37 || Sean Adalah...

4.8K 274 11
                                    

Follow sebelum membaca!!

Follow sebelum membaca!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••||🕊||••

Pintu mobil terbuka, sebuah sepatu hitam mengkilap menjadi hal yang pertama keluar dari mobil tersebut. Diikuti oleh tubuh dewasa pria berbalut jas rapi. Rambut hitam disisir rapi ke belakang dengan beberapa helai yang jatuh ke depan terlihat segar.

Yayasan Cendrawasih.

Untuk kedua kalinya Laskara menginjakkan kakinya di sana. Pertama saat minggu lalu, begitu mendapat informasi jika anaknya ada di sana. Berpura-pura berkunjung dan memberikan santunan. Laskara diam-diam mendekati salah satu anak yang dicurigainya.

Langkahnya penuh ketegasan mulai memasuki pekarangan Yayasan. Banyak anak yang sedang bermain di halaman depan. Sesekali tersenyum menyapa anak-anak di sana, kedua matanya mengedar mencari anak itu. Anaknya.

"Waahh Om baik datang lagi!!" Seru salah satu anak yang mengenalinya. Padahal ia baru satu kali datang ke sana.

Laskara merendahkan tubuhnya, mengusap lembut kepala anak perempuan berambut sebahu yang mendongak seraya mengerjap lucu padanya.

"Hai manis, kau mau permen?"

Berbinar kedua matanya, "Mau, mau!" berjingkrak, anak perempuan itu menatap penuh harap pada Laskara.

Laskara mengeluarkan permen lolipop dari saku jasnya, "Permen manis, untuk anak yang manis!"

Anak perempuan itu hendak mengambil permen di tangan Laskara, namun urung karena pria dewasa di depannya itu menjauhkannya.

"Tapi, kau harus membantuku."

Mengerjap, "Bantu apa Om?"

"Tolong panggilkan Bunda, katakan padanya jika ada Om di luar." Pinta Laskara yang langsung disetujui oleh anak perempuan itu.

Setelahnya Laskara memberikan permen itu, sontak ank perempuan itu tersenyum senang.

"Terimakasih Om baik! Tunggu di sini sebentar ya," Suruhnya dengan cara bicaranya yang masih lucu.

Anak perempuan itu lalu berbalik dan sedikit berlari kecil masuk ke dalam untuk memanggilkan Bunda, pengurus Yayasan. Anak-anak di sini memanggilnya demikian.

Lagi-lagi Laskara mengedarkan pandangannya, namun tidak menemukan anak yang ia cari. Laskara menebak mungkin anak itu tengah bermain di dalam.

Laskara menormalkan ekspresinya saat pengurus Yayasan muncul di balik pintu.

"Pak Laskara? Kenapa tidak langsung masuk saja?"

Laskara tersenyum, "Saya tidak enak, Bu."

"Ya sudah, mari masuk!"

Laskara mengekori langkah pengurus Yayasan memasuki ruangan. Dua kali pula Laskara memasuki ruangan itu. Pria itu lalu duduk setelah pengurus Yayasan mempersilakan.

GARIS DUA (TERBIT)Where stories live. Discover now