48. Pertemuan Kembali

682 185 8
                                    

Rebecca muncul tepat waktu sebelum persidangan diadakan, sehingga Adinda bisa bernapas jauh lebih lega karenanya. Meskipun ia sudah banyak mendampingi Rebecca di ruang sidang, berdiri sendirian tanpa pengacara seniornya bukanlah sesuatu yang bisa dilakukannya sekarang. Nyalinya belum sebesar itu.

Persidangan itu berlangsung tertutup seperti yang diinginkan sang Walikota. Adinda sendiri juga agak heran karena hingga detik ini, tidak ada satupun berita atau video yang muncul terkait perkelahian itu. Ia tidak berani membayangkan berapa banyak uang yang harus dikeluarkan Wilson maupun Lindsey demi menutup kasus ini.

Pengacara Jamie Lindsey menginginkan Allan dihukum dengan pekerjaan sosial, dan sanksi lain terkait pemakaian kendaraan bagi Allan.

Jaksa penuntut menginginkan hal yang kurang lebih sama hanya dalam waktu yang lebih lama, dan setelah melalui sidang yang tidak terlalu sengit, diputuskan jika Allan harus menjalani pekerjaan sosial selama 24 minggu di Austin, dilarang menyetir sendiri selama 21 minggu, dan dilarang mengunjungi klab atau bar selama 28 minggu sejak hari ini.

Adinda kira, Allan akan protes atau setidaknya meminta keringanan hukuman, tetapi anak itu hanya mengangkat bahu saat Rebecca bertanya apa ia ingin mengajukan banding.

Adinda tersenyum, tampak sedikit tidak percaya juga dengan yang terjadi. Allan tampaknya telah mengalami transformasi menakjubkan hanya dalam satu malam.

"Apa yang kau lakukan padanya?" bisik Rebecca saat akhirnya persidangan itu selesai.

Adinda yang sedang membereskan berkas di meja, melirik sebentar pada Allan yang berjalan keluar dari ruang sidang, lalu mengangkat bahu sambil tersenyum.

"Mungkin dia mengalami sedikit pencerahan di balik sel?"

Rebecca memutar bola mata. "Omong kosong. Anak itu tidak akan mendapatkan pencerahan kecuali sudah berada di ambang kematian."

Adinda tertawa mendengarnya. "Kau terlalu berprasangka buruk padanya."

"Aku tidak akan bisa berprasangka baik padanya, Adinda. Anak itu bencana."

Kali ini Adinda tidak tertawa, terutama karena ia tahu Allan tidak seperti itu. Tadi, ia juga agak kaget dengan kemunculan Allan di ruang sidang. Tidak ada tindikan di telinga, tidak ada rambut acak-acakkan dengan semir warna merah, juga tidak ada celana jins robek-robek yang biasa Allan kenakan.

Anak itu seakan muncul sebagai sosok Wilson yang baru. Rambut warna hitam yang tersisir rapi, telinga bersih tanpa tindikan, kemeja yang disetrika dengan licin, dan celana jins yang normal tanpa robekan di lututnya. Tampaknya, pembicaraan mereka tadi malam memang mempengaruhi Allan.

"Miss Abimanyu," sapa Allan ketika Adinda dan Rebecca keluar dari ruang sidang. Mata Allan menatap Rebecca yang menaikkan alis, lalu ia tersenyum sopan. "Miss Malery."

Rebecca mengangguk. "Aku harap kau tidak membuat masalah lagi dalam beberapa bulan ini, Allan. Akan sulit bagimu bebas dari jeruji jika kau terlibat masalah lagi."

"Saya berjanji," ucap Allan sopan dengan sedikit menunduk hingga membuat Rebecca dan Adinda saling berpandangan.

Bedanya, Rebecca benar-benar terkejut, sementara Adinda sedikit tersenyum dengan sikap Allan.

"Apa kalian ada acara? Jika tidak, saya ingin menawarkan makan siang sebagai ucapan terima kasih."

Rebecca melirik jam tangannya. "Maafkan aku, Allan, mungkin lain kali. Ada pertemuan lain yang harus aku lakukan. Kalian bisa pergi berdua."

"Pertemuan apa? Kau baru sampai, Becca," tanya Adinda sambil mengerutkan kening. Biasanya, Rebecca akan mengajaknya jika ada pertemuan, tetapi kali ini tampaknya wanita itu akan pergi sendiri.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Where stories live. Discover now