-

Hujan yang mengguyur fransem dari pagi akhirnya terhenti saat menjelang siang. Dan di sinilah Selena berada, di pos tempat para tenaga medis berada.

Selena memasuki ruangan tempat Cleo berada, saat membuka pintu, Selena langsung di suguhkan dengan punggung lebar Cleo yang sepertinya sedang menghitung sesuatu.

"Permisi.."

Cleo berbalik, lelaki itu terlihat terkejut, namun dalam sekejap langsung merubah ekspresi nya dengan raut ramah dan senyum manis.

"Lady..rupanya anda sudah datang, kemari lady, maaf jika ruangan saya berantakan."

Selena mengangguk, lalu masuk di ikuti pengawal yang membawa beberapa kotak berisi keperluan pembuatan obat penawar itu. Setelah menaruh kotak itu, pengawal tadi lantas keluar.

"Apa ini, lady?" tanya Cleo heran.

Selena membuka kotak kotak itu. "Ini adalah alat alat meracik obat itu, apakah anda sudah menghubungi peracik obat seperti yang saya minta?"

"Ya, dia ada di luar, sebentar saya akan menyuruhnya kemari."

Selena mengangguk, lalu Cleo keluar dari ruangan. Selena berjalan mendekat ke arah rak rak berisi bahan bahan utama dari obat penawar itu.

"Lady, ini dia pengracik obatnya."

Selena tersentak saat Cleo menepuk bahunya. "A-ah iya," Selena berbalik dan langsung bertemu pandang dengan wanita berambut putih itu. Wanita itu tersenyum lembut saat menatapnya.

Selena ikut tersenyum, dia mendekat lalu menjabat tangan wanita itu. "Terimakasih sudah datang dan berkenan membantu kami, perkenalkan aku Selena."

Wanita itu mengangguk. "Sama sama, Selena, sudah tugas saya. Perkenalkan aku Jelia."

"Senang bertemu dengan anda."

Jelia terkekeh lalu menepuk bahu Selena,
"Tidak perlu terlalu kaku, Selena. Panggil saja aku kak Jea."

"A-ah baik, kak Jea." Selena ikut terkekeh, canggung.

"Ekhem!" Cleo berdeham keras, membuat kedua perempuan itu menoleh ke arahnya dengan alis tertaut, bingung.

Cleo menyengir kuda. "Apakah pekerjaan kita sudah bisa di mulai? Kita harus segera membuat obat itu."

"Baiklah, ayo."

-

Setelah menguji coba dengan memberikan obat berbentuk pil yang sudah mereka racik kepada orang yang terjangkit, mereka harus menunggu beberapa jam untuk memastikan obat itu bekerja.

Hampir 5 jam mereka menunggu, namun, tak ada perubahan. Padahal, jika menurut prediksi obat itu akan bekerja 1 jam setelah di minum.

"Sepertinya ada yang kurang.." Jelia kembali mengoreksi obat itu. Dan setelah jadi pil, dirinya kembali memberikan kepada orang yang terjangkit dan dengan sukarela menjadi bahan uji coba obat itu.

Mereka kembali menunggu. Namun, lagi lagi tidak ada perubahan serius dari mereka yang meminumnya.

Peluh di dahi mulai bercucuran akibat tubuh mereka yang bekerja keras meracik obat itu yang gagal berkali kali.

Penampilan beberapa ahli medis terlihat berantakan, begitupun dengan Selena, Jelia dan Cleo. Ketiga orang itu terlihat begitu sibuk dari yang lain, sebab mereka lah yang meracik obatnya. Dan beberapa tenaga medis akan mencoba menguji coba obat itu pada beberapa orang yang terjangkit.

Namun, bahu mereka merosot saat melihat obat itu kurang bekerja dan bahkan tidak berefek.

Selena mengernyitkan alisnya dalam, mencoba mengulik memori masa lalunya, dan ya! Selena mengetahui apa yang kurang dari obat yang mereka racik. "Kak jea, bagaimana jika kita menambahkan lebih banyak jahe? Sebab jahe memiliki banyak manfaat salah satunya, bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh, jahe juga kaya akan antioksidan, serta membantu melawan infeksi, dan juga Membantu proses detoksifikasi dan mencegah penyakit kulit."

Jealin mengangguk. "Benar, sepertinya kita harus menambah kan lebih banyak jahe. Tapi..akan sedikit terasa lebih pedas karena jahe mengandung senyawa aktif bernama Gingerol."

"Saya rasa itu tidak masalah, lagipula bentuknya pil, dan terbungkus kapsul." timpal Cleo.

"Baiklah, besok kita coba. Sekarang sudah terlalu larut. Aku dan kalian juga membutuhkan istirahat." putus Jealin.

Selena mengangguk setuju. "Ya, aku sepertinya harus pulang, Duke Azer sudah menunggu ku."

Selena mengemasi barang barangnya, lalu setelah berpamitan singkat pada keduanya, Selena langsung berlari menuju kereta kuda tempat ayahnya berada.

Namun karena melupakan sesuatu, Selena lantas berbalik lagi, dan masuk ke dalam tenda pos.

"Lady Selena? Anda kembali? Apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya Cleo secara beruntun.

Selena mengangguk, pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan."Iya, aku melupakan gelangku. Nah! Itu dia."

Selena mengambil gelang itu—gelang pemberian ayahnya—dengan cepat. "Aku pulang dulu, Cleo. Terimakasih!" kata Selena dengan cepat lalu kembali lari keluar.

Sungguh, tubuhnya sangat lelah saat ini. Selena langsung menaiki kereta kuda dan mendudukkan dirinya dengan nyaman tanpa memperdulikan orang yang berada di samping nya.

"Apakabar, Selena?"

Mendengar suara dalam dengan aksen di seret itu membuat Selena merinding, itu bukan suara ayahnya. Selena menoleh matanya melebar saat menyadari siapa orang itu, untuk sesaat Pandangannya dengan laki laki itu bertemu.

Tercetak seringai di wajah tampan Arviant. "Lama tidak bertemu, istriku."

-

Wow wow apa nich???😋

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan comment 😍💛


Selena's Second LifeWhere stories live. Discover now