🖤 Chapter 23

2.4K 222 114
                                    

Jangan lupa membaca Al-Qur'an sebelum membaca novel

Happy reading my Dreamers, and welcome to Fay's black world

🖤🖤🖤

KERIUHAN tiba-tiba saja terjadi saat kelas Teknik Sipil siang ini telah usai, masanya untuk beristirahat. Seorang mahasiswa membelalakkan mata ketika melihat media sosial, yang menampakkan sebuah berita buruk. Dan lagi, menyeret nama universitas tercinta.

"Eh, gila! Woy! Pada lihat Tribun Jakarta!" Serunya membuat semua lantas menoleh.

"Udah! Bahkan dari tadi pagi, lo nggak tahu? Semua orang pada bicarain," sahut Nia yang tampak merapikan buku.

"Eh tapi gue juga baru tahu. Soalnya, kan, gue kagak follow."

"Sama! Coba mau lihat!"

Begitulah kiranya sambutan mahasiswa yang tak tahu menahu apa trending topic saat ini. Tak jauh berbeda dengan Fay dan Raka. Mereka menatap heran sekitar saat semua berbondong-bondong menyerang portal sosmed.

"Nia, memang ada apa?" Tanya Fay dengan dahi menyureng tipis.

"Lha, si Sabeum belum tahu juga rupanya, sini biar Princess Nia kasih tahu."

"Najis!" Nia menggertakkan geraham setelah mendapat jawaban sadis Raka.

"Terserah, lo! Gue ngomong ke Fay!" Nia yang tak lagi memedulikan Raka, lantas menghampiri meja Fay yang berada persis di belakang Raka.

Ia menyodorkan ponsel, memerlihatkan layar yang sudah menampilkan berita pada Tribun Jakarta. "Lo lihat, Fay. Kemarin malam, tepatnya tengah hari, ditemukan mayat perempuan di dekat bantaran sungai Ciliwung."

Mata Fay melotot. Ia langsung diserang keterkejutan saat mendengar ucapan Nia, yang juga ia lihat memang begitu pada keterangan postingannya.

"Ma-mayat?" Tanyanya memastikan.

"Iya! Dan yang lebih menghebohkan, dia mahasiswi univ kita! Anak Ekonomi semester dua, dari keluarga Mahendra yang papanya seorang pilot pesawat Elang."

"Siapa namanya?" Agaknya Raka juga tertarik mendengar pemaparan Nia. Yang mana wanita itu berdecak malas menanggapinya.

"Namanya Devi Haura."

DEG!

Jantung Fay seakan berhenti berdetak untuk sekian detik. Mulutnya sedikit terbuka karena terperangah. Napasnya tercekat, dan mulutnya membisu. Mengetahui bahwa nama korban itu, mirip dengan nama wanita yang ia selamatkan kemarin.

"Kamu... nggak bohong, kan? Namanya Devi? Yang rambutnya sebahu?" Nia menukikkan alis kanan sebab bingung dengan pertanyaan Fay. Apalagi wajah temannya itu nampak syok.

"Iya... namanya Devi. Rambutnya emang pendek sebahu. Untuk info lanjut kalian lihat berita full aja ya, gue laper!" Nia lekas berlalu pergi meninggalkan Fay yang masih terdiam dalam kursi.

Dalam benak, terus menerka, apa yang telah terjadi? Baru saja kemarin ia bicara dengannya, menyemangatinya, bahkan menunggunya agar dia merasa aman.

Tak berselang lama, suara sahutan Karin terdengar seperti hari-hari biasa. Memanggil sang kekasih untuk bisa makan bersama.

"Raka, ayo! Aku mau beli sate!" Baru saja wanita itu hendak menempel ke lengan Raka, dengan cepat, Fay menepis atau bahkan mencekal pergelangan tangan Karin.

"Masih ingat perjanjiannya? Jangan. Saling. Sentuh. Paham?" Gertaknya membuat Karin dan Raka bertukar pandang. Lalu menjauhkan diri.

"Lo juga harus ingat, kalau anak kelas belum pada keluar, jangan sampai lo nempel ke gue atau bahkan berani goda gue, ngerti?" Ancaman kembali diberikan oleh Raka.

Enemy in Your Area (#1) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang