Chapter 4 - Jatuh Cinta

222 27 7
                                    

Backsound chapter ini adalahNadhif Basalamah - Penjaga HatiSilakan putar di platform musik yg kalian pakai!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Backsound chapter ini adalah
Nadhif Basalamah - Penjaga Hati
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

"Ckckk dari zaman sekolah paling nggak suka bab trigonometri karena ada bahasan bawa-bawa radian." Radi mengomentari salah satu pembahasan trigonometri di portal komunitas pelajar yang muncul di laman instagramnya.

"Padahal harusnya lo bangga, nama lo abadi banget dalam matematika," komentar Jodi pada sahabatnya.

"Gue tuh udah sering bilang, gue nggak mau jadi radian, gue maunya jadi π radians." Semua sahabatnya menggelengkan kepala mereka tidak habis pikir. Hal ini selalu jadi pembahasan Radi sejak zaman sekolah, mereka sudah khatam dengan keluhan tersebut.

"Nggak usah ribet, Rad! Kayak cewek PMS ajah lo!" pedas Abidzar yang malas mendengar hal tersebut.

"Mulutnya kayak cewek banget sih? Ngeribetin hal yang nggak perlu diribetin." Tiba-tiba terdengar komentar seorang perempuan dari belakang Radi. Tentu saja Radi dan sahabat-sahabatnya langsung menengok ke arah tersebut.

"Apa?" tanya perempuan itu songong sambil menaikkan sebelah alisnya. Tidak ada rasa takut sama sekali meski kini dia sedang berhadapan dengan empat laki-laki.

"Lo nggak usah sembarang komentar yah! Lagian ngapain lo disini pakai pakaian kayak gitu? Yakin banget gue lo cuma gaya-gayaan." Radi menatap remeh pakaian balapan yang perempuan itu kenakan. Kebetulan sekali hari ini adalah jadwal Radi latihan balapan di sirkuit, dia memang kerap kali mengikuti balapan resmi sejak SMA.

"Mau tanding dengan saya? Kita buktikan siapa disini yang cuma gaya-gayaan?" tantang perempuan itu dengan percaya diri. Abidzar, Jodi, dan Andi saling tatap satu sama lain. Langka sekali ada perempuan yang tidak terpukau oleh pesona Radian Krisna Prasetya.

"Siapa takut!" jawab Radi percaya diri. Dia sudah sering menyabet banyak penghargaan, tentu saja bertanding dengan seorang perempuan saja tidak akan membuatnya takut sama sekali.

Mereka berdua melakukan persiapan dengan sangat lancar. Terlihat jelas keduanya sudah terbiasa dengan pakaian, mobil, maupun dengan suasana sirkuit. Saat bendera terangkat dan waktu pertandingan dimulai mobil keduanya langsung melesat dengan kencang.

Radi mengemudikan mobilnya dengan santai karena dia pikir apa yang perlu dikhawatirkan dari seorang perempuan yang belum punya kredibilitas apapun dalam dunia racing? Tapi semua anggapannya patah saat pada tikungan ke tiga Radi berhasil disalip dengan mulus. Sebuah hal yang mengejutkan, tapi karena karena Radi sudah berpengalaman sebagai profesional jadi emosinya cukup stabil, dia tidak mudah terpancing. Dengan akurat dia menyalip lagi di lintasan lurus. Posisi unggul terus berganti satu sama lain, kadang Radi kadang juga perempuan yang menantangnya. Hal itu tentu mengundang decak kagum dari sahabat-sahabat Radi.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Where stories live. Discover now