✿ Bab 14.

44 39 6
                                    

➹ Memories

- - -

Dengan keyakinan penuh, Ivy menatap Nolan dan berkata, "Ada hal yang aku ingin tanyakan, apa kamu bersedia menjawabnya?"

Nolan tersenyum tipis, "Tentu, aku akan menjawabnya dengan senang hati."

"Apa kita pernah memiliki hubungan di tahun - tahun sebelumnya?"

Tidak ada rasa panik dari dirinya, Nolan seakan sudah tahu bahwa Ivy akan menanyakan tentang hal itu. Dia berusaha tenang, lalu meminta izin untuk menggenggam tangan Ivy dan membawa Ivy pergi.

Saat pandangan Ivy melihat sebuah Rumah, pikirannya otomatis tersadar akan sesuatu.

"Tunggu, ini kan?"

"Apa kamu sudah mengingat semuanya, Ivy?"

"Tidak, aku pernah melewati rumah ini sehabis aku membelikanmu sebuah topeng. Apa ini rumahmu?"

Nolan memberi isyarat dengan menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa itu memang rumahnya, Ivy di persilakan masuk, saat tatapan mata Ivy melihat ke sekeliling rumahnya, Ivy hanya terus berusaha mengingat dengan apa yang sudah terjadi di rumah ini.

"Kamu tunggu dulu yah," Titah Nolan. Lalu beberapa saat kemudian Nolan datang dengan membawa semacam Album dan beberapa surat memenuhi kedua tangannya.

Nolan membuka album, dan menujukkan beberapa foto mereka.

"Jadi, jawabannya.. Ya, kita pernah menjalin hubungan saat usia kita 17 Tahun. Dulu saat itu kita masih sangat muda, kamu tahu? Kita pertama kali bertemu saat di pemberhentian, aku langsung menyukaimu saat aku melihatmu. Aku mengeluarkan segala cara hanya untuk mendekatimu, karena kamu sangat sulit dekati, belum lagi Kakakmu yang sulit untuk menyetujui hubungan kita."

"Kakakku tidak setuju?"

"Iya, bahkan ketika hubungan kita sudah menjelang 1 Tahun Kakakmu belum menyetujuinya. Aku pernah memberanikan diri untuk meminta izin, perlakuan kakakmu sebenarnya tidak mengerikan hanya saja kakakmu masih belum bisa mengizinkanmu berpacaran."

Ivy terus mendengarkan Nolan dengan baik.

"Setelah menunggu sekian lama, di umur 19 Tahun untuk pertama kalinya kakakmu merestui hubungan kita. Tapi, aku menghancurkan kepercayaan yang kakakmu berikan."

"Nolan, jadi benar kamu-"

"Iya," Nolan memotong ucapan Ivy, seketika air matanya mulai berderai. "Aku yang melakukan tindak kekerasan padamu dan aku juga yang membuatmu hilang ingatan. Ivy? Saat itu, emosiku sedang memuncak karena kamu tidak menuruti apa ucapanku, dan lagi saat itu kondisiku sedang tidak karuan."

Tangannya gemetar, Nolan perlahan - lahan mengusap - usap pipi Ivy, "Aku minta izin untuk menyentuhmu seperti ini. Kamu tahu? Tidak ada yang pernah mencintaiku sedalam yang kamu lakukan, aku sangat takut kamu pergi dariku, karena aku tidak punya siapa - siapa selain dirimu."

Dia terus menangis menjadi - jadi, "Setelah kejadian itu, aku di penjara selama beberapa Tahun. Dan, setelah aku bebas, aku mulai memperhatikanmu dari kejauhan dengan memakai topeng - topeng itu. Kamu tahu? Aku sangat takut kamu bisa mengenali wajahku dan membenciku, Ivy."

Ivy menarik perlahan Nolan ke dalam dekapannya, tangannya terus menempuk punggung Nolan selama beberapa kali dengan tujuan menenangkan Nolan. Ia juga tak sadar air matanya mulai mengalir mebasahi pipinya.

"Terima kasih, karena sudah menjelaskan semuanya padaku. Ini pasti sangat sulit kan?"

"Ivy, karena terus memakai topeng seram itu, aku sampai di kira penguntit dan pembunuh. Tapi aku tidak peduli soal itu, yang terpenting aku bisa melihatmu dari kejauhan."

"Pasti sangat berat yah, menjalani hari - hari tanpa diriku?"

Nolan memeluk Ivy lebih erat, "Berat sekali. Ivy, aku minta maaf."

"Di saat seperti ini, kamu seperti anak kecil hehhee."

Dia mengeluarkan tawanya, "Dari dulu, aku sangat suka bermanja denganmu."

***

Gimana? Lanjut gakkkk niihhh?

Have a nice day!
Jangan lupa follow dan vote juga

Makasih ✿


𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚛 ✨️

— 𝚜𝚒𝚜𝚢𝚢𝚢_𝟶𝟹

Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang