🖤 Chapter 35

2.4K 247 131
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Jangan lupa membaca Al-Qur'an sebelum membaca novel

Happy reading my Dreamers, and welcome to Fay's black world

🖤🖤🖤

FAY terperangah ketika melihat Linda yang cukup sibuk, mengeluarkan sesuatu dari lemari pakaian besarnya. Hingga munculah beberapa paper bag berukuran sedang, digenggam erat talinya. Dia dan mertuanya saat ini berada di kamar utama pasutri Pramudya, pada pukul 8 malam.

Dengan suka hati, Linda memerlihatkan semua itu pada Fay. "Tada! Mari kita lihat sama-sama. Mama sama Papa udah belikan kamu baju dan sepatu buat besok malam. Sekaligus sama kerudungnya. Mama tahu persis kamu suka warna gelap, tenang aja. Warnanya monochrome, hitam putih, ada cape-nya juga buat menutupi dada. Jadi kamu nggak usah takut bagian itu terekspos. Coba, ya!"

Jujur, Fay tak tahu harus menjawab apa. Bibirnya hanya bisa tersenyum kikuk. Kedua alisnya melurus. Itu... dia belum pernah memakai barang mahal seperti itu!

"Apa Fay pantas pakai semua itu, Ma?" Ucapnya ragu untuk menerima.

"Oh ya pantas, dong. Kan, belum coba. Ayo coba. Jangan sungkan. Mama tahu kamu pasti lagi merasa minder sekarang, tapi sekali lagi Mama bilang sama kamu..." Linda yang kini berjalan mendekat pada Fay, meletakkan semua paper bag di atas kasur. Setelahnya  memegang kedua bahu Fay, dan menatap menantunya dengan penuh keyakinan. "Sekarang kamu adalah menantu Pramudya. Harus bisa tunjukkin kalau kamu bisa tampil lebih baik dari dia. Kamu tahu siapa?"

Pupil mata Fay sejenak menepi ke kanan. "Ehm... Karin?"

"Betul!"

"Tapi, Ma... setahu Fay, Karin nggak bisa hadir ke sana."

Linda menatap heran. "Memangnya kenapa? Kamu tahu dari mana?"

Ini yang sedikit membuat Fay bingung. Ia tidak ingin membicarakan perihal masalah tadi pagi pada Linda. Sebab biarlah hal itu menjadi urusan pernikahannya. Urusan suami-istri yang mereka berdua saja mengurusnya. "Tadi... pas di mobil Karin bilang dia nggak enak badan. Makanya sama ortu dia nggak dibolehin."

Linda menghela napas panjang. Melepas pegangan bahunya, lalu berdiri tegak setelah tadi sedikit mencondongkan tubuh. "Ha... kamu ini, Fay. Masih terima aja Raka mengajak Karin juga. Biar Mama tebak. Pasti kamu duduk di belakang, kan?"

Anggukan kepala dilakukan Fay sebagai jawaban. Linda hanya bisa menatap miris menantunya. Lebih baik jangan bicarakan hal itu, langsung saja mencoba pakaian yang tadi dirinya belikan.

Tentu dia membantu prosesnya. Sampai akhirnya, telah melekat pakaian dress panjang yang tidak menampilkan lekukan tubuh, berlengan panjang dan memang benar, terdapat sebuah cape berbahan bulu tipis yang melingkari kedua bahunya.

Dan kini, kedua orang itu sama-sama menatap pada cermin. "Wah! Masya Allah, Fay... apa kata Mama? Bajunya pas sama badan kamu. Cocok banget," puji Linda.

Yang memakai pun terus tersenyum simpul ketika melihat penampilannya saat ini. "Apa nanti Fay harus make up?"

"Iya, tapi seperti kata kamu, tipis aja biar nggak pucat. Mama tahu kok, dilarang berlebih-lebihan dalam bertabarruj." Senang dan riang Linda terus berucap.

Tetapi, ada satu hal yang membuatnya merasa heran. Wajah menantunya nampak sedikit murung. Linda langsung merengkuh bahu Fay, menggiringnya untuk duduk di sofa bench. "Fay, ada apa? Kelihatan jelas banget wajah kamu murung. Apa ini karena Raka yang selalu bersikap seenaknya?"

Enemy in Your Area (#1) [REVISI]Where stories live. Discover now