24. Berkuda Denganmu

704 163 15
                                    

Adinda melotot pada sahabatnya. Ia ingin mengumpat, tetapi gadis itu sudah melesat lebih dulu keluar dari rumah. Pasti Clara sedang mencari Jesse, dan mengatakan omong kosong tentang ia yang ingin diajari berkuda.

"Kau bilang ingin berkuda. Kenapa masih di sana?" Adinda menoleh pada Gram yang baru saja keluar dari dapur.

Adinda mengangkat bahu. "Aku rasa latihannya batal, Gram. Chase belum pulang."

"Jesse bisa mengajarimu kalau begitu. Dia seorang penunggang kuda yang hebat. Jauh lebih hebat daripada Chase."

Rasa bangga yang begitu kental tidak bisa Gram sembunyikan dari nada bicaranya. Ia tahu jika wanita itu sangat menyayangi putra bungsu dan satu-satunya itu.

Adinda menggeleng. "Dia tidak akan mau mengajariku. Aku sama sekali belum pernah naik kuda sebelumnya. Aku akan membuatnya marah."

Gram tertawa. "Anakku itu memang selalu berwajah datar, tetapi dia pria yang sangat sabar. Dan juga..." Gram mendekat sambil meraih jemari Adinda, "...aku tahu bagaimana caranya menatapmu. Kau tidak akan membuatnya marah."

Wajah Adinda merona. Apa Gram tahu yang terjadi di sini? Dirinya dan Jesse tidak pernah berinteraksi di rumah. Tidak mungkin Gram tahu. Atau, ia terlalu mudah dibaca? Apa karena ia selalu mengamati Jesse di manapun pria itu berada?

"Aku...kami tidak..."

Gram menggeleng. "Sudah sangat lama sekali aku tidak melihat mata anakku sehidup itu. Mungkin semenjak penyakit itu menyerangnya."

Mata Gram menerawang dengan sedih. Wanita itu pasti mengingat saat-saat terburuk dalam keluarga mereka, dan Adinda tidak tahan untuk tidak memeluk tubuh gemuk Gram. Wanita itu mendesah sekali sebelum terisak dan balas memeluk Adinda.

Rasanya menyenangkan. Ia tidak pernah dipeluk seperti ini. Baik oleh Mama, ayah, ataupun saudaranya. Kehangatan yang Gram berikan padanya, isakan lembut Gram di bahunya, membuatnya menjadi orang yang penting. Orang yang bisa menjadi tempat orang lain untuk bersandar.

"Ada apa ini? Kenapa kau menangis, Gram?"

Suara Clara membuat Gram melepaskan pelukannya pada Adinda. Wanita itu meraih ujung celemek untuk membasuh wajahnya yang basah.

"Aku hanya terbawa suasana," ucap Gram dengan suara serak.

Clara memandang Adinda yang disambut bahu terangkat olehnya.

"Ayo, Paman Jesse menunggumu di istal," ucap Clara kemudian.

"Clara aku..."

"Sebentar! Aku akan menyiapkan bekal untuk kalian!" Gram memotong ucapan Adinda dan berlari ke dapur .

Adinda melotot pada sahabatnya. "Sudah kubilang aku tidak mau! Aku akan menunggu Chase saja."

"Tidak," Gram tiba-tiba muncul dari dapur dan menyerahkan satu kantong besar pada Adinda, "Chase akan kelelahan saat dia pulang nanti. Pergilah sekarang sebelum cuaca menjadi semakin panas."

Adinda memandang dua wanita beda usia itu bergantian, sebelum akhirnya mendesah kalah dan keluar dari rumah. Masih sempat ia dengar teriakan girang Clara yang mengatakan, 'selamat bersenang-senang' dengan terlalu bersemangat.

Ini pasti akan menjadi hari yang tidak menyenangkan. Jesse masih marah padanya tentang tadi malam. Mungkin saja pria itu akan menyuruh kudanya berlari dan menjatuhkan Adinda ke dalam jurang.

Langkah Adinda terhenti saat ia melihat Jesse berdiri bersama kudanya, tidak jauh dari tempatnya berada. Ia pernah melihat pria itu dalam balutan celana jins belel dan kemeja usang yang sering dipakainya sehari-hari, tetapi Adinda tidak pernah melihat Jesse dalam pakaian berkuda.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Where stories live. Discover now