. Aku hanya terkilir saja,” jawab lelaki itu meski tampak meringis kesakitan.

“Mana mungkin kau hanya terkilir saja, setelah jatuh dari ketinggian seperti itu!” ujar Cheryl yang khawatir setengah mati.

Diky kembali terdiam. Ia sama sekali tak bisa menyangkal, bahwa kakinya patah akibat pendaratan yang salah dan beban yang ditangannya. Tak habis pikir dengan reaksi pemuda tersebut, Cheryl hanya menggeleng pelan lalu berdecak pinggang. “Aku yakin kakimu itu patah. Jadi, jangan berlagak sok kuat.”

Utusan Kristal SuciWhere stories live. Discover now