59. Keputusan

Começar do início
                                    

"Aku tidak tahu apa alasanmu!" bentaknya sambil berkacak pinggang.

Gerakan itu membuat roknya semakin terangkat menampakkan paha mulus dan tanpa cela yang membuat Jesse kembali meneguk ludahnya. Di balik selimut, kejantanannya semakin menggeliat dan mengeras hingga ia harus mengangkat lututnya hanya agar Adinda tidak bisa melihat tonjolannya di balik selimut.

'Kau tahu aku tidak akan merusakmu, Sayang.'

"Aku yang memintanya. Kau tidak merusakku."

Jesse menggeleng. Adinda sedang merasa sangat emosional dengan semua peristiwa yang terjadi hari ini, dan itu membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

'Kau tidak tahu apa yang kau inginkan. Itu bukan sesuatu yang bisa kau minta dengan mudah, dan menjamin tidak akan membuatmu menyesal kemudian. Bagaimana jika kau hamil? Aku tidak membawa pengaman.'

Ia bukan tipe pria yang suka membawa pengaman ke mana-mana karena Jesse bukan tipe pria yang suka 'mencelup' sembarangan wanita yang ia inginkan. Ia harus setidaknya sedikit mengenal wanita yang akan ditidurinya. Dan berhubung ia tidak sering keluar atau bertemu wanita seperti itu, jemari di satu tangannya pun tidak akan habis untuk menghitung jumlah wanita itu selama bertahun-tahun ini.

Lalu, bagaimana jika ia menginginkan seks? Jesse biasa berolahraga atau bekerja lebih keras ketika ia sedang birahi. Namun, jika itu tidak membantu, yeah, film porno dan tangannya sudah lebih dari cukup.

"Aku tidak peduli! Justru bagus kau menghamiliku! Itu pasti akan membuat Mama semakin malu dan marah denganku."

Meskipun mengatakan itu dengan ketus, Jesse bisa mendengar luka yang coba Adinda sembunyikan. Adinda sedang mencoba untuk menunjukkan sisi pemberontakan khas seorang anak sekarang.

Jesse duduk dengan tetap memegang selimutnya dan membuka sebelah lengannya yang bebas. Adinda mendesah, lalu mendekat dan menyandarkan kepalanya di bahu Jesse. Ia mencium puncak kepala Adinda, dan selama beberapa saat, tidak ada suara apapun selain dengung pendingin ruangan.

Ia selalu suka memeluk Adinda, juga memangkunya. Tubuh gadis itu begitu ringan hingga tidak menjadi masalah bagi Jesse jika ia memangku gadis itu cukup lama. Lagipula, Adinda sangat hangat dan begitu harum. Hidung Jesse sudah terbiasa oleh aroma gadis itu sekarang.

"Aku lelah menjadi anak baik. Sekali-sekali, aku ingin menjadi nakal dan membuat orang tuaku malu."

Jesse tersenyum sambil menjauhkan Adinda dari pelukannya. 'Kau tidak akan pernah bisa menjadi anak nakal. Tidak ada satu sel nakal pun di tubuhmu. Kau sudah ditakdirkan menjadi malaikat.'

Bibir Adinda cemberut. "Karena itu aku butuh kau untuk membuatku menjadi anak nakal. Ayolah, Jesse. Satu kali saja, please? Teman-temanku selalu mengejekku karena hanya aku yang masih perawan."

'Termasuk Clara?' tanya Jesse dengan kening berkerut.

Ia selalu menganggap keponakan tersayangnya itu sebagai gadis yang lugu dan manis. Jadi, Jesse tidak ingin membayangkan Clara menjalin hubungan dengan seorang pria dan terlebih berhubungan seks dengannya. Astaga, ia tahu Clara sudah dewasa, tapi tetap saja Jesse tidak rela ada seorang pria yang menyentuh gadis kecilnya itu.

Adinda menyengir saat menyadari dirinya salah bicara. "Jangan tanyakan apapun padanya, okey? Dia bisa mengiris leherku jika tahu aku bicara seperti itu padamu."

'Dan dia harus melangkahi mayatku dulu sebelum melakukan itu padamu.'

"Kau pasti sangat mencintaiku ya?" tanya Adinda sambil tersenyum senang.

'Kau tidak akan tahu sebesar apa.'

"Kalau begitu bercintalah denganku, Jesse. Aku mohon?"

Ya Tuhan, dosa besar apa yang pernah ia lakukan hingga harus mendapatkan godaan sebesar ini dari seorang gadis? Adinda tidak mungkin sadar dengan apa yang sedang ia minta kan?

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora