13. Untung ada Bama

35 9 7
                                    

Ya Allah seneng bnget masyaAllah udah bisa konsisten nulis sampai bab ini. Walaupun orang bilang lebai tapi ini tuh kebahagiaan tersendiri. Aku bisa publish ceritaku secara konsisten, biasanya baru publish beberapa bab udh aku unpublish lagi, semoga dengan aku semangat menulis hal-hal baik yang aku inginkan juga akan mengikuti.

Selamat membaca siapapun yang sudah berkenan membaca ceritaku, cerita yang menurutku sangat berharga ini.

***

Mobil sedan Bama berjalan tepat di belakang taxi yang Binta naiki. Ia membuntuti Binta tanpa sepengetahuan gadis itu.

Lagi-lagi demi Binta, Bama harus menjadwalkan ulang meeting yang harusnya ia hadiri. Pekerjaan-pekerjaan yang harus ia tinjau pun juga harus terbengkalai kembali.

Di tengah-tengah perjalanan, mobil taxi berhenti tepat di depan mini market,  Bama dengan sigap ikut melimpirkan mobilnya di bahu jalan.  

Lelaki itu mendapati Binta memasuki mini market, entah apa yang ingin gadis itu beli, sementara supir taxi masih setia menunggu Binta selama Binta berbelanja.

Di dalam mini market Binta mengambil sebotol minum juga beberapa roti sandwich untuk ia santap selama perjalanan menuju lapas penjara, tidak lupa ia juga mengambil tisu basah dan tisu kering yang akan ia gunakan untuk membersikan tubuhnya yang terasa lengket dn bau akibat di siram isi tempat sampah saat bertengkar dengan Kana tadi di sekolah.

"Total semuanya lima puluh ribu lima ratus." ucap seorang kasir minimarket pada Binta.

Binta merogoh kantong rok seragamnya nya, entah lupa atau bagaimana di kantong rok hanya ada ponselnya dan tak ada selembar uang pun. 

"Bisa bayar pakai digital wallet aja nggak mbak?" tanya Binta dengan kebingungannya.

"Bisa kak." mendengar ucapan petugas kasir, akhirnya Binta bisa bernapas lega, ia segera menggerakkan jemarinya membuka salah satu aplikasi e-wallet untuk membayar. 

Namun sialnya, saat aplikasi itu terbuka. Binta dimintai untuk mengetikan kata sandi. Dan entah panik atau apa sudah lebih dari tiga kali Binta mengetikan kata sandi, semua nya salah.

"Buruan dong mbak, saya lagi buru-buru nih." protes seorang ibu-ibu yang tak sabar menunggu antrian.

Brakk... Binta membanting ponselnya di meja kasir rahangnya mengeras, matanya lekas menatap petugas kasir yang terlihat kaget atas apa yang Binta lakukan. 

Aplikasi e-wallet nya malah terblokir, lantas ia harus meminta tolong ke siapa? Nala pasti masih di sekolah dan jam segini pelajaran masih berlangsung ia tidak mungkin meminta bantuan sahabatnya itu, satu-satunya orang yang bisa ia mintai tolong adalah Bama.

Apakah harus menelepon Bama, sementara tadi ia sudah menolak mentah-mentah ajakan Bama saat berniat mengantarnya? Ah sial, kenapa hidup gadis itu tiba-tiba saja harus bergantung pada Bama.

Akhirnya mau tak mau Binta harus menanggung malu, ia lantas meminta tolong ke petugas kasir untuk menyimpan dahulu belanjaannya, ia meminta waktu untuk menelepon kerabatnya yaitu Bama agar datang membantunya.

Namun sayang ketika mau memencet icon berbentuk telepon, ponselnya tiba-tiba saja mati. Pendar matanya menghujam tajam menatap layar ponselnya yang mati.

Binta menarik napas berusaha bersikap tenang, ia selipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Matanya menoleh secara bergantian pada petugas kasir minimarket juga ke sebuah mobil taxi yang masih terparkir di depan mini market.

"Mbak saya baru inget uang saya ada di mobil taxi itu. Saya izin keluar ya saya janji saya nggak kan kabur." bohong Binta, padahal ia keluar ingin bernegosiasi pada supir taxi agar mau meminjamkan uang pada dirinya.

BAMA BINTADonde viven las historias. Descúbrelo ahora