2J part 1

18 1 0
                                    

Eyyyy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Eyyyy...!

Ayo kita bermain waktu lagi.

Kali ini akan kuajak lebih jauh, bersiaplah.

Hari itu, tepat saat seorang menyadari bakat terpendamnya dan tepat saat itu juga hidupnya penuh paksaan. Eruz menatap malas kearah ibu dan Sahabatnya. Morgan hanya tertawa melihat wajah keruh dari Eruz.

"Jelek!" komen Morgan semakin membuat Eruz semakin keruh.

"Mom mau pulang!!" rengeknya.

Helen menatap tajam Eruz.

Sebenarnya wanita itu bukan tipe yang memaksakan kehendak anaknya, tapi karena dia senang saat mendengar suara Eruz yang bagus, membuat jiwa ibunya keluar.

Dia mendaftarkan Eruz lomba menyanyi tanpa sepengetahuan anak itu. Ya, kalahpun tidak masalah, toh niatnya memang untuk asik-asikan. Bagaimana dengan yang satu lagi? Helen gak mau naik tensi menguruh satunya.

Sekarang saja dia sudah kehilangan jejak anaknya yang itu. Biarlah, paling....

"Huaaaa... Mami rambut aku di tarik dia!"

"Mami Rok aku di bukaaa!"

"Woy, minuman gue mau dibawa kemana!!!"

Helen mengusap wajahnya, harusnya dia meninggalkan anaknya itu dirumah saja bersama sang ayah atau titip pada dua kakaknya yang lain. Bukan dia tidak tau, dia yakin sekali anak itu yang membuat ulah, lihat saja nanti...

Nah kan, dia dengan santainya duduk ditempatnya tadi.

"Mau?" Tawarnya kepada Morgan, Morgan menggeleng dan memilih menghabiskan minuman miliknya.

"Kak mau!" Eruz berseru.

Anak itu memberikannya kepada sang adik.

"Jangan diabisin!" Teriak Eren tidak terima.

"Sayang kamu sebentar lagi tampil, esnya nanti lagi. Kamu juga abis dari mana, ini minuman siapa?"

Eren dengan santai menyenderkan tubuhnya dan menikmati minuman colongannya. Sedangkan saudaranya merengut kesal karena belum banyak menikmati minuman ber-dosa itu.

"Tugas dunia Mah, dan tenang saja ini baru. Eren juga jijik kalau bekas orang." Terus dia bergidig membayangkan itu.

"Buat ulahnya nanti lagi ya sayang, gimana kalau ada yang mengira itu Eruz. Nanti adik kamu repot, dia mau tampil."

Helen menghela nafas, walau mereka sama-dari wajah hingga tingkah-tapi tetap saja Eren ini agak lain. Dia itu kelewat ajaibnya dibandingkan satunya.

Eren mengangguk dan menatap Helen dengan tatapan tengil.

"Mamah tidak usah khawatir, aku ada ini!" dia mengangkat tinggi-tinggi sebuah topeng monyet.

Kalau bukan anaknya, agaknya wajah itu sudah Helen cakar.

Dua ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang