Bab 039: Misi Penyelamatan (Bagian 3)

2 1 0
                                    

Setelah meninggalkan Howell's Smithy, Diky dan Dimas tampak bergegas menuju gerbang utama di sekitar selatan Baviles. Meski mendapat tatapan tak mengenakkan dari warga sekitar yang ditujukan kepada Diky, dua lelaki tersebut berusaha mengabaikannya dan terus berjalan maju. Namun, Dimas merasa prihatin dan hanya berharap semoga kesalahpahaman ini akan segera usai.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan," ujar Diky datar seolah tahu apa yang Dimas pikirkan, dan terus berjalan ke depan.

Dimas refleks melirik ke arah Diky yang berada di sampingnya dengan ekspresi terkejut. "Umm, aku hanya tidak sanggup melihat orang-orang memperlakukanmu seperti itu," ucapnya mengalihkan topik pembicaraan.

Diky hanya menghela napas sesaat tanpa menghentikan langkah kakinya. "Aku yakin mereka akan berubah pikiran setelah kita berhasil menyelamatkan Tuan Putri."

Dimas pun turut menghela napas, namun dengan ekspresi penuh harap. "Yah, semoga saja begitu."

Tak terasa kini Diky dan Dimas mulai melihat gerbang masuk yang berada beberapa meter di hadapannya. Rupanya di sana Cheryl beserta Cecilia dan lima prajurit istana yang tampak sedang mengendarai kereta kuda. Mereka terlihat seperti sedang menunggu kedatangan dua Utusan Suci tersebut.

Cheryl langsung menoleh ke arah Diky dan Dimas dan berujar, "Oh, akhirnya datang juga kalian."

Dimas menggaruk kepala dengan ekspresi canggung dan berkata, "Yah, tadi kami mampir sebentar ke Howell's Smithy untuk mengambil baju zirah pesanan Diky."

Cheryl melirik Diky yang mengenakan zirah lengkap dengan sebuah pedang melengkung di pinggangnya. Gadis itu memutar bola mata dengan ekspresi tak acuh lalu berujar ketus, "Oh, jadi dia yang membuat kita menunggu sedari tadi?"

Diky hanya bungkam untuk menghindari perdebatan, meski dalam hatinya terbakar rasa kesal. Kemudian Cheryl menunjuk salah satu kereta kuda yang berada di dekatnya dengan ibu jari dan berujar, "Cepat naik. Kita tidak punya banyak waktu."

Tiba-tiba Diky melirik ke arah gadis pemburu itu dan menyela percakapan. "Hei, apa kau lupa Elina masih belum datang?"

Cheryl hanya berdecak untuk meluapkan kekesalan dalam hatinya. Sedangkan Diky pun menambahkan, "Lagi pula, aku punya kendaraan yang jauh lebih cepat."

Sejurus kemudian Diky bersiul sekencang mungkin ke arah luar gerbang. Tiba-tiba Cheryl menoleh ke arah lelaki itu dan berujar, "Oi, oi, oi! Jangan bilang kalau kau memanggil 'dia' ke sini!"

Diky balik menoleh ke arah gadis pemburu itu dengan seringaian sinis. "Kalau iya, memangnya itu masalah buatmu?"

Dimas hanya melihat Diky dan Cheryl bergantian karena keheranan. "Emm, sebenarnya siapa yang kalian maksud?" tanya Dimas bingung.

Diky dan Cheryl hanya diam, meski menatap tajam satu sama lain. Beberapa menit kemudian, secara samar-samar terdengar derap langkah kaki dari seekor binatang dari kejauhan. Perlahan namun pasti, suara hewan tersebut makin keras terdengar mendekati Ibu Kota Kekaisaran. Diky kembali menyeringai dan bergumam, "Akhirnya, datang juga dia."

Tak berselang lama, terlihat seekor burung unta dengan tubuh yang jauh lebih besar dan juga kekar menerobos keluar dari dalam hutan yang mengelilingi Baviles. Ia terus berlari menyusuri jalan setapak yang diperkirakan sejauh lebih dari dua puluh meter secepat mungkin. Saking cepatnya, binatang tersebut pun tiba tepat di depan gerbang utama hanya dalam hitungan beberapa detik saja.

Burung unta yang dikenal dengan Sprinter tersebut mengepakkan sayapnya beberapa kali. "Kwaaaak. Ada apa Tuan memanggil saya, kwaaaak?"

Seketika kedua mata Dimas terbelalak lebar. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa hewan tersebut dapat berbicara layaknya manusia. Lelaki itu langsung bertanya pada Diky sebelum ia sempat menjawab. "Hei, kenapa dia bisa berbicara?"

Utusan Kristal SuciWhere stories live. Discover now