Bab 188. KAMU YANG MENGINGINKANNYA

37 4 3
                                    

Hari ini, dia cuma keluar untuk mengambil makan sarapan tadi pagi saja. Dan keluar kamar hanya seperempat jam saat kamarnya dibersihkan. Apa yang dia lakukan di dalam kamarnya? Selalu saja setiap hari seperti ini. Betah sekali sih di kamar? keluh Reiko lagi, yang memang tidak pernah luput untuk mengecek CCTV di rumahnya setiap hari, seperti saat ini, ketika matanya memperhatikan CCTV pasti dia protes dengan tingkah laku orang yang diperhatikannya itu.

Sebuah keadaan yang memang tidak ingin dilakukan olehnya tapi selalu dilakukannya berulang kali. Sungguh menggelikan bagi dirinya sendiri.

Aku sudah melakukan apa yang dia inginkan dan harusnya dia sadar kalau aku tidak memiliki rasa apapun padanya sehingga dia tak seharusnya main perasaan dan memakiku seperti waktu itu, sinis ucapan Reiko mengingat bagaimana Aida sempat bicara dengannya di dapur kala itu.

"SEMUANYA HANYA BERDASARKAN PERJANJIAN, INGET PAK! HUBUNGAN KITA NDAK LEBIH DARI PEMBANTU DAN MAJIKAN, KONTRAK KERJASAMA BISNIS. SEMUA SUDAH DI ATUR DI ATAS KERTAS DAN ITU TIDAK LEBIH DAN BAHKAN TUHAN PUN TAHU KALAU KITA SEMUA HANYA PURA-PURA! JADI SELOW AJA, SAYA BUKAN ISTRI BAPAK!"

'Memang siapa yang lupa soal perjanjian dan menginginkanmu jadi istriku yang sebenarnya? Tidak ada!'

Malas Reiko memikirkan soalan itu. Tapi memang kata-kata itu sering sekali terngiang di telinganya selama dua bulan terakhir ini dan selalu membuat mood swing untuknya.

Aish, masih ada kerjaan yang ingin aku urus! Gampang lah nanti aku akan cari cara bagaimana bicara dengannya.

Dan sekarang, untuk melupakan semua itu, Reiko kembali berusaha untuk fokus bekerja lagi.

Hanya saja ...

Dreet Dreet Dreeet

"Siapa lagi?"

Di saat Reiko ingin memikirkan sesuatu, justru dia terganggu dengan telepon yang masuk ini.

Reiko: Iya Kakek?

Telepon yang tidak mungkin tidak diangkat olehnya.

Adiwijaya: Selamat untukmu, Le! Aku ndak percaya lho sebenarnya dalam dua bulan ini kamu banyak membuat keajaiban, membawa nama perusahaan kita benar-benar terdaftar di salah satu negara besar di timur tengah. Padahal saat itu kondisi kita sangat terpuruk dengan pabrik yang baru kebakaran. Tapi lihat sekarang, kita sudah punya kantor cabang di Abu Dhabi dan bahkan Lesmana bilang penjualan pertamanya cukup memuaskan. Papamu, Endra tadi juga sudah menyampaikan pada Lesmana kalau butuh penambahan produk untuk ekspor. Ini luar biasa, Le!

Syukurlah usahaku tidak sia-sia dan memang aku sudah memikirkan soal ini dari dua bulan yang lalu! Kakek harus terpukau denganku!

Senyum merekah di bibir Reiko ketika mendengar ucapan dari Kakeknya ini. Saat dirinya sudah fokus ya beginilah Reiko. Apapun bisa didapatkannya.

Reiko: Ya Kakek. Ini semua kan berkat ajaran Kakek juga. Kalau dulu Kakek tak mengajariku bagaimana cara berbisnis, tentu saja aku gak akan bisa sejauh ini, Kek.

Adiwijaya: Pintar kamu bermain kata, Le! Haaah, tapi kalau kamu ingat, Aku menyuruhmu memasukannya ke Mesir. Lah kamu malah memasukkannya ke Abu Dhabi. Piye toh?

Reiko: Tapi tetap penjualan di sini lebih bagus daripada di sana Kakek. Orang-orang di sini lebih banyak uang daripada di Mesir. Mereka lebih open mind. Sekarang ini Abu Dhabi menjadi pusat ekonomi juga salah satu yang terbesar di Timur tengah, Kek. Banyak juga pelancong berbagai negara, juga pekerja dari Indonesia dan banyak buruh dari India, Pakistan dan Banglades juga beberapa wilayah di Afrika. Pangsa pasar luas, bebas konflik. Dan kita lebih mudah lagi menawarkan produk kita pada berbagai macam kelas sosial. Kita punya semua, mulai dari filter, kretek, cerutu, itu semua masuk kek.

Adiwijaya: Hahah, klambak ndak sekalian kamu jual, Le?

Reiko: Heheh, ya ndak lah Kakek, jaman ini mana ada yang mau beli klintingan campur menyan?

Rokok Klambak adalah jenis rokok zaman dulu yang campurannya terdiri dari sedikit tembakau dicampur dengan cengkeh dan tentu saja menyan. Rokok orang-orang tua dulu dan biasanya mereka melinting sendiri.

Tentu saja Adiwijaya hanya guyon ketika dia mengutarakan ini.

Adiwijaya: Hahah, yo wes, jadi kita diterima pelanggan di sana?

Reiko: Ya Kek. Mereka puas. Tidak perlu ke marketplace jauh-jauh lagi dan harganya jelas lebih mahal. Kita sudah diterima dan kita bisa menjual langsung ke distributor di sini. Aku yakin, pelanggan kita akan semakin banyak hari ke hari. Tinggal pikirkan strategi promosinya, karena produk ini berbeda dengan komoditi lainnya.

Reiko jelas saja antusias! karena ini adalah hasil yang luar biasa sekali untuk perusahaannya. Walaupun ini tidak sesuai dengan yang diinginkan Kakeknya. Mengembangkan di Mesir. Tapi Reiko yakin sekali hasil yang dia dapatkan ini lebih dari keuntungan kalau mereka masuk melalui Mesir.

Adiwijaya: Wes, Aku kalah kalau bicara begini denganmu. Kamu memang hebat Le! Ya sudah baguslah, kalau Aku meninggal nanti penerus perusahaan ini tak lagi mengkhawatirkan untukku.

Reiko: umur Kakek masih panjang, tak perlu berpikir begitu dulu!

Adiwijaya: Ya jelas! Kakek kan masih mau melihat cucu Kakek yang tertunda pembuatannya dua bulan ini.

Heish, masalah ini lagi! Aku akan semakin sibuk diluaran dan aku akan berusaha untuk tidak punya waktu tinggal di apartemenku! cicit hati Reiko yang memang sudah punya rencana sendiri.

Apalagi dia mengingat satu projectnya yang cukup penting.

Karena itulah ....

Reiko: Kakek ada yang ingin aku bicarakan penting.

Adiwijaya: Opo, le?

Reiko: Masalah modal! Seperti yang Kakek janjikan dulu. Ujian ini kan sudah aku lewati dan kita sudah masuk ke pasar Abu Dhabi, apa modal itu sudah bisa dicairkan?

Brigita bahkan sekarang sudah berangkat ke Hongkong. Dan aku sudah menjanjikan padanya kalau modal itu akan cair di akhir minggu ini setelah launching. Aku akan mengurus legalnya saat aku sampai di Jakarta besok. Jelas ini tidak boleh ditunda atau semuanya akan runyam! bisik hati Reiko yang sudah di kejar deadline.

Brigita juga sudah beberapa kali menekankan soal ini.

Walaupun uang untuk project tender ini bisa kudapatkan dari Reyhan, tapi dana dari Reyhan sudah kualihkan ke project Pramono yang sudah deal dengan MTC!

Tapi masalahnya sebulan yang lalu Pramono group sudah memenangkan tender untuk pembangunan resort terbesar dari MTC.

Saat ini sudah masuk ke dalam pengajian kontrak dan Reiko terpaksa memindahkan uang yang seharusnya digunakan untuk tender BIA ini ke project satunya. Dan ini Reyhan tak masalah, dia setuju. Apalagi keuangan memang tidak akan diberikan pada siapapun dan tim Reyhan di bawah BIA yang memegangnya. Sama seperti project untuk Aurora Corps.

Makanya sekarang Reiko ketar-ketir. Uang itu harus didapatkannya apapun yang terjadi.

Adiwijaya: Hemm modal!

Tapi jawaban Kakeknya tidak langsung straight pada apa yang ingin didengar oleh Reiko. Membuatnya gemas.

Reiko: Iya Kek, karena Senin depan tender itu dibuka di Hongkong dan aku rasa perusahaan kecilku itu membutuhkan modalnya.

Reiko sudah memikirkan soal ini. Dia sudah menentukan kapan dia akan launching di Abu Dhabi karena menghitung dari tanggal tender MTC launching.

Makanya Reiko berharap-harap cemas menunggu jawaban dari sang Kakek.

Adiwijaya: Hmmm, modal itu yo Le ... Sssh!

Reiko: Iya Kek, Aku perlu mengurusnya besok saat aku kembali ke Jakarta.

Benar-benar melatih kesabaran Reiko. Apalagi mendengar ucapan kakeknya kemudian.

Adiwijaya: Tapi kan permintaanku kamu masukkan ke Mesir, Le. Bukan ke Abu Dhabi. Baru modal itu kucairkan.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now