10. Ribut

40 14 8
                                    

Selamat membaca :)

***

Bukannya ke UKS untuk mengobati pelipis yang luka, Binta malah memilih pergi ke toilet membasuh luka di pelipisnya dengan air sampai darah yang menetes hilang.

"Kita ke uks aja ya itu darahnya ngalir terus, Ta." ajak Nala yang sangat khawatir dengan sahabatnya.

Namun Binta malah menolak menggelengkan kepalanya. "Gue baik-baik aja kok. Tenang aja, Nal."

Brak

Suara gaduh terdengar.

Pintu toilet yang tertutup, kini terbuka sangat lebar, Kana masih terus penasaran sehingga masih terus mengejar Binta meminta jawaban.

"Ada hubungan apa lo sama kakak gue?" tanya Kana kesekian kali, matanya terus menatap Binta sangat tajam dan penuh tanya.

Binta tidak mungkin menjelaskan hubungan yang sebenarnya. Tadi pagi selagi di perjalanan Bama selalu berpesan padanya untuk sementara jangan mengungkapkan identitas bahwa dirinya adalah cucu kandung Dari Baskara Wiryotomo kepada siapapun.

"Kalau lo mau jadi sugar baby, lo cari om-om lain. Jangan sama kakak gue jalang!"

Tanpa basa-basi lagi perempuan itu menarik rambut panjang berwarna coklat caramel Binta dengan brutal.

"Aww.. Sakit." Binta memekik kesakitan. Kepalanya yang terasa pusing semakin menambah sakit akibat jenggutan Kana.  

"Pantes aja, kakak gue akhir-akhir ini jarang pulang kerumah, nggak taunya lo goda dia sampai di mau nginep di rumah lo. Udah ngapain aja lo sama kakak gue, dasar jalang." lanjut Kana, berbicara sangat frontal. 

Merasa terhina juga tersinggung atas apa yang Kana katakan. Binta yang tadinya tidak mau membalas perbuatan Kana, kini ia malah ikut brutal pula menjenggut rambut Kana. 

"Eh, mulut lo kalau ngomong jangan asal ya, lepasin jenggutn lo dari rambut Binta." Tak terima dengan perbuatan Kana yang terus menyerang. Di kolong wastafel ada seember air bekas pel lantai, lekas Nala guyurkan ke tubuh Kana tanpa ampun.

"Cewek sialan." umpat Kana merasa kesal atas siraman yang membuat tubuhnya jadi basah dan beraroma tidak enak.

"Katanya lo adiknya Kak Bama, harusnya lo lebih paham sikap dia. Dia laki-laki yang tau batas kewajaran dan juga selalu menghargai perempuan."

Dengan raut wajah tidak terima, mata Kana menatap sebuah tempat sampah kecil. Ia lekas mengambilnya juga dan langsung menuangkan sampah-sampah yang ada di dalam tempat sampah itu ke tubuh Binta.

"Oh ya? Semua orang juga tau kali,  Jangan lo pikir kita semua bodoh ya! Namanya laki-laki dan perempuan masuk ke satu rumah bareng, itu berati udah ngelakuin hal di batas wajar."

Binta hanya bisa menatap kosong bayangan wajahnya yang berada di depan kaca. Pikirannya sangat kalut, Tuduhan Kana itu salah besar. Ia sangat ingin menjelaskan apa yang terjadi, tapi ia sungguh takut jika salah bicara dan akan memperkeruh masalah.

"Apa lagi liat lo pake sepatu itu, berati sepatu itu adalah bentuk bayaran dari om-om ke sugar baby-nya." ucap Kana lagi dengan perkataan yang menusuk hati. 

Plak. Tangan halus Binta sukses mendarat di pipi Kana, ia menamparnya sangat keras.

Binta sudah benar-benar hilang arah. Ia mencengkram erat kerah baju anak tiri kakeknya itu, kemudian ia memojokkan tubuh Kana di sudut tembok toilet.

"Gue nggak sehina itu." teriak Binta suaranya terdengar parau dan bergetar.

"Emang Sinting lo. Nuduh tanpa bukti itu sama aja fitnah." Nala kembali  bertindak, Apa lagi Kana kali ini sungguh keterlaluan menuduh Binta sangat asal.  

BAMA BINTAOn viuen les histories. Descobreix ara