Ep. 40

484 59 13
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Dalen terdiam saat dia mendapati suhu tubuh Dante yang tak kunjung turun. Dia sudah panik, terlebih lagi melihat deru nafas yang tak teratur dari Adiknya itu. Satu hal yang dia ingat, Mamanya.

Buru-buru ia berlari mencari Delmara, ingin memberitahukan kondisi Dante padanya. Begitu ia sampai di kamar Mamanya, ia melihat Delmara sedang terburu-buru.

"Mama!" panggilnya.

Delmara yang sedang sibuk menata rambut, menoleh kearah Dalen. Sempat ia lemparkan senyuman pada sang anak sulung, tapi ia kembali menyelesaikan urusannya.

"Selamat pagi, Sayang. Maaf ya, Mama nggak bisa ikut kalian sarapan hari ini. Jadi, kalian sarapan bareng Bibi, ya?" ujarnya, sambil buru-buru memasukkan berkas kedalam tasnya.

Dalen sempat mengangguk, "Tapi, Ma! Adik—"

"Mama buru-buru, Sayang. Titip Adik, ya?" Delmara berjongkok, lalu memberikannya kecupan manis di pipi Dalen sebelum pergi bekerja.

Dalen hanya bisa terdiam, menatap Mamanya yang semakin menghilang dari pandangan. Ia mengepalkan tangannya dengan erat, semakin panik dirinya.

"Papa... Dalen harus apa?" gumamnya dengan frustasi.

Mendengar Mamanya menitipkan Dante padanya, Dalen merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu kondisi Dante saat ini. Iya, dia harus bisa membuat Dante sembuh, atau paling tidak membuatnya lebih baikan.

Ia pun kembali ke kamarnya, mengecek suhu tubuh Dante yang tak ada perubahan. Bagaimana ini? Johan juga sudah pergi pagi-pagi sekali karena ada urusan ke luar kota. Rasanya Dalen ingin menangis karena tak tau harus berbuat apa.

"Pa... Papa..." Ia mendengar suara kecil Dante.

"Sabar ya, Dik. Kakak ambil sapu tangan dulu." Buru-buru Dalen pergi menuju dapur, dilihatnya Bi Lastri yang sedang memasak.

"Bibi, Dalen boleh minta ambilin air dan sapu tangan, nggak?"

Bi Lastri yang mendengar permintaan sang tuan pun keheranan. "Buat apa?"

Dalen memainkan jari-jarinya dengan ragu, "Anu, sebenarnya dari semalam Dante demam."

"Ya tuhan, udah kasih tau Nona Delmara belum?" Bi Lastri yang panik, buru-buru mematikan kompor dan mencuci tangannya.

Aktivitas Bi Lastri tertahan karena Dalen memegang pakaiannya. Anak itu menggeleng lemah, memintanya agar tidak memberitahu Delmara.

"Mama sekarang lagi sibuk, Bi. Jadi jangan kasih tau, ya?"

"Tapi, Tuan...." Bi Lastri menghela napas, ia menurut saja.

Lalu mereka segera kembali ke kamar untuk mengompres Dante. Bi Lastri saja terkejut ketika ia menyentuh dahinya, terlebih lagi Dante yang terus meracau memanggil Papanya.

Anak ini merindukannya, meski tak pernah bertemu.

"Gimana, Bi? Apa Adik bisa sembuh?" tanya Dalen.

"Kita tunggu saja, kalau demamnya nggak cepat turun, kita harus bawa Tuan Muda ke rumah sakit."

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Delmara berdecak sebal setelah ia keluar dari ruang rapat, dahinya berkerut sambil memegang kepalanya. Sudah dua jam dia berada di ruang rapat, selama itu pula amarahnya dipaksa untuk memuncak.

Dia sudah mendengar rumor dimana tim pemasaran dan tim produksi yang selalu berselisih. Tapi dia tidak menyangka akan sepusing ini ketika ia mengalaminya langsung.

BEST PAPA • choi hyunsuk (sequel of Danny) Where stories live. Discover now