37 God

1.7K 218 42
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Malam minggu waktunya Krystal dan Dom update...!!! Siapa yang udah nungguin??

Sebelum baca jangan lupa VOTE dan kasih komen yaa.

Btw, yg pada ngeluh nggak bisa dibuka, coba kalian hapus TOOTP dari library kalian, terus add ulang. Baru dibuka lagi yah. Meresahkan dari kemaren2 banyak yg ngeluh gak bisa dibuka 😅

Oke kita langsung aja. Hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading.

*
*
*

Seorang pria tinggi berkulit gelap sedang berjalan menuju sebuah pusat pelatihan penembakan dengan tegas. Pria itu memandangi sekitarnya dengan santai. Tubuhnya yang besar tidak menjadikannya memiliki rasa takut dengan apa yang akan dihadapinya. Pandangannya menatap lurus pada sekumpulan orang yang sedang berlatih menembak.

"Bagus sekali Nak, tetapkan bidikanmu dengan fokus. Yakinkan dirimu untuk membidik tepat sasaran," ujar pria itu dengan lantang.

Sekumpulan orang yang sedang berlatih menembak pun berbalik dan terlihat senang melihat kedatangan pria tinggi tadi.

"Mr. Brown! Aku mendapatkan 2 kill!!" seru seorang remaja tampan dengan wajah penuh semangat.

"Bagus sekali Teo, dan kerja bagus untukmu Steve, telah melatih teman-temanmu sampai mereka mengalami kemajuan pesat," ujar pria yang dipanggil Mr. Brown tadi.

Seorang remaja lain dengan rambut pirang tersenyum sopan mendapat pujian dari pria yang menjabat sebagai pelatih mereka. Berbeda dengan teman-temannya yang tampak sangat antusias.

"Baiklah silakan kalian lanjutkan, aku akan mengawasi dari jauh," ujar Mr. Brown.

"Siap Sir!" seru mereka semua.

Mr. Brown berbalik menuju sebuah dinding yang berada dekat dengan lorong kecil menuju toilet. Ia berbalik dan mengawasi anak-anak didiknya dari sana.

"Keluarlah, aku tau kalian ada di sini," ucap Mr. Brown.

Tak lama kemudian, keluarlah 2 pria dengan perawakan tinggi disertai wajah tampan. Mereka menggunakan jaket kulit berwarna hitam. Tentu dengan ekspresi berbeda, jika yang satu memasang ekspresi waspada, maka yang satunya memasang ekspresi penuh kekaguman. Mereka adalah Aldrich dan Bryan.

Mr. Brown melihat kedua pria itu dengan seksama. Sembari mengangguk-anggukkan kepalanya, dia menilai kedua pria itu dengan wajah tersenyum.

"Sungguh sangat terlihat sepertinya, sang legenda hidup," ucap Mr. Brown.

"Apa maksudmu?" tanya Bryan bingung.

"Kalian sudah yakin menemui orang yang tepat?" tanya Mr. Brown.

"Dilihat dari caramu mengenali kami, kau adalah orang yang tepat," jawab Aldrich yakin.

Mr. Brown menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Aldrich. Ia sangat terkesima dengan rupa dan perangai Aldrich yang sangat persis dengan seseorang.

"Aku benar-benar seperti melihatnya saat muda dulu, tak kusangka benar-benar serupa," gumam Mr. Brown lagi.

"Sebenarnya siapa yang kau maksud?" tanya Bryan yang sejak tadi bingung.

"Sang legenda hidup, agen 007," jawab Mr. Brown menatap satu lagi pria yang terlihat mirip dengan gadis cantik yang sempat mengguncang tempatnya bekerja dulu.

"Hahaha, kau sangat mirip dengan ibumu, wajahmu sangat tampan," ujar Mr. Brown.

"Kau kenal dengan ibuku?" tanya Bryan.

"Kalian pasti Aldrich Southwell Lincoln dan Bryan Royse Lincoln," jawab Mr. Brown.

"Dan kau adalah orang yang kami cari, Miguel Brown," balas Aldrich.

Miguel menepuk kedua bahu Aldrich dan Bryan. Ia tersenyum bangga pada kedua pemuda yang bisa menemukannya tanpa ada komunikasi sebelumnya. Ia hanya menerima email kode dari Zac yang mengatakan kalau 2 putranya akan datang menemuinya. Tak ada komunikasi lanjutan selain itu. Tak ia sangka 2 anak Zac mampu menemukannya secepat ini.

Kedua anak Zac terlihat sangat pintar dan tangguh seperti ayahnya. Apalagi anak yang memiliki wajah waspada sepanjang waktu, benar-benar terlihat seperti mesin pembunuh Black Swan pada masanya.

***

Hari-hari berlalu, tak terasa sudah menginjak seminggu setelah Krystal meninggalkan kota Stockholm. Ia telah melewati banyak hal, banyak kota, desa, dan orang-orang yang berbeda setiap harinya. Baginya, ini merupakan perjalanan panjang yang membawanya melihat dunia sebagai orang biasa tanpa perlindungan apapun. Menghindari bahaya yang mengancam nyawanya, berganti identitas setiap kali memasuki Negara yang berbeda dan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.

Tentu saja ia masih punya satu orang sebagai tempat berlindungnya. Satu orang yang rela melakukan apapun hanya demi membuatnya mendapatkan makanan dan tempat yang layak untuk singgah. Seseorang yang membuatnya memiliki tempat bergantung di tengah perjalanan yang terasa begitu panjang. Seseorang yang ia miliki, Dominic Griffin.

Krystal menatap Dom yang tengah berjalan di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Pria ini tak pernah mengeluh sekalipun atas dirinya, tidak meskipun harus bekerja keras untuk menghidupinya di Negara asing tanpa boleh menggunakan identitas aslinya. Krystal sadar seberapa banyak yang sudah Dom lakukan untuknya. Jika melihat dari latar belakang sifat Dom, pria sepertinya jelas tidak akan repot untuk melindunginya sampai sejauh ini. Tapi Dom melakukan semua itu untuknya, melindunginya sampai detik ini, memastikannya tetap bernapas tanpa kekurangan apapun di sini.

"Ada apa? Kau haus?" tanya Dom menyadari Krystal yang memperhatikannya sejak tadi.

Lihat. Bahkan di saat seperti ini Dom masih memperhatikan kebutuhannya. Krystal menyadarinya begitu jelas. Pria ini memiliki perasaan tulus untuknya, bukanlah sebuah permainan yang biasa para psikopat lakukan. Dan Krystal juga tidak bodoh untuk menyadari seberapa bergantung dirinya pada pria ini. Bukan hanya sebuah ketergantungan untuk keselamatan, melainkan kebutuhan untuk terus melihat pria ini berada di sampingnya, berdiri dengan kuat untuk selalu melindunginya. Yah, setelah sekian lama akhirnya Krystal menemukannya, sosok yang membuatnya ingin menghabiskan waktu bersama sepanjang waktu.

Krystal menggeleng pada Dom. Ia menunjuk beberapa orang yang sedang berjalan menuju sebuah bangunan megah yang terlihat begitu indah.

"Aku hanya sedang membayangkan jika kau menggunakan pakaian seperti mereka," ucap Krystal melihat mereka.

"Kenapa? Kau ingin melihatnya?" tanya Dom lagi.

"Bukankah dengan begitu kita akan terlihat seperti warga lokal?" Krystal balik bertanya.

"Jika kita menggunakan pakaian seperti itu tapi tidak masuk ke dalam sana, orang-orang justru akan mencurigai kita," ucap Dom kembali menatap lurus ke depan.

"Ah kau benar, saat ini mereka harus pergi ke masjid untuk beribadah," balas Krystal.

"Kau tidak ingat saat itu kita menggunakan pakaian seperti warga lokal tapi kita justru makan kebab saat orang-orang pergi beribadah?" tanya Dom.

[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]

The Owner of The Psychopath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang