Bab 022: Kejanggalan

10 1 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lamanya, Dimas dan lainnya telah tiba di Baviles. Baru saja memasuki gerbang kota tersebut, ratusan orang menyambut kedatangan rombongan Utusan Suci itu. Suasana riuh terdengar dari penduduk ibu kota yang nampak berbaris sejajar di sisi jalan utama. Mereka sangat senang karena putri dari sang Kaisar dapat kembali dengan selamat setelah dibawa pergi oleh Ksatria Kegelapan. Bahkan sepanjang perjalanan menuju istana, suasana keceriaan nampak tak kunjung berhenti. Dari dalam kereta, Dimas, Elina dan Beatrice melambaikan tangan kepada para warga, meski dalam hati merasa sedikit terpukul.

Setibanya di istana, dua tentara yang berjaga di pintu bergegas mengantar Dimas dan lainnya mengantarkan mereka untuk menemui Alfonso. Setibanya di ruang singgasana, pemimpin Kekaisaran Henada itu langsung turun dari kursi tahta dan memeluk Beatrice. Ia sangat senang buah hatinya dapat kembali tanpa luka sedikit pun. Dimas beserta dua rekannya langsung berlutut memberi hormat pada sang Kaisar.

Beberapa saat kemudian, Alfonso melepas pelukan dan menatap Dimas dan kawan-kawan. Dengan senyum sang Kaisar berucap, "Saya benar-benar berterima kasih pada kalian, wahai Utusan Suci dan kawan-kawan. Jika Beatrice tidak kembali, saya tidak tahu harus bagaimana lagi."

"Saya hanya menjalankan tugas dari Anda, Yang Mulia. Yang Mulia tidak perlu berterima kasih kepada saya," ucap Dimas seraya menunduk, seakan tidak mengurangi rasa hormat kepada pemimpin Kekaisaran Henada.

Alfonso kembali duduk ke kursi singgasana. Senyum hangat masih terukir di wajah Kaisar Henada itu. "Anda tidak perlu merendah begitu. Jasa Anda sungguh sangat besar."

"Tuan Putri dapat kembali dengan selamat saja sudah membuat kami senang, Yang Mulia," ucap Dimas penuh hormat.

Alfonso memanggil kepala pelayan yang berada di belakang dan berbisik padanya. Setelah mendapat perintah dari sang Kaisar, kepala pelayan itu langsung meninggalkan ruang singgasana. Alfonso tersenyum ke arah Dimas dan kawan-kawan lalu berkata, "Atas kerja keras kalian, kami sudah menyiapkan sedikit hadiah."

"Kami sangat berterima kasih, Yang Mulia. Kami merasa sangat terhormat," ucap Elina.

Dimas melirik ke arah Cheryl. Sedari tadi dia hanya diam dengan tatapan tajam penuh amarah. Namun, Dimas mengurungkan niat untuk bertanya pada rekannya itu karena masih menghadap sang Kaisar.

Beberapa saat kemudian ketua pelayan memasuki ruang singgasana sembari membawa peti kayu kecil lalu berjalan mendekati Alfonso. Sang Kaisar meminta pelayannya itu untuk membuka kotak dan berucap, "Ini sedikit hadiah dari kami, wahai Utusan Suci. Ambillah."

Dimas mengangguk pelan. Kemudian ia berdiri dan mengambil peti di tangan ketua pelayan, yang berisi lima belas keping koin emas berukuraan sedang. "Terima kasih banyak atas pemberian dari Anda, Yang Mulia. Saya merasa sangat senang."

"Satu lagi. Kami mengundang Anda sekalian ke jamuan malam nanti," ucap Alfonso.

Dimas sedikit membungkuk untuk memberi hormat. "Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak, Yang Mulia. Kami pasti akan datang."

Alfonso mengangguk sembari tersenyum. "Kalian boleh pergi untuk beristirahat."

Dimas kembali membungkuk dan berjalan mundur mendekati kedua rekannya. "Kalau begitu kami permisi dulu, Yang Mulia."

Alfonso hanya mengangguk lalu mempersilakan Dimas dan lainnya, sedangkan dua pelayan wanita masuk dan membawa Beatrice meninggalkan singgasana. Tak mau berlama-lama, Utusan Suci itu dan dua rekannya langsung bergegas pergi dengan diantarkan oleh dua penjaga istana.

Saat di lorong istana, Dimas menoleh ke arah Cheryl lalu bertanya, "Apa kamu baik-baik saja, Cheryl? Dari tadi kamu hanya diam saja."

"Itu bukan urusanmu," jawabnya seraya melirik sekilas.

Utusan Kristal SuciWhere stories live. Discover now