Hati yang terkunci

Mulai dari awal
                                    

Perjalan yang panjang membuat Ameera lelah, ia tertidur. Devan melihat ke arah Ameera sekilas, banyak penderitaan yang telah dihadapi oleh adiknya. Devan sangat ingin Ameera bahagia dan menemukan cinta sejati, merasa dicintai bukan disakiti, Devan ingin melihat Ameera bahagia tanpa merasakan kesedihan tapi nyatanya Allah memiliki takdir yang telah ditulis sebaik-baiknya. 

setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya sampai pada tujuan. mobil memasuki kawasan pesantren, terlihat beberapa santri yang sedang berbincang-bincang dikantin atau hanya sekedar jajan. Devan membangunkan Ameera, keluar dari mobil dan melihat pohon mangga.

bukan karena Devan menginginkan mangga tapi dia melihat seorang laki-laki yang memanjat pohon, mengenakan sarung tidak menjadi penghalang . dua orang yang berada dibawah pohon menjadi penjaga agar mereka bisa melihat situasi, meski mereka tidak menyadari kehadiran Devan yang sedang memantau Devan tetap tidak akan memarahi nya, karena menurutnya semua yang ada di pesantren itu milik santri. 

"Afwan gus Devan, di panggil sama pak kyai di aula " ucap salah satu santri putra yang menghampirinya, Devan berterimakasih kepada santrinya.

"abang ke abi dulu, kamu duluan aja." Devan pergi.

Ameera berjalan memasuki gerbang yang bertuliskan 'Asrama Putri' setelah melewati kantor informasi Ameera melihat santri putri yang sedang piket sore, mereka menyapa dan mencium tanggan Ameera. pesantren memiliki 6 bangunan asrama, 3 asrama putri dan 3 asrama putra. satu bangunan asrama bertingkat 3 antara putra dan putri dibatasi tembok yang menjulang tinggi. memiliki 2 gerbang antara putra dan putri, didepan gerbang hanya ada parkiran, kantin, supermaket mini untuk wali santri yang sedang berkunjung.

kantin santri terletak dibagian belakang asrama, disetiap gerbang pasti ada kantor informasi dan penjaga. santri tidak akan bisa kabur atau bertemu antara santri putra dan santri putri, jika itu terjadi akan mendapatkan pelanggaran bagian keamanan dan akan dihukum sesuai proker (program kerja) pondok pesantren bina ul'lum.

setelah melewati asrama putri dan sekolah putri, Ameera lalu berjalan kearah pintu utama yang mengarahkan ke rumah yang cukup sederhana namun luas, rumah itu milik pak kyai dan bu nyai.

"Ning kapan dateng?" tanya salah satu santri yang sedang membersihkan halaman rumah, ia langsung mencium tangan Ameera.

"baru tadi sa, umi ada di rumah?" tanya Ameera memastikan.

Safira mengingat-ingkat sebentar." tadi umi pergi sama gus Refan, belum pulang ning"

"kemana?" tidak biasanya umi pergi bersama kakaknya Refan, karena yang ia tau Refan paling susah jika disuruh mengantar.

"hmm.. kurang tau ya ning, soalnya umi cuman bilang 'jagain rumah ya sa, umi mau pergi' gitu ning" jelas safira dan memberitahukan bagaimana umi memberikan amanah untuknya.

Ameera tersenyum dan berterimakasih. lalu masuk kedalam rumah, terlihat di ruang tamu ada beberapa teh dan kopi, seperti ada tamu yang baru saja datang. Tapi Ameera tidak mengambil pusing ia langsung masuk kedalam kamarnya untuk beristirahat. saat matanya sudah mulai menutup tiba-tiba terdengar perbincangan antara seseorang yang sangat ia kenali.

" tapi Rehan gak bisa bi" ucap Rehan lembut tapi penuh penekanan.

Ameera bangun dari tidurnya, mendengar kakanya yang berkata tidak bisa membuatnya semakin penasaran apa sebenarnya yang sedang kakak dan abinya bicarakan. apakah hal tersebut sangat serius hingga ka rehan begitu menolak?

Aksara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang