3. Buitenzorg, 1940.

14 6 0
                                    

"Ada banyak hikmah di balik semua yang terjadi padaku, karena itu aku percaya bahwa semua ini akan berakhir dengan baik."

-Anneke Van Diedrick

********

"Sudah, kak." jawab Elies acuh.

Anne menghela napas, ia mengira pembicaraannya tadi di dapur dengan Elies bisa membuat hati Elies lebih terbuka dengan Jaka. Namun ternyata ia semakin tidak menyukai kedatangan Jaka. 

"Maafkan aku karena membentakmu. Tadi kau sudah berlebihan padanya, Elies. Bahkan papa dan mama tidak pernah mengajarkan kita untuk bertingkah seperti itu." Tangan Anne kembali menyuapi Aldert yang makan dengan tenang di kursinya.

"Aku tahu." jawab Elies singkat.

Anne hanya terdiam sebelum akhirnya Elies berdiri lalu pergi dari ruang makan menuju kamarnya. Anne hanya menghembuskan napas lelah. Rasanya sangat pusing memikirkan masalah ini. Adiknya Elies, baru kali ini ia berani mengatakan itu padanya hanya karena tidak menyukai Jaka.  

"Habiskan dulu makanmu, William."

William mengangguk patuh, semenjak kedatangan Jaka, William menjadi pendiam. Mungkin karena memang ini adalah pertama kalinya ia bertemu Jaka, jadi ia tidak mengambil pusing hal ini.

Keesokan paginya, Anne kembali ke rutinitas seperti biasa, namun kali ini ia dibantu oleh Jaka yang sedang membersihkan halaman. Ia memang menyuruhnya untuk membantu mengurus halaman rumah dan berbelanja. Selainnya, ia hanya akan berada di rumah mengurus ketiga adiknya. 

Ia bukannya tidak mempercayai Jaka untuk membersihkan rumah. Tapi karena ia sendiri masih tidak memiliki pekerjaan atau hal yang akan dilakukan selain mengurus adiknya. Hari ini adalah hari minggu, sekolah William dan Elies, Musche Ilies School (MIS) sudah dipastikan libur. 

Sudah pukul 09.00 Elies masih saja belum keluar dari kamar. Anne berpikir, sebenarnya perkataannya pada Elies itu juga keterlaluan. Setelah ia selesai mengurus Aldert dan William, ia berdiri di depan pintu kamar adik perempuannya. 

Menghembuskan napas, ia mengetuk pelan pintu kamar Elies. 

"Elies.. ini kakak, Anne."

Tak ada jawaban dari dalam kamar, namun saat ia akan mengetuk pintu kembali, tiba-tiba pintu terbuka memperlihatkan Elies yang sudah siap, seperti biasanya. Memakai dress selutut yang berwarna kuning dan sebuah pita putih yang ia ikat di rambutnya.

"Iya, kak."

"Hah.. aku hanya ingin mengajakmu sarapan, kau belum makan sejak tadi pagi."

Elies terdiam sebentar lalu mengangguk dan berjalan keluar kamar menuju ruang makan. Anne hanya menambah satu sup sayur saja karena memang sisa lauk semalam masih ada.

"Elies, aku ingin berbicara padamu."

Tidak ada jawaban, Elies tidak menjawabnya. Ia tahu apa yang akan dibahas oleh kakaknya, siapa lagi jika bukan Jaka, pengasuhnya itu.

Anne menggeser kursi menghadap ke arah Elies. Ia tersenyum tipis melihat hal itu.

"Aku benar-benar ingin meminta maaf padamu tentang semalam. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti hati dan membentakmu. Jika kau bertanya mengapa aku tidak mengusir Jaka dari rumah adalah karena aku tidak bisa mengurus-"

Anneke's BoekenWhere stories live. Discover now