Chapter 10 - The Last Quality Time with My Ell 🤍

109 19 0
                                    

Backsound chapter ini adalah
Afgan - Bukan Cinta Biasa (Dekade Version)
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Radi menggenggam tangan Elliana erat, sesekali dia mengecup tangan tersebut. Meski pemuda itu menyetir hanya dengan satu tangan, dia bisa tetap fokus pada jalanan yang ada di depannya. Selepas ibadah minggu sepasang kekasih itu pergi menuju kantor Prasetya Grup, mereka akan menghabiskan waktu minggu mereka di ruang kerja Radi.

"Sayang, kamu yakin hari ini cuma mau dikantorku saja?" tanya Radi serius. Dia menawarkan kebebasan penuh pada kekasihnya untuk memilih kegiatan apapun yang akan mereka lakukan di hari terakhir mereka terikat komitmen.

"Heem, kantor Abang tempat paling bersejarah untuk kita berdua. Lagi pula aku pengen santai-santai sama Abang, bukan mau capek-capekan." Radi tersenyum hangat, hari-harinya dan Elliana memang seringnya mereka lalui di kantornya.

"Harusnya kita juga balapan yah hari ini, Bang? Kapan lagi kita bisa duel bareng di sirkuit?" gumam Elliana.

"Tapi bakal ngabisin banyak waktu, aku maunya santai-santai," lanjutnya sambil memiringkan posisi duduknya agar menghadap pada Radi.

"Kita bisa bertemu di sirkuit pada event balapan resmi, Sayang. Tidak usah khawatir!" Radi terkekeh lalu lagi-lagi mengecup tangan Elliana sayang.

"Sepertinya aku tidak akan tertarik lagi memperebutkan tropi juara denganmu, Bang." Radi mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa, Sayang? Biasanya paling ambis banget kalau kita balapan di event yang sama," tanya Radi heran, dia melirik Elliana sekilas lalu matanya kembali fokus pada jalanan.

"Karena aku lebih senang melihat Abang menjadi juara daripada harus berkompetisi dengan Abang." Hati Radi menghangat mendengarnya.

"Cie ... sweet banget Sayangnya Abang ini," kekeh Radi, dia tersenyum lebar sambil mengeratkan genggaman tangannya pada tangan kekasihnya.

Elliana ikut tersenyum lebar, dia menatap dalam Radi yang tengah serius mengemudi. Pemandangan Radi seperti ini adalah salah satu pemandangan favoritnya.

"Mulai sekarang, aku tidak ingin melawanmu lagi di sirkuit dalam event resmi apapun, Bang. Karena setelah ini kita akan jarang bertemu. Moment balapanmu akan menjadi hal yang selalu aku nantikan agar aku bisa melihatmu dalam waktu yang lama. Jadi aku akan menontonmu saja dalam setiap balapanmu dan akan aku nantikan kamu naik ke podium sebagai juara dalam setiap eventnya. Kamu akan selalu jadi pembalap favoritku, Bang." Elliana membatin soal alasan sebenarnya kenapa dia tidak ingin balapan lagi dengan Radi dalam event resmi. Dia tidak menyampaikannya pada kekasihnya itu, karena takut membebani Radi atas perasaannya yang belum sepenuhnya ikhlas melepaskan pemuda tersebut.

Radi yang menyadari ditatap sedalam itu tidak melunturkan senyumannya, hatinya terasa penuh, antara bahagia, hangat, sekaligus sesak. Kembali Radi mengecup tangan Elliana sayang. Hal yang akan menjadi terlarang mulai esok hari dia lakukan.

....

Begitu sampai di gedung Prasetya Grup mereka jalan bergandengan tangan menuju ruangan Radi. Mereka berjalan perlahan, menikmati moment saat itu dengan sebaik mungkin, karena moment ini tidak akan pernah terulang lagi.

Elliana melepaskan genggaman tangan Radi, dia beralih memeluk lengan Radi erat. Radi tersenyum, dia mengelus tangan Elliana yang bertengger manis di lengan kekarnya. Syukurlah hari minggu kantor kosong, jadi kemesraan mereka tidak menjadi tontonan karyawan Prasetya Grup.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang