2E

24 2 0
                                    

"Ka-kami hanya bicara biasa."

"Tapi kalian terlihat serius!"

Orang itu mati kutu, dia tertawa kecil tak mau menambahkan apapun lagi.

Salah satunya bangkit dan menggerakan kedua tangannya dengan gemetar, "Ayolah broo... cuman bercandaan aja, gak ada apa-apa kok."

"Tadi dia bilang bicara biasa kenapa sekarang jadi candaan?"

Oke dia gagal, dia duduk lagi di kursinya. Tak habis akal, dia-orang yang sama tadi-kembali menatapnya.

"Ya biasa karena tidak ada yang sepesial."

"Maka katakanlah!"

Oke, dia mengaku kalah. Dia menaruh kepalanya di meja.

"Apa yang menarik?"

"Hah?" lelaki itu menatap pemuda yang masih asik dengan makanannya.

"Kenapa kamu ingin tau, apa yang membuatnya menarik?"

Hening sejenak.

"Kalian."

"Kami??" ketiganyan serentak mengucapkan kata yang sama.

Dia membuka kacamatanya dan memijat pangkal hidungnya, "Iya, kalian!" tegasnya.

"Lo minus??"

"Ini kacamata baca, kalian jangan mencoba mengalihkan pembicaraan ya!" dia menaruh hati-hati kacamata itu di atas buku yang tadi dia baca.

"Sialan," gumam orang yang tadi bertanya.

Siasatnya dengan mudah diketahui, siapa yang tidak kesal?

Tawa salah satunya hampir keluar-dia menahannya dengan mulut, sedangkan yang satunya sudah tersenyum.

"Kita akan buat kesepakatan!"

Nakula mambuka ponsel dan entah melakukan apa, lalu menutupnya lagi. Pemuda itu menatap kedua temannya.

"Terserah lu deh, kepalang basah," kata Eren.

"Iya," balas Morgan.

Nakula mengangguk.

"Kalau Kamu mau tau, kamu harus mau bekerja sama dengan kita," kata Nakula.

Dia terdiam sejenak, lalu mengiyakan.

"Oke," jawabnya.

Keduanya saling melempar senyum. Senyum setan.

"Kalau kamu bisa kasih informasi tentang beberapa orang yang kami cari, maka kami akan mengatakan apa maksud perkataan kami tadi!" dia bangun dari duduknya dan mengulurkan tangannya.

Ikut berdiri.

Tangan itu di sambut, "Setuju."

Dan senyuman setan itu semakin mengerikan.

"Mereka udah kayak mafia aja." Komentar Eren bergidig ngeri.

Morgan tertawa dia mengangguk setuju. "Bener, Serem Er."

"Kalau begitu mulai dari kamu!"

Keduanya kembali duduk.

"Etssss... gak bisa!" cegah Eren menghentikan ucapan pemuda yang sudah siap berbicara.

"Kenapa?" tanya Morgan.

"Sejak awal kita terlalu gegabah bicara disini. Lihat, satu orang sudah tau, lebih baik kita cari tempat aman untuk bicarakan ini."

Lalu mereka merenung terdiam

"Gue punya satu tempat gak kepake!"

Ketiganya menatap pemuda itu.

Dua EWhere stories live. Discover now