Takdir yang berbicara

Start from the beginning
                                    

Ameera yang tidak memperdulikan ia tetap melewati laki-laki tersebut, tapi tangannya di cekal oleh preman itu dengan keras membuat Ameera tersentak kaget dan berusaha memberontak.

"Lepasin, jangan sentuh saya!" Teriak Ameera yang berusaha melepaskan, tapi tenaganya tidak sekuat laki-laki yang berada dihadapannya sekarang.

"Jangan takut cantik, kamu bakalan seneng kalo ikut saya" kata preman itu dengan senyuman liciknya.

Ameera menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin ikut dengan laki-laki seperti dia. Ameera terlalu takut, sudah pernah ia berada di posisi sekarang, kenapa kejadian yang selama ini ia hindari terulang kembali?

Ameera langsung mengingat bagaimana Devan mengajarkan tentang bela diri,  kenapa ia tidak mengikuti apa yang diajarkan kakaknya. Setelah sadar bahwa laki-laki itu sedang lengah, Ameera langsung menyikut badan preman dengan tangannya, menendang kaki preman dengan sangat keras, tidak menyia-nyiakan kesempatan Ameera langsung berlari.

Langkah terus menerus tanpa memperdulikan bahwa dia takut, bahwa dia gelisah, bahwa dia trauma.  Mengingat kejadian yang sudah lama terkubur lama membuatnya semakin takut akan semua hal yang akan terjadi nantinya, tangannya bergetar karena rasa takut yang membesar.

Setelah memastikan bahwa preman tidak lagi mengejarnya barulah Ameera menghela nafas lega, tapi rasa takut itu masih ada. Ameera terduduk lemas dengan lutut yang bergetar hebat, wajahnya ia tutup dengan kedua tangannya. Ameera menangis, ia sangat takut.

"Ceroboh."

Suara ini, Ameera sangat mengenali suara yang bernada dingin tapi menyiratkan kekhawatiran. Ameera mendongak, terlihat Adhias yang sudah menatap dirinya dengan datar, sorot mata yang khawatir tapi tidak ingin ditunjukkan oleh siapapun termasuk wanita yang berada dihadapannya sekarang.

"Berdiri, malu diliatin orang." Kata Adhias.

Ameera menggelengkan kepalanya, dia belum bisa untuk berdiri. Rasanya semua terasa tak berdaya, bahkan deru nafas nya masih terdengar memburu.

"Jangan sampai saya tarik, Ameera."

"Saya takut Gus, saya gak bisa.." ucapannya terhenti karena tangisan yang mulai terdengar kembali.

Adhias menghela nafas, tatapannya melihat ke arah lain. Dia tidak suka jika ada wanita yang menangis ketakutan terlebih jika wanita itu sangat penting di dalam hidupnya. Adhias marah, marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Ameera.

"Ada saya Ameera, kamu gak perlu takut."

Ameera hanya diam, tapi ada rasa tenang saat Adhias mengatakan hal tersebut. Seperti akan ada yang menjaganya di saat hal terburuk itu hadir, Ameera menghapus air matanya, lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Adhias. Sekarang keadaan nya sedang tidak ingin dilihat oleh Adhias, sangat malu jika berhadapan dengan seseorang yang melihat diri kita lemah. Terlebih jika seseorang tersebut adalah seseorang yang ia suka.

Adhias berjalan mengikuti Ameera, membawa barang Ameera yang dilupakan oleh sang pemilik. Ameera terus berjalan, tapi dirinya sedikit risih saat Adhias terus saja mengikutinya. Banyak orang-orang yang menatap ke arah Adhias, tatapan memuja dan kagum apalagi jika bukan kaum hawa.

Ada sedikit rasa tidak terima jika Adhias ditatap oleh wanita lain, boleh kah dirinya cemburu pada seseorang yang bahkan tidak bisa dikatakan bahwa dia miliknya? Ameera marah, tapi apa alasan yang membuatnya marah? Sedangkan Adhias bukan siapa-siapa dalam hidupnya. Ameera tidak menyukai perasaan yang masih abu-abu bagi dirinya.

Aksara CintaWhere stories live. Discover now