31 Krystal's Family

Start from the beginning
                                    

"Kau tidak sadar apa yang kau lakukan hm? Kau bisa saja terluka sayang." ujar Zac membawa tubuh Krystal ke dalam dekapannya.

"Tapi aku baik-baik saja Dad. Dom menolongku." balas Krystal dengan lirih. Gadis itu mendongak menatap ayahnya dengan sorot mata penuh permohonan.

Zac tidak mengatakan apapun lagi. Pria itu kembali menatap Dom yang kini sedang memandangi Krystal dengan tatapan dalam. Zac bisa membaca gerakan Dom. Pria itu bukan pria yang dengan mudah akan dikalahkan. Gerakannya sangat cepat, seperti gerakannya saat masih muda. Bahkan pria itu bisa masuk ke dalam rumahnya tanpa ketahuan untuk beberapa saat.

***

Krystal membalut perban di sekitar bahu dan punggung Dom dengan hati-hati. Gadis itu sudah mengeluarkan 2 peluru yang masuk cukup dalam ke tubuh Dom. Akibatnya Dom kehilangan cukup banyak darah.

"Kenapa kau melakukan itu? Kau terluka cukup parah sekarang." tanya Krystal dengan wajah sendu.

"Ini lebih baik daripada kau yang mendapatkannya. Tubuh rapuhmu tidak akan bisa bertahan." Jawab Dom dengan wajah pucatnya.

"Dasar bodoh." ucap Krystal lirih. Gadis itu menatap Dom dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Bagaimana keadaanmu? Kau masih sakit saat aku pergi." tanya Krystal dengan wajah menyesal.

"Dia merawatku. Hanya saja dia mengurungku makanya aku tidak bisa ke sini lebih cepat." Jawab Dom.

"Tubuhmu sudah sembuh saat kau ke sini?" Krystal masih mengkhawatirkan keadaan Dom sampai detik ini.

"Aku tidak mungkin ke sini kalau belum sembuh. Dia memberikan perawatan terbaik." jawab Dom mengangkat sebelah tangannya sambil mengepalkan telapaknya. Menunjukkan kalau dia baik-baik saja.

"Benarkah? Aku harus berterimakasih pada Aldrich nanti." ujar Krystal sedikit tersenyum.

Dom kembali menurunkan tangannya. Ia menatap Krystal dalam.

"Aku merindukanmu." ucap Dom tulus.

Krystal menatapnya dengan mata yang kembali berkaca-kaca. Gadis itu beranjak memeluk Dom dengan pelan.

"Maafkan aku. Kau harus terluka padahal tubuhmu baru sembuh." isak Krystal.

Dom mengelus pelan kepala Krystal yang ada di bahunya.

"Apapun akan kulakukan untuk bisa bertemu denganmu." ucap Dom.

"Hiks... aku juga merindukanmu Dom. Setiap hari aku selalu merindukanmu." balas Krystal menangis kecil.

Pemandangan itu tak luput dari kedua mata indah Annelish yang melihatnya dari ujung pintu. Ia datang untuk membawakan kantung darah yang tadi diminta Krystal, baru saja datang diantarkan rumah sakit. Namun ibu 3 anak itu sedikit terhanyut dengan percakapan anaknya dengan pria yang selama seminggu ini membuat putrinya terus-terusan melamun.

"Apa aku mengganggu kalian?" tanya Annelish memasuki ruang rawat itu.

Krystal segera melepaskan pelukannya dan menatap kedatangan ibunya.

"Mommy," sapa Krystal dengan senyuman kecilnya. Kali ini senyumnya terlihat nyata, tidak seperti seminggu ini.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Annelish menatap Dom yang kini tampak menatapnya dengan wajah canggungnya.

"Aku harus memberikan darah untuknya segera Mom. Orang normal pasti akan pingsan saat ini, tapi dia entahlah." Jawab Krystal menggeleng kecil.

Annelish menyerahkan kantung darahnya kepada Krystal. Lalu menatap Dom yang sedang menatapnya dengan tatapan tak berubah. Pria itu terlihat canggung dan juga sedikit terperangah.

"Kalau begitu kau pasti anak yang kuat. Salam kenal Dom, aku Annelish, ibunya Krystal." ujar Annelish sambil menyapa Dom.

Terlihat pria itu semakin terperangah menatap Annelish.

"Krystal sudah menceritakan tentangmu. Akhirnya aku bisa bertemu langsung dengan pria yang spesial untuk putriku." ujar Annelish seolah menjawab keterkejutan Dom.

"Salam kenal Nyonya, namaku Dominic Griffin." ucap Dom dengan canggung.

Annelish tersenyum mendengarnya.

"Kau tidak perlu canggung padaku Dom. Anggap saja aku ini ibumu." ujar Annelish berusaha membuat Dom nyaman.

Dom hanya sedikit tersenyum dan menatap Annelish dengan wajah tertegunnya. Ia seperti melihat seseorang yang sudah lama sekali tidak ia lihat di dunia ini.

"Mommy-ku orang yang sangat baik Dom. Kau pasti akan menyukainya." ucap Krystal sambil menancapkan jarum suntik yang terhubung dengan selang transfuse darah penuh kehati-hatian.

Dom mencoba untuk mengembangkan senyumnya dan membuat wajah yang lebih ramah kepada ibunda Krystal. Ia hanya merasa sudah lama sekali tidak merasakan aura seseorang yang seperti ini. Aura seseorang yang begitu nyaman dan penuh kedamaian. Persis seperti wanita yang pernah hadir dalam hidupnya semasa kecil.

***

Annelish memasuki kamarnya dan mendapati Zac sudah ada di sana. Pria itu tampak menatap layar ponselnya dengan serius.

"Bisa kau jelaskan kekacauan apa yang sedang terjadi padaku Zac?" tanya Annelish menuntut penjelasan.

"Mommy?" Zac mendongakan kepalanya dan menatap Annelish lembut.

[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]

The Owner of The Psychopath (END)Where stories live. Discover now