🖤 Chapter 18

2.7K 210 108
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Jangan lupa membaca Al-Qur'an sebelum membaca novel

Happy reading my Dreamers, and welcome to Fay's black world

🖤🖤🖤

"HEH, duduk di belakang."

Baru saja Fay hendak membuka pintu depan mobil mini cooper berwarna abu mix hitam, sudah diberi cetusan oleh sang pemilik. "Kenapa? Nanti kesannya kamu jadi kayak supir pribadi, dong?"

Raka menyunggingkan sudut bibir kanannya karena merasa lucu akan kalimat terakhir Fay

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Raka menyunggingkan sudut bibir kanannya karena merasa lucu akan kalimat terakhir Fay. "Enggak, lah! Yang ada seorang pangeran akan menjemput putri. Dan bangku depan adalah tempat di mana dia akan duduk. Berdampingan dengan sang pangeran. Ngerti?"

Mulut Fay sedikit membuka. Tubuhnya terdiam dengan otak yang setengah me-loading. Apa maksudnya? Tentu saja ia bingung dengan rentetan ucapan tak jelas dari Raka, yang seakan berada di negeri dongeng kerajaan.

"Udah buru masuk! Nanti telat! Malah bengong," titah Raka yang masuk lebih dulu di bangku kemudi. Menutup pintu dan tengah bersiap untuk melajukan kendaraan.

Sementara Fay mau tak mau menerima dan duduk di bangku belakang. Ia pun terus menerka, apa yang sekiranya lelaki itu rencanakan?

Suaminya mulai menginjak gas kendaraan roda empatnya. Meninggalkan pelataran mewah dengan gerbang tinggi berwarna hitam, yang dijaga oleh seorang satpam milik Adji Pramudya.

Sepanjang perjalanan, Fay terus bertanya. Apalagi satu hal ganjil meliputi pikirannya. Sebab arah yang Raka lewati malah menjauh dari arah belokan menuju kampus. "Raka, ini kita mau ke mana? Bukan ke arah sini kampusnya."

"Berisik, nggak usah banyak tanya. Lihat aja nanti," jawabnya dingin, dan terus fokus mengemudikan mobil hingga akhirnya sampai pada sebuah daerah perumahan cluster nan elit. Semuanya bertingkat dan bergaya ala Eropa dengan kubah atas yang memberikan kesan vintage.

Raka menepikan kendaraan di salah satu rumah berdinding cream, dengan pagar emas tinggi menjulang. "Lo tunggu sini," ucapnya tanpa mau menoleh, lalu keluar dari mobil.

Brak!

Lelaki itu juga menutup pintu mobil cukup kencang. Sehingga membuat Fay terperanjat kaget dan mengerjapkan mata beberapa kali. Pandangannya bisa melihat Raka yang sudah memasuki hunian tersebut.

Sempat ada satu pertanyaan dalam benaknya, apakah Raka ingin menjemput kekasihnya?

Dan praduga itu benar-benar terjadi. Sebab tak berselang lama, netra matanya menangkap dua orang yang saling berangkulan mesra. Keluar dari sana dengan senyum merekah di wajah keduanya. Dan karena hal itu, berbanding terbalik, Fay mendatarkan wajahnya. Menyandarkan punggung pada kursi seraya bersedekap dada.

Enemy in Your Area (#1) [REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora