Chapter 6 - Gundah

171 28 8
                                    

BAGI YANG BELUM MEMBACA DARI CHAPTER AWAL, SILAKAN BACA TERLEBIH DAHULU!

Backsound chapter ini adalah
Takkan Berpaling Dari Mu - Rossa
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Kening Radi mengernyit saat suara adzan menyapa gendang telinganya. Matanya mengerjapkan perlahan, hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit rumah sakit yang masih buram di matanya. Perlahan retinanya menangkap gambaran papa dan mamanya. Radi menarik bibirnya tipis, hal itu membuat kedua orang tuanya menghembuskan nafasnya lega.

Tapi ada yang salah, kenapa setelah Radi membuka matanya suara adzan itu menghilang? Hal itu membuat kening Radi berkerut dalam.

"Malam, Bang?" sapa Krisna mengelus kepala Radi sayang. Dia memberikan senyuman hangat pada sang putra.

"Ada yang sakit, Bang?" Radi menggelengkan kepalanya. Krisna tersenyum lalu mengecup kening Radi lembut dan lama. Radi memejamkan matanya, hatinya terasa hangat menerima perlakukan tersebut.

"Puji Tuhan, Mamah seneng kamu sudah siuman, Bang." Kini giliran Emily mengecup kening putranya.

Tidak berselang lama, dokter masuk karena Krisna menekan tombol pemanggil ketika Radi mulai siuman. dr. Arya dan tim yang datang, dia segera melakukan pemeriksaan dengan seksama. Krisna dan Emily memperhatikan pemeriksaan itu begitu fokus dengan perasaan yang masih cemas, takut hasilnya buruk.

"Ar, gimana?" tanya Krisna, dr. Arya tersenyum.

"Abang sudah stabil, Mas." Krisna tersenyum lebar, dia meraih tangan istrinya lalu saling pandang dengan tatapan bahagia.

"Kalau Abang belum mau makan gak papa, Mas, Mbak. Ini juga sudah dini hari. Jangan dipaksa makan dulu! Nanti besok pagi saja. Karena dalam beberapa kasus setelah operasi di bagian perut, ada beberapa pasien yang mengalami masalah pencernaan padahal mereka tidak memiliki masalah pencernaan sebelumnya. Tapi tenang saja, kalaupun terjadi, itu hanya sementara." Krisna dan Emily mengangguk paham.

"Kami pamit. Mas dan Mbak Em juga jangan lupa istirahat!" dr. Arya dan tim akhirnya meninggalkan ruang rawat Radi setelah tugas mereka selesai. Mereka berdua kini kembali duduk di kursi samping ranjang pasien.

"Abang butuh sesuatu?" tanya Emily lembut.

"Haus, Mah," jawab Radi dengan suara serak, tenggorokan terasa kering. Emily segera meraih gelas air putih yang ada di nakas. Krisna menaikkan ranjang pasien menjadi setengah duduk.

"Stth," ringis Radi karena perutnya terasa nyeri saat badannya bergerak.

"Maaf, Bang. Sakit yah?" Krisna segera meraih tangan Radi yang meremas sprei, dia menggantikannya dengan tangannya sendiri.

"Perut Abang nyeri," keluh Radi sambil mengatur nafasnya, dia meremas tangan Krisna kuat dengan mata memejam.

"Minum, Bang. Biar rileks!" Emily mengangsurkan gelas ke mulut Radi. Radi langsung menghabiskan air tersebut hingga tandas. Setelah nyeri di perutnya berkurang, barulah pemuda itu membuka matanya kembali.

"Nafasnya sesak, Bang?" tanya Krisna khawatir, Radi menggelengkan kepalanya. Seulas senyuman dari bibir pucat dan kering Radi muncul begitu meneduhkan, tapi hal itu malah menimbulkan kembali kekhawatiran.

"Abang gak papa, Pah." Krisna mengangguk mengerti, meski tetap saja rasa cemas itu masih tersisa.

"Abang mau makan?" tanya Emily, Radi menggelengkan kepalanya.

"Mamah dan Papah cuma berdua?" tanya Radi.

"Nggak, Bang. Di sama Ell tidur kamar tamu, sahabat-sahabat Abang juga tidur di kamar tamu lainnya. Di sini ada dua kamar tamu." Radi mengangguk paham, dia mengecek jam dinding kamarnya, ternyata ini dini hari. Berarti tadi memang bukanlah adzan subuh. Lalu kenapa dia mendengar adzan?

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن