Bab 79. BRAVEHEART

Start from the beginning
                                    

"Hey kau. Masih mending dirimu diberikan tempat tinggal di sini dan adik-adikmu di sekolahkan padahal kamu berniat untuk menjebak kami dan memeras keluarga kami."

Tapi Brigita sudah kembali bicara membuat Reiko kembali pada kesadarannya dan melirik pada wanita di sampingnya sebenarnya ingin menghentikan kekasihnya bicara

Tapi

"Bersihkan semua darah-darah di sini dan semua beling-beling ini. Kau tahu berapa harga barang-barang di rumah ini? Piring-piring di sana itu bukan harga murah tapi gara-gara kau kekasihku sangat marah sekali dan menghancurkan piring-piring kesukaanku. Apartemen ini semua dekorasinya itu aku yang buat. Kau membuat tempat tinggal kami menyimpan memori buruk tentang dirimu."

"Bee--"

Kata-kata kekasihnya membuat Reiko sebenarnya ingin menghentikan makanya memanggil begitu

"Iya sayang?" tanya Brigita dengan senyum di bibirnya

Tapi apa yang sekarang bisa dikatakan oleh Reiko?

Jangan memarahinya karena dia sudah membantu --

Tentu saja bukan ide bagus. Reiko tak mungkin kan menjelaskan kalau Waluyo itu adalah pakdenya Aida? Bisa habislah dia.

"Kita mau berangkat ke Bali kan?"

Aduh, bukan ini sebenarnya ingin aku katakan. Sumpah Reiko sebetulnya memang tidak mau membicarakan masalah itu.

"Oh iya kamu benar. Kita kan harus mengurus pertemuan dengan Tommy di proyeknya kan?"

Tommy Pramono memang belum menerima project itu. Tapi dia dan satu orang pesaingnya memang diizinkan untuk melihat projectnya dan nanti akan mempresentasikan yang terbaik di akhir sebelum dipilih siapa yang akan memenangkan tendernya.

Karena itulah dia bisa mengajak Brigita dan Reiko kalau mau melihat ke sana juga.

Dan benar sudah apa yang dikatakan oleh Reiko, bisa mengalihkan kemarahan Brigita.

"Ya sudah ayo kita berangkat sekarang."

Terbukti dengan tangannya yang ingin menarik Reiko menaiki tangga

Hanya saja...

"Bersihkan sekarang juga sebelum kami turun lagi seperempat jam dari sekarang!"

Brigita langsung memberikan perintah itu kepada Aida.

"Bee, dia terluka." Hingga membuat Reiko tersentak dan mengatakan kalimat itu dengan penuh rasa bersalah.

"Tidak apa-apa kok pak Reiko saya bisa membersihkannya memang tadi saya mau mengambil lap untuk membersihkan ini kok."

"Nah dia sudah bilang begitu kok." Sinis Brigita yang tidak peduli. "Ingat sebersih mungkin tidak ada bau anyir lagi."

Hardik yang diberikan oleh Brigita. Dan saat itu juga dia kembali tersenyum menatap Reiko

"Ayo sayang kita sudah terlambat. Aku lupa kita kan ada penerbangan pagi dan aku tadi turun mencarimu itu karena aku nggak mau telat. Alarmku sudah berbunyi. Ayo kita harus cepat-cepat."

Tak peduli dengan semua yang terjadi kata-kata itu sudah terlontar dari bibir Brigita

"Tapi, mungkin aku bisa memanggil housekeeping untuk membersihkan ini?"

Hanya saja perasaan Reiko tidak enak makanya dia memberikan saran

"Kalau kita panggil housekeeping dia akan tanya siapa wanita ini. Dia terluka juga. Dan orang-orang akan berpikir kalau dia disiksa di apartemen ini. Belum tentu juga dia tidak menyebarkan apa yang terjadi di rumah ini pada housekeeping. Kita bisa viral."

Lalu Brigita menatap sinis pada Aida lagi

"Biar saja dia yang bersihkan. Toh kamu juga nggak akan melakukan ini padanya kalau dia tidak menipu kita semua dan berusaha untuk menjebakmu karena uang kan?"

Memang apa yang bisa dijelaskan oleh Reiko ketika Brigita mengutarakan itu? Mengatakan kalau itu semua hanya salah paham?

"Ayolah kita harus cepat-cepat."

"Ta-tapi--"

"Sudah tidak apa-apa Pak Reiko memang saya harus membersihkan ini dan dari tadi Anda juga mengingatkan pada saya harus membersihkannya bukan? Tenang saja pak Reiko saya tidak akan membuat masalah dan merusak nama Anda berdua."

Aida bicara sambil menatap tajam pada Reiko seakan memang dia tidak mau dikasihani. Seperti batu di atas gunung yang tak goyah menerima panas sinar matahari dan hujan silih berganti pagi dan malam. Cuaca panas dan dingin yang ekstrem membuat batu itu terlihat begitu kokoh di puncak gunung menunjukkan kekuatannya.

Dan itulah sekarang yang terlihat dari Aida. Dia bukan wanita yang suka menyak-menyek minta dikasihani.

"Nah, dia sudah menjawab begitu ayo cepat kita tidak bisa terlambat."

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now