Bab 042: Pertarungan Menara Persembahan (Bagian 3)

5 0 0
                                    

Begitu memasuki Menara Persembahan, Diky meminta Dimas untuk mengikutinya. Mereka langsung bergegas menaiki satu per satu lantai dalam bangunan tersebut. Namun sayang, gerombolan goblin terus berdatangan dalam beberapa kelompok kecil berusaha untuk mencegat langkah kedua Utusan Suci itu. Beruntung, mereka dapat mengalahkan para goblin dengan bantuan bisikan gaib dari Nadella, yang meminta keduanya untuk bertarung secara fisik atau menggunakan sihir.

Begitu memasuki lantai ke-sepuluh, Dimas merasakan ada hal yang ganjil. Sedari tadi ia hanya melihat lorong dengan penerangan kurang memadai, walaupun terdapat banyak jendela yang terbuka. Tidak hanya sampai di situ, lelaki itu sama sekali tak menemukan tangga menuju ke lantai berikutnya. Padahal dia dan Diky sudah berlari cukup jauh, namun hanya terus menyusuri lorong yang sama dan tak ada habisnya.

“Hei, Diky. Apa kamu merasa ada yang aneh?” tanya Dimas tanpa memperlambat larinya.

“Benar juga. Aku rasa, lorong di sini seolah tak berujung,” ujar Diky sembari terus berlari.

Diky meminta agar berhenti untuk memeriksa keadaan sekitar. Ia memejamkan kedua matanya dan mengerahkan kekuatan sihir, lalu seketika pupil matanya berubah ketika kembali membukanya. Kedua bola mata lelaki itu berwarna kuning keemasan, akibat efek dari sihir Mata Pengungkap. Ia mendapati aura hitam pekat, pertanda ada magis kegelapan yang sedang menyelimuti dirinya.

“Sialan! Ini pasti pengaruh sihir ilusi!” ujar Diky kesal.

Dimas seketika tertegun untuk sesaat lalu berujar, “Hah? Apa kamu tahu cara untuk menghilangkannya?”

Diky hanya mengangguk singkat dan menjawab, “Kita keluarkan sihir Cahaya Suci secara bersamaan. Sihir ilusi di sini terlalu kuat.”

Dimas hanya mengangguk singkat. Diky meminta sahabatnya itu untuk saling membelakangi, lalu mengangkat tangan kiri dan mengumpulkan tenaga sihirnya. Setelah beberapa saat kemudian, sebuah cahaya keemasan muncul dari tangan kedua Utusan itu hingga menyebar ke sekitarnya. 

Kini Diky tak lagi melihat aura kegelapan masih menyelimuti, dan langsung menutup matanya untuk menghentikan sihir Mata Pengungkap. Kemudian ia langsung mengambil satu botol ramuan penyembuh tenaga magis dan meminumnya sampai habis.

“Apa kamu kehabisan tenaga sihir lagi?” tanya Dimas sedikit khawatir.

Diky hanya mengangguk singkat lalu memijit pelipisnya. Namun, kekhawatiran masih menyelimuti benak Dimas setelah melihat keadaan sahabatnya itu. “Apa kamu masih kuat, Diky?”

“Tenang saja. Aku masih bisa lanjut,” jawab Diky lalu mengatur napasnya yang sedikit berat.

Dimas menghela napas panjang lalu menasihati, “Bukannya sudah kubilang, jangan terlalu memaksakan dirimu.”

“Baiklah. Aku akan lebih berhati-hati lagi,” kata Diky dengan raut wajah bersalah.

Setelah merasa cukup beristirahat, Diky dan Dimas kembali melanjutkan perjalanannya. Setelah menyusuri lorong yang cukup jauh, kini mereka menemukan tangga. Tak mau menunda waktu lagi, kedua Utusan Suci tersebut langsung bergegas menuju lantai selanjutnya.

Namun sayang, tepat tak jauh dari tangga terlihat Medusa, makhluk mitologi berwujud wanita dengan rambut ular, menyambut kedatangan Diky dan juga Dimas. Diky langsung memalingkan wajah untuk mengalihkan pandangan lalu berujar lantang,  “Dimas, jangan tatap matanya! Dia bisa merubahmu jadi batu!”

Dimas yang seketika terkejut bukan main refleks membalikkan tubuhnya agar tidak menatap Medusa itu. Sementara Diky mengangkat tangan kirinya dengan posisi menengadah ke atas lalu mengerahkan tenaga sihir yang cukup besar, tanpa sedikit pun menoleh ke arah makhluk di hadapannya itu. Tak berselang lama, Diky langsung mengeluarkan serangan magis berupa api yang besar dan langsung membakar sekujur tubuh Medusa, hingga membuatnya menjerit sekeras mungkin dan meronta-ronta akibat rasa panas yang dirasakannya. Tak butuh waktu lama, makhluk setengah manusia itu langsung terkapar tak bernyawa dengan tubuh hangus terbakar.

(Cancelled) Utusan Kristal SuciWhere stories live. Discover now