✿ Bab 9.

54 48 8
                                    

➹ Memories

- - -

"Kakak bawa kue kesukaanmu," Ucap Zara sembari membuka sekotak kuenya.

Kak Brian dengan inisiatifnya segera berjalan ke dapur dan berkata, "Tunggu, aku akan ambil pisaunya."

Mata Ivy melirik - lirik posisi kak Brian, lalu setelah itu Ivy mulai berbisik pada Zara, "Tolong kalau mau datang ke sini, beri kabar dulu kak, memangnya kamu tidak malu rumah seperti kapal pecah begini?"

"Ck, kakak lupa. Tapi, dia tidak mempersalahkan itu kok." Seketika sedikit pukulan mendarat di paha Ivy, "Heh, lagian kamu juga yah, minimal setiap pagi kamu rapikan."

Mereka kembali bersama dan mengobrol sambil mencicipi kue yang bervarian cheese itu. Sekiranya, sudah hampir tengah malam, Zara pergi ke kamarnya dan datang membawa beberapa dokumen yang dia genggam.

"Brian, lebih baik kita pulang sekarang saja."

Tatapan heran Ivy perlihatkan. "Loh? Kakak tidak menginap?"

"Untuk malam ini tidak, kakak masih harus menyelesaikan pekerjaan kakak."

Sebelum pergi, kak Zara menegaskan kepada Ivy agar tidak kelayapan saat malam hari, lalu Zara segera merapihkan barangnya, dan bergegas untuk pulang.
Ketika Ivy mau menutup pintu rumahnya, tiba - tiba ada tangan seseorang menahan pintunya.

"Ivy," Panggilanya seketika membuat perasaan Ivy lebih lega.

"Loh, ternyata kamu masih ada di sini?!"

"Iya, aku melihat kakakmu pergi keluar, jadi aku balik lagi untuk menemanimu."

Ivy mulai menyalakan Televisinya lagi, lalu memilih beberapa serial yang akan Ia tonton bersama Nolan. Ivy terdiam sejenak, lalu Ia menatap ke sekitar rumahnya.

"Nolan, aku rasa hari ini terasa sepi sekali."

"Maksudmu?"

"Seperti ada yang hilang," Tutur Ivy. Ia memeriksa di setiap ruangan rumahnya lalu, Ivy tersadar. "Owie, owie enggak ada di rumah Nolan."

"Apa dia suka bepergian saat malam Hari?"

"Enggak! Owie itu justru takut kalau keluar malam."

"Ya sudah, ayok kita cari bersama."

Mereka mencari Owie di setiap sela - sela Rumput atau dahan Pohon yang tergelatak di Tanah. Ivy terus memanggil Owie, lalu jari Ivy menunjuk pada dahan Pohon yang belum mereka periksa.

"Nolan, coba lihat di dalamnya."

"Oh! Dia ada di sini, tunggu biarkan aku yang mengambilnya."

Hampir membutuhkan beberapa menit untuk mengeluarkan Owie dari batang pohon itu, saat Nolan berhasil membawa Owie, tatapan Ivy terfokus pada Topeng yang Nolan pakai.

"Um, Nolan? Topengmu, terbelah." Rasa penasaran Ivy sedikit terbayarkan Ia bisa melihat batang Hidung dan bibir Nolan.

Nolan tidak bereaksi apa pun, dia seperti membeku di tempat, dia juga beberapa kali terlihat seperti gugup.

Karena rasa kagumnya, Ivy terus mendekatkan wajahnya sehingga Ia tidak sadar, bahwa Ivy terlalu dekat sampai Ivy bisa merasakan hembusan napas Nolan.

Chuu, sebuah ciuman hangat mendarat di kening Ivy. Perasaannya campur aduk, Ivy terlihat sangat kaget sampai pupil matanya membesar. AH! Rasanya aku ingin sekali pingsan.

Tiba - tiba ucapan keluar dari mulut Nolan, "Lembut,"

"EH? APA MAKSUDMU?!"

Nolan mengeluarkan tawanya, "Enggak, yuk kita pulang ke rumahmu, kasian Owie kedinginan."

Sembari menggendong Owie, Nolan terus berjalan meninggalkan Ivy yang masih terdiam di tempat.

"Ivy," Nolan menoleh ke belakang dan meminta Ivy untuk cepat menghampirinya.

Ivy langsung berlari mendekati Nolan dan memukul bahu Nolan, "Aduh! Kenapa kamu memukulku?" Tanya Nolan.

"Nolan? Aku akan membelikanmu topeng baru, sebagai bentuk rasa terima kasih karena telah menolong Owie."

***

Gimana? Lanjut gakkkk niihhh?

Have a nice day!
Jangan lupa follow dan vote juga

Makasih ✿


𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚛 ✨️

— 𝚜𝚒𝚜𝚢𝚢𝚢_𝟶𝟹

Memories [END]Where stories live. Discover now