Bab 141. AKU JANJI

33 3 1
                                    

Pesan dari siapa sampai Dia melihatku begitu?

Aida tentu tak tahu apa yang ada di dalam handphone Reiko tapi pandangan mata pria itu yang menatap tajam padanya membuat Aida merasa sesuatu yang negatif.

"Ehem!" Dan Aida juga sudah siap-siap saat Reiko berdehem ingin tahu apa yang ingin disampaikan oleh pria itu.

"Nggak keselekkan pak?"

"Aneh-aneh aja kamu! Emang aku makan apa, hmmm?"

Biasalah, Reiko memang sulit diajak becanda.

"Brigita akan kembali hari ini!"

Nah tahulah Aida apa yang jadi masalahnya sekarang.

"Oh, Bapak kalo gitu nggak perlu khawatir. Saya bisa kok ngurus diri saya sendiri. Jadi Bapak ndak perlu ke kamar ini lagi."

"Jangan turun dari tempat tidur!" tapi Reiko tetap tak mengindahkan ucapan Aida. "Kakimu masih sakit dan tanganmu juga. Aku akan mengurus bagaimana nanti aku bisa meluangkan waktuku ke sini. Tapi jangan pernah turun! Ingat kata-kataku!"

Mata pria itu menusuk dalam bola mata Aida dan sepertinya memang dia bukan becanda kalau tak mengizinkan Aida.

"Daripada Bapak ribut sama pacar Bapak, kan? Nanti repot loh!"

Meski Aida menakutinya....

"Pokoknya aku yang akan datang ke sini, gak ada negosiasi! Jangan macam-macam kamu!"

Tak mau ribut, anggukan kepala-lah yang bisa diberikan oleh Aida karena tidak tahu lagi harus bagaimana.

"Mau ke kamar mandi dulu enggak? Brigita bakalan sampai sini sekitar lima belas menitan lagi," tanya yang membuat Aida tentu saja menggelengkan kepalanya pelan sambil menahan senyumnya pada Reiko.

"Apa yang lucu?" sengit pria itu.

"Kamu nany--"

"Mau rasakan bogemku, hmmm?"

"Hehe, ampun Pak!" seru Aida yang tak mau sampai pria berwajah serius entah apa dalam benaknya itu marah. Akhirnya dia menyerah untuk bercanda.

"Tadi saya juga baru ke kamar mandi sama Bapak, kan. Masa saya di suruh ke kamar mandi lagi? Saya belum kepengen, pak!"

Sangat santai sekali Aida bicara, tak ada beban dan datar.

Seperti tidak ada masalah apapun intinya dengan kedatangan Brigita.

Anak ini gak tau apa ya se-stress apa aku ni? Masih bisa dia menggoda emosiku? seru hati Reiko yang memang khawatir sesuatu.

"Psssh! Psssh!" melihat Reiko yang diam, Aida memanggilnya. "Gih sana Bapak keluar cepetan daripada Bapak nanti kena omel loh kalo ketauan di sini! Pipi saya juga ntar jadi korban samsak tangan Bapak!"

Lagi-lagi kata-kata yang membuat Reiko hanya menghempaskan napas pelan. Sungguh bukan sebuah wajah ceria yang ditunjukkan kekasih yang ingin bertemu pujaan hatinya yang terukir di wajah itu.

"Aku bilang dia akan datang lima belas menitan lagi." Reiko bicara sudah sambil berdiri dan membawa baki makanannya.

"Tunggu sebentar di sini ya!"

Dia akan kembali lagi buat apa? atau maksudnya tunggu sebentar sampai besok pagi? Aida tak paham dan hanya memandang punggung Reiko yang sudah menutup pintu.

Aku harus cepat! berbeda dengan Reiko yang sudah melebarkan langkah kakinya menuju dapur.

Sebelum Bee datang! Aku harus siapkan sesuatu untuknya! pikirnya lagi yang memilih menaruh dulu cucian piringnya dan mengambil beberapa barang di kulkas secepat mungkin. Reiko sudah memperhitungkannya.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now