Bab 027: Akhir Dari Sang Ksatria Kegelapan

0 0 0
                                    

Hari baru pun tiba. Dimas seketika terbangun ketika sinar matahari menyinari wajahnya, seolah-olah seperti jam alarm baginya. Setelah melakukan sedikit peregangan dan membasuh wajah, lelaki itu langsung memakai baju zirah dan menyiapkan tombaknya. Karena perutnya merasa sedikit lapar, ia pun langsung bergegas meninggalkan kamar dan berjalan menuju kedai di lantai bawah.

Setelah memesan sebuah roti dan segelas jus anggur, Dimas langsung duduk di kursi kosong yang menghadap ke arah meja resepsionis dan menyantap makanannya. Namun, tiba-tiba datang seorang tentara beserta dua lelaki berumur sekitar 40 tahunan menemui Margaret. Dua orang tersebut mengaku sebagai pedagang keliling dan melaporkan penyerangan kota Cagon sebelumnya. Mereka juga memberitahu, bahwa Ksatria Kegelapan juga terlibat dalam kejadian tersebut.

Dimas yang sedang asyik menyantap makanan paginya seketika berhenti. Dia merasa bahwa Ksatria Kegelapan yang dimaksud adalah Diky, Utusan Kristal Suci sebelum dirinya. Dimas langsung meneguk jus anggur untuk membersihkan kerongkongannya lalu beranjak mendekati meja resepsionis.

"Maaf jika saya lancang menyela pembicaraan Anda. Bisakah saya tahu detil kejadiannya?" tanya Dimas serius.

Dua pedagang itu menanyakan identitas Dimas, yang mengaku sebagai petualang di Kekaisaran Henada. Margaret pun menambahkan, bahwa Dimas adalah Utusan Kristal Suci yang baru. Namun, dua pedagang tersebut merasa sangsi dan malah menganggap semua itu hanya omong kosong belaka.

Tidak ada pilihan lain. Dimas mengeluarkan liontin Kristal Suci dari balik baju zirahnya, yang seketika mengeluarkan cahaya emas. Tidak hanya itu saja, bisikan Nadella terdengar di penjuru ruangan yang mengatakan bahwa memang benar Dimas adalah utusan-Nya yang baru. Dua pedagang itu langsung percaya dan meminta maaf atas perbuatan lancang mereka sebelumnya.

Kedua pedagang itu menceritakan detil peristiwa penyerangan kota Cagon. Mereka yang sedang berdagang melihat sekumpulan goblin menyerbu seisi kota. Mereka menyerang penduduk lelaki dengan senjata tajam, sedangkan sebagian lainnya melakukan tindakan asusila kepada para wanita. Beruntung, dua pedagang itu berhasil meloloskan diri meski terpaksa harus meninggalkan barang dagangannya. Di tengah upaya pelarian, mereka melihat Ksatria Kegelapan membunuh para tentara penjaga sehingga membuat keduanya harus meninggalkan kota sesegera mungkin.

Setelah mendengar detil kejadian tersebut, batin Dimas seketika bergejolak oleh api amarah. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat diiringi tatapan tajam. "Kejam sekali. Aku tidak bisa diam begitu saja," gumamnya geram.

"Saya khawatir jika Nagona akan menjadi sasaran berikutnya. Mengingat jarak kota itu cukup dekat dengan Cagon," ujar salah satu pedagang.

Dimas, Margaret dan tentara penjaga Baviles seketika tertegun. Dengan wajah serius Margaret menoleh ke arah Dimas dan bertanya, "Dimas, apa kamu bersedia mengambil pekerjaan ini?"

Dimas mengangguk pelan dengan ekspresi wajah yang sama. "Kalau begitu, saya akan beritahu Cheryl dan juga Elina lalu bersiap pergi ke Nagona."

"Tunggu dulu. Ksatria Kegelapan itu sangat kuat. Apa kau yakin bisa melawannya?" sela pedagang lain dan berkata pada Dimas.

"Saya pernah melawannya sekali dan menang. Jadi, saya mampu jika harus menghadapinya lagi," jawab Dimas penuh keyakinan.

Dua pedagang tersebut menghela napas lega. Salah satu dari mereka berkata, "Syukurlah. Semoga kau bisa kembali dengan selamat, wahai Utusan Suci.

Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Dimas izin pamit dan bergegas meninggalkan Serikat Petualang. Dengan batin yang berkecamuk, lelaki itu berjalan cepat menuju Howell's Smithy untuk menemui Elina. Lelaki itu juga berfirasat buruk, karena yakin dia akan kembali bertarung melawan Diky, sahabat semasa kecilnya.

Utusan Kristal SuciWhere stories live. Discover now