47 || Jiwa Yang Mati

2.8K 153 18
                                    

WARNING ‼️

1. Bacanya pelan-pelan
2. Siapkan tisu
3. Jangan sambil kayang

Maafkan kalo kurang dapet feelnya, susah bgt nulis bagian ini 😪

Makin bnyak vote+komen makin cepet up!

Happy Reading!!!

Sejatinya kita hanya manusia yang tidak ada apa-apanya di mata Tuhan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejatinya kita hanya manusia yang tidak ada apa-apanya di mata Tuhan. Sejatinya kita hanya seorang hamba yang tak berdaya tanpa kuasa-Nya. Sejatinya kita hanya makhluk hidup yang bisa bernafas sesuai dengan ketetapan takdir yang sudah tertulis. Tak akan bisa dibantah meskipun berkali-kali menolak.

Semua yang terlahir pasti akan bertemu dengan kematian. Seberapa panjangnya umur, entah muda atau tua semuanya akan bertemu dengan gerbang menuju akhirat. Semuanya telah ditentukan, menghindar hingga kelubang semut pun takdir tetaplah takdir. Ketetapan-Nya adalah tentang bagaimana kita menjalani hidup selama ini, kita berjalan sesuai garis takdir.

Semilir angin berhembus tenang. Melambai-lambaikan dedaunan pohon yang mulai menguning gugur jatuh berserakan di tanah. Terhembus kembali oleh angin yang masih belum puas mengajak dedaunan itu terbang. Tak memaksa, namun rapuhnya sehelai daun tak dapat menolak. Berpasrah diri kala angin terus membuatnya berkali-kali terjatuh menjauh dari rumah yang seharusnya ia tinggali. Dibawa terbang, dijatuhkan kembali, terus seperti itu. Sampai benar-benar mengering dan rapuh.

Damai juga tenang. Tak ada lagi suara isak tangis histeris seperti beberapa jam yang lalu. Terisak memelan, memandang nisan di atas gundukan tanah merah yang masih basah.

Pemakaman selesai sudah lima belas menit yang lalu. Beberapa orang masih setia memandangi kuburan yang baru terbentuk itu. Sebagian sudah memilih pergi, meninggalkan beberapa orang yang masih terisak. Sehebat apapun kita, tidak akan ada yang mampu menerobos paksa mengubah jalan kehidupan. Sejatinya, kita hanya manusia kecil di hadapan Sang Pencipta.

Bertabur bunga, menghias gundukan tanah merah yang sudah disirami air pula. Basah, namun tak membuat siapapun yang merasakan kehilangan menjadi sebuah penghalang untuk tidak bersimpuh. Tak peduli sekotor apa, mereka hanya berharap jika semua ini mimpi.

Shelina tak henti-hentinya menangis. Wanita itu kini tak berdaya, cairan bening tak absen terus bergumul dipelupuk matanya. Tak bosan Reygan terus mendekap wanita itu, mengusapi air mata kekasihnya yang tak berhenti terjatuh.

Sedangkan di seberangnya, pria berkaca mata hitam duduk bersimpuh dengan tatapan kosong. Matanya yang merah pun sembab ia sembunyikan dibalik kaca mata hitam. Jelas degup jantungnya masih menggema, namun ia merasakan mati. Jiwanya mati.

Sam terus kesesakkan, tak bisa bernafas. Tersendat pedih, menusuk jiwanya yang mati. Pria itu berkali-kali tidak sadarkan diri, seolah kehilangan akal. Seolah gila, tak sadar. Terus meracau yang tidak-tidak.

GARIS DUA (TERBIT)Where stories live. Discover now