2H

31 2 2
                                    

"...Ya, abis itu gue... gue balik ke kelas. Selesai."

Ada sedikit fakta menarik.

Sebenarnya soal salah satu temannya Eruz yang menghampiri Reikal setelah keluar dari UKS tidak lelaki itu ceritakan. Dia hanya menatap lelaki itu setelah ceritanya selesai-cerita berhenti saat keluar dari UKS. Dan yang bersangkutan juga tidak mau menambahkan.

Menambahkan bahwa lelaki itu pernah mengancam Reikal, misalnya.

Terdengar seperti itu bukan?

Entahlah, kenapa perasaan Reikal bilang bahwa itu lebih baik tidak usah diceritakan. Ada sesuatu yang membuatnya ketakutan setelah hari itu atau sekedar mengingat itu, tapi dia tidak tau apa.

Sedangkan di kubu lain. Eren, Nakula dan Morga masih terdiam.

Lalu secara tiba-tiba Eren membuka buku dan menulis sesuatu tapi ditahan langsung oleh Nakula dan Moragan.

"Udah tau gue siapa pelakunya, yakin gue!"

"Eii... Eiii..." Morgan menahan tubuh Eren.

"Sabar Er, sabar-sabar!"

Nakula mengambil buku itu.

Eren menghela nafas saat sudah tenang, dia kembali duduk ditempatnya.

"Kalian lagi main apaan sih?" Reikal menatap mereka heran.

"Main, lu bilang kita lagi mainnnn?!" Eren mulai dramatis.

Jhonat menghela nafas, dia menatap mereka malas.

"Kita sudah ceritakan apa yang kalian minta. Sekarang kalian ceritakan apa masalah kalian!"

"Kamu yakin Reikal akan bersih setelah mendengar ceritanya tadi?" tanya Nakula.

Jhonat terdiam, dia melirik lelaki yang terlihat masih belum mengerti dengan pembicaraan mereka. Dia paham, tapi tidak tau titik masalahnya.

Jhonat sendiri sebenarnya agak syok, rupanya yang pernah Reikal ceritakan itu Eruz. Dia mendengarkan itu ogah-ogahan, lagipula Reikal sendiri tidak mengatakan siapa korbannya-sekedar nama juga tidak. Walau seharian dia harus menenangkan Reikal yang ketakutan tanpa alasan.

Tapi lelaki itu kelewatan polos. Keesokan harinya, Reikal benar-benar melupakan tingkah anehnya.

"I-itu tidak di sengaja, dia gak melukai Eruz-"

"Kamu terdengar tidak yakin sekarang, apa pembicaraan ini harus di teruskan??"

Jhonat mengigit pipi dalamnya sejenak, "Mau percaya atau enggak itu urusan gue, gue yakin sepupu gue tidak bersalah."

Nakula bangkit dari sandarannya.

"Kalau bergitu, gak masalah juga kan kalau gue gak percaya kepada kalian?"

"Lo mau apa, biar lo sedikit aja yakin sama kita?"

Eren dan Morgan berdecak kagum dengan pembicaraan keduanya, Reikal kini malah kembali asik makan camilan yang ada di meja. Mereka tidak mau menjelaskan, Reikal masih tidak paham, ya sudahlah.

"Sedikit ya? Emmm... Nyawa kalian cukup," jawabnya membuat mereka kaget.

"NA, gak lucu anjing!" teriak Eren.

Reikal bahkan terbatuk di tempatnya, Morgan yang kasihan memberikannya air.

Nakula sendiri malah tersenyum dan tertawa.

"Gue bercanda, semua keputusan ada di kamu, Er. Kamu yang memutusakan."

Eren terdiam sejenak, dia menatap Jhonat dan Reikal bergantian. Mungkin tidak ada salahnya percaya kepada mereka. Toh kalau dia berbicara lain atau menyangkal, dia yakin Jhonat akan sulit di atasi. Seperti sebelumnya.

Dua EWhere stories live. Discover now