Chapter 5 - Luka dan Adzan

227 33 6
                                    

Bagi yang belum membaca prolog dan empat chapter sebelumnya, silakan baca lebih dulu agar nyambung!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagi yang belum membaca prolog dan empat chapter sebelumnya, silakan baca lebih dulu agar nyambung!

Insya Allah story ini updatenya rutin mulai dari chapter ini karena ABANG akan ending beberapa chapter lagi.

Backsound chapter ini adalah
Bulan di Kekang Malam - Rossa
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Suara nyaring dari dering ponsel membangunkan Radi yang tertidur di sebuah ruangan kosong yang dia tempati. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya menghalau pusing karena bangun tiba-tiba, tangannya segera meraih ponsel pintarnya dan mengangkat panggilan tersebut.

(Mundur satu tahun, untuk menyaksikan sedikit perjalanan Radian menuju mualaf)

"Mau pulang jam berapa, Bang? Kamu dimana? Papah udah ketiduran nunggu kamu pulang, sampai Papah terbangun kamu belum pulang juga!" Radi mengecek jam di ponselnya, ternyata sudah hampir pukul empat pagi.

"Maaf, Pah. Abang ketiduran, Abang segera pulang. Maaf bikin Papah khawatir." Radi segera merapikan barang-barang miliknya untuk pulang.

"Papah tunggu!" Radi mengangguk paham mendengar perintah tegas sang Papah. Dia harus siap-siap akan mendapatkan ceramah panjang dari Krisna. Karena Krisna paling tidak suka melihat anaknya mengabaikan dirinya sendiri. Apalagi dengan acara lembur-lemburan pulang pagi, Krisna paling tidak suka. Karena baginya, malam adalah waktunya untuk keluarga.

Begitu keluar ruangan, lantai di mana dia berada sangatlah sepi. Radi memang ketiduran di ruangannya yang berada di gedung serba guna yang belum 100% jadi milik Prasetya Grup.

Radi memejamkan matanya sambil menajamkan telinganya, dia segera berjalan menuju lift untuk turun ke basement. Di dalam lift Radi segera mengotak-atik ponselnya, setelah aman dia menegakkan badannya. Pemuda itu berharap ponselnya yang dayanya tinggal sedikit itu bisa dia andalkan.

"Tuhan, aku mohon perlindungan-Mu," ujar Radi berdoa dalam hati. Karena saat ini dia tahu, dia tidak mempunyai bala bantuan. Tepat saat pintu lift terbuka lampu mati, Radi secara otomatis langsung siaga, tapi sedetik setelahnya dia merasakan kedua tangan dan kakinya dipegangi kuat oleh orang-orang yang entah siapa.

'Brug!' Badan Radi langsung ditumbangkan, hingga posisinya saat ini adalah terlentang di lantai lift.

"Woy!!!" umpat Radi sambil mengerahkan seluruh tenaga yang dia punya, sayangnya dia yang dalam kondisi kelelahan membuat dia tidak bisa menandingi tenaga orang-orang yang memegangi kaki tangannya, Radi perkirakan ada empat orang yang bertindak.

"Lepas!! Sialan! Berani sekali kalian datang ke kandang lawan!" Hening, keadaan semakin mencekam karena hanya ada suaranya saja. Tidak ada yang membuka suara sedikitpun dari pihak lawan. Lewat pendengarannya Radi mendengar ada langkah baru yang mendekat, langkah sepatu yang menggema di basement kosong itu, memantul nyaring. Radi menghembuskan nafasnya kasar, dia tahu dia sudah terjebak saat ini.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Where stories live. Discover now