Chapter 14 - Gue Baik-Baik Ajah

234 34 12
                                    

Backsound chapter ini adalah
Diary Depresi - Last Child
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Radi menatap rumahnya lekat sambil menunggu taxi onlinenya datang. Dia akan rindu rumahnya ini. Banyak kenangan indah keluarganya yang hangat dan cemara. Sejak lahir dia hidup di rumah ini, rumah tempatnya pulang, rumah ternyamannya.

Radi otomatis tersenyum saat lamunannya memutar memori indah dirinya di rumah ini. Tawa Diandra, kerusuhan Diandra dengan Krisna yang saling jahil, omelan Emily, obrolan-obrolan hangat mereka saat quality time bersama, dan masih banyak lagi kenangan indahnya di rumah ini.

'Tit tit tit ....' Bunyi klakson membuat Radi tersadar dari lamunannya. Radi mengambil nafas panjang lalu keluar dari gerbang rumah dan menguncinya dari luar. Setelahnya dengan hati yang berat Radi masuk ke dalam taxi online yang dia pesan.

"Mas ini kampung duren yang di Amerta, kan?" tanya sang driver memastikan alamat yang Radi tuju.

"Iya, Pak." Radi hanya menjawabnya singkat.

"Baik, semoga menikmati perjalanannya." Driver tersebut melirik Radi dari spion depan, sepertinya penumpangnya ini sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu dia putuskan untuk diam tidak akan mengajaknya mengobrol. Padahal dia paling senang mengobrol dengan penumpangnya.

Beberapa saat setelah taxi yang Radi tumpangi berlalu pergi, datanglah mobil berwarna putih. Sang pengemudi mengerutkan keningnya saat tidak ada yang membukakan gerbang. Biasanya setiap mobil majikannya datang satpam yang berjaga akan langsung membukakan gerbang rumah.

"Mas, biar Di ajah yang turun buat buka gerbang. Mungkin satpam yang jaga tidur." Diandra langsung turun dari mobil tanpa bisa dicegah oleh Tio.

"Ckck Non Diandra selalu begini, kalau Tuan Kris melihatnya habis kena omel saya." Meski berdecak, Tio segera memasukkan mobil yang dia kendarai ke dalam area kediaman Prasetya.

Diandra berlari kencang setelah menutup dan mengunci pintu gerbang. Seperti biasa gadis kelas tiga SMP itu berteriak heboh saat pulang ke rumah.

"Yuhu!!! Diandra yang cantik pulang!"

Sepi.

Tidak ada sahutan dari siapapun. Rumahnya sepi seperti tidak berpenghuni. Dia pikir yang sepi hanya area luar rumah saja.

Emily yang mendengar teriakan Diandra mengambil nafas panjang sambil menghapus air matanya. Dia segera beranjak dari balkon lantai dua. Sedari tadi Emily berdiri di sana untuk melihat Radi hingga putra sulungnya itu pergi.

"Sayang?"

"Mamah? Cepek," keluh Diandra manja. Dia segera menghampiri Emily begitu sampai di lantai dua.

"Capek kenapa, Nak? Mau cerita sama Mamah?" tanya Emily sambil merengkuh Diandra kedalam pelukannya.

"Mau cerita, tapi nanti selesai Di mandi yah, Mah." Emily mengangguk sambil melepaskan pelukan mereka.

"Kalau gitu Mamah turun dulu sekalian bawa makanan ke kamar Di. Biar ceritanya enak sambil isi perut kamu." Diandra mengangguk semangat.

"Mamah tahu ajah Di laper banget. Mamah keren," puji Diandra pada Emily. Sang mama terkekeh pelan mengusak rambut Diandra gemas.

"Oh iya, rumah kok sepi banget sih?" tanya Diandra heran.

"Masa sih? Perasaan Di ajah kali. Orang Mamah dari tadi di balkon depan. Kamu ajah yang gak detail melihat sekitar. Hmm ... padahal Mamah tadi liat kamu lari dari gerbang depan." Emily belum bisa menjelaskan pengusiran Radi pada Diandra.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Where stories live. Discover now