✿ Bab 8.

66 59 10
                                    

➹ Memories

- - -

Ivy terbangun, karena mencium aroma hidangan yang sangat mengoyah kelaparannya. Ketika Ivy menghampiri meja makannya, terlihat sudah tertata rapih beberapa sarapan untuknya.

Tangan Ivy menarik secarik kertas yang terbaring di meja, perlahan Ivy menampakkan senyumannya saat membaca tulisan itu.

Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, bahkan ketika sedang makan pun, pikiran Ivy masih terbayang - bayang dengan catatan yang Nolan tulis, Ivy juga mengeluarkan tawanya yang tidak seperti biasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, bahkan ketika sedang makan pun, pikiran Ivy masih terbayang - bayang dengan catatan yang Nolan tulis, Ivy juga mengeluarkan tawanya yang tidak seperti biasanya. Ah! Tidak tahu kenapa, aku jadi ingin segera bertemu dengannya.

"NOLANNNN!" Teriak Ivy. Ia melambaikan tangannya untuk menyapa dia yang sedang duduk di dekat sungai, Ivy pun langsung berlari menghampirinya.

"Ivy,"

Karena suhu yang begitu dingin, Ivy selalu mengusap - usap kedua telapak tangannya.

"Di sini sangat dingin, bagaimana kalau kita diam di rumahmu saja?" Tanya Nolan.

"Hmmm," Ivy sedang memikirkan sesuatu. "Aku ingin bermain salju dulu," Sambung Ivy.

Nolan mengulurkan tangannya, "Baik, ayok kita pergi."

"Huh?"

"Tanganmu, aku ingin menggenggamnya, ini akan membuatmu lebih hangat juga."

Mereka mencari - cari tempat yang cocok untuk bermain salju, ketika sudah menemukan tempatnya, Ivy mulai berlari ke sana dan ke mari, lalu Ivy juga membuat boneka salju. Dan pandangan Ivy berpaling pada Nolan yang masih diam dan hanya melihat Ivy yang asyik bermain salju sendirian.

"Hey, ayok bermain bersamaku."

Ajakan Ivy membuat Nolan langsung ikut bermain bersamanya, terkadang di keadaan seperti ini Ivy benar - benar tidak merasa canggung dengan Nolan, dan bahkan Ivy menari - nari di hadapannya.

"Nolan, ini sangat menyenangkan."

Seketika Nolan menarik perlahan lengan Ivy, Ia langsung terdiam dan menatap Nolan dengan rasa bingungnya.

"Ada apa Nolan?"

Kedua tangan Nolan memegang pipi Ivy, dia berkata, "Sudah puas bermainnya? Kalau iya, lebih baik kita segera pulang dan meminum sesuatu yang hangat."

"Ah, i-iya, kita pulang saja."

Ada perasaan aneh dalam diri Ivy, jantungnya lebih cepat berdegup dan tiba - tiba suasananya terasa panas.
Ketika mereka sedang berjalan pulang, beberapa pertanyaan di lontarkan oleh Nolan, namun Ivy menjawabnya dengan kikuk dan tidak fokus dengan apa yang Nolan ucapkan.

"Ivy, kamu tunggu. Aku akan membuatkanmu sesuatu."

Dalam beberapa menit, Nolan kembali dan membawa segelas Cokelat panas.

"Terima kasih," Ucap Ivy.

"Saat di rumah, kamu harus selalu mengenakan selimutmu, Ivy." Nolan memakaikan selimut untuknya.

"O-oh, baik."

###

Setelah beberapa minggu sehabis itu, Ivy merasa perasaannya terhadap Nolan sedikit demi sedikit kian menumbuh, di setiap perlakuan Nolan pipi Ivy selalu memerah dan jantungnya selalu berdebar lebih kencang ketika bersama Nolan. Aku harus bagaimana?

Pada malam Ini Ivy sedang menonton serial Televisi bersama Nolan yang sedang duduk di sebelahnya, saat adegan menyeramkan muncul Ivy selalu menutupi pandangannya dengan bantal.

"Ivy, jika kamu takut lebih baik ganti saja ke Film yang lain."

"Tapi, ini sangat seru."

Ponselnya berdering, saat melihat nama yang tertera spontan Ivy langsung mematikan Televisi dan menyuruh Nolan untuk diam sekejap. "Syuttt," Bisik Ivy.

"Hallo kak?"

"Eh Ivy, kakak dan kak Brian sudah mau hampir mau sampai ke rumah."

"HAH?!"

"Kenapa reaksimu seperti itu?"

"Um, enggak, maksudku di sini berantakan sekali jadi aku merasa tidak enak."

"Oh, kalau itu tidak masalah. Ya sudah, sampai nanti!" Tuttt~ Telepon itu langsung terputus.

Tatapan Ivy beralih pada Nolan, dengan rasa tidak enaknya Ivy mulai menjelaskan padanya. "Maaf, kamu harus pergi, soalnya kakakku mau datang ke sini."

"Iya, tidak apa - apa Ivy."

Dengan perasaan sedihnya, Ia mengantarkan Nolan sampai di depan pintunya, Ivy terus melihat Nolan hingga dia hilang dalam pandangan Ivy. Padahal, aku masih ingin bersamanya, ujarnya.

Tidak lama sedari itu, Zara bersama kak Brian datang. "Ivy, kita bertemu lagi," Tutur kak Brian.

"Iya kak, silakan masuk."

Ketika hendak menutupi pintu rumahnya, Ivy melihat dari kejauhan ada yang menatapnya, Ivy terus menatap lebih jelas dan seketika Ivy tersenyum karena orang yang sedang di tatapnya, ialah Nolan.

"Kamu sedang apa? Cepat tutup pintunya," Tutur kak Zara.

***

Gimana? Lanjut gakkkk niihhh?

Have a nice day!
Jangan lupa follow dan vote juga

Makasih ✿

𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚛 ✨️

— 𝚜𝚒𝚜𝚢𝚢𝚢_𝟶𝟹

Memories [END]Where stories live. Discover now