Prolog.

46 9 2
                                    

"Menulis merangsang pemikiran, jadi saat kamu tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis."

- Barbara

********

Anneke, bukan Annieke ataupun Annyieke. Anak perempuan berdarah Belanda dari pasangan suami istri Henry Van Diedrick dan Evi Laurence. Henry adalah seorang sekretaris dari sebuah organisasi di Hindia-Belanda. Sedangkan Evi Laurence, seorang ibu rumah tangga yang mengurus ketiga anaknya. Wanita cantik yang sangat cerdas, menyukai gaun putih dan segala hal yang menyangkut tentang sejarah. Keluarga bahagia ini akhirnya pindah ke sebuah daerah bernama Fort Willem pada tahun 1937 karena pekerjaan Henry yang mengharuskan untuk tinggal.

Sang kakak pertama, Anneke Van Diderick begitu menyambut kelahiran adiknya. Adiknya yang begitu ia tunggu akan kelahirannya. Namun, begitu kebahagiaan itu datang karena adiknya lahir, justru juga harus merasakan kesedihan yang mendalam baginya. Seorang peran ibu, peranan wanita yang mengajarinya banyak hal, seorang wanita yang terus ia kagumi karena kecantikan, kehebatan, dan kecerdasannya. Ibunya, Evi Laurence meninggalkannya.

Kepergian sang ibu membuat ayahnya begitu terpukul. Ayah menjadi jarang untuk berbicara. Pekerjaannya setiap hari hanyalah terus bekerja di ruang kerja hingga larut. Bahkan terlihat jarang untuk tertidur. Anneke merasa khawatir dengan kondisi ayahnya. Namun ia hanya bisa mengintip dari balik pintu ruang kerjanya. 

Semenjak kepergian sang ibu tercinta, seluruh pekerjaan rumah diberikan pada gadis berumur 11 tahun itu. Walaupun begitu, Anneke tidak pernah mempermasalahkan hal ini karena memang dia sendiri juga merasa nyaman melakukan kegiatan ini termasuk mengurus Aldert. Memang walaupun ayahnya terlihat tidak peduli pada keluarga ini lagi, namun tetap ia tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang ayah.

Beberapa karung beras, sayuran segar tertata rapi di atas meja dapur, seluruh keperluan Aldert sudah ayah persiapkan. Jika ditanya apakah bisa seorang gadis berusia 11 tahun mengurus bayi yang baru saja lahir? Tentu saja bisa. Hal itu dibuktikan dengan betapa rajin dan lembutnya Anneke ketika mengurus Aldert.

"Kak, aku ingin bermain dengan papa? Mengapa papa tidak pernah bermain dengan aku dan William lagi? Apa kami berbuat salah karena mama meninggal?"

Anneke terdiam, tangan Annelies menarik ujung bajunya ketika ia menjemur baju. Anneke bahkan tak mengetahui apa kesalahan yang diperbuatnya. Saat itu ia hanya bisa terdiam tanpa mengucap sepatah kata pun. Mata sayunya terarah tepat ke mata biru terang Annelies. 

"Kak.."

Setetes air keluar dari mata cantiknya. Ketiga adik kecilnya harus merasakan ini ketika kecil, ketika anak-anak bermain dengan orang tuanya, adik kecilnya malah harus merasakan ini.

"Tidak.. tidak.. kita tidak berbuat salah apapun. Papa hanya sedang sibuk bekerja. Papa tidak marah pada kita, papa juga tetap menyayangi kita. Tidak usah khawatir tentang hal ini. Papa tidak seperti itu."

Anneke, gadis yang dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya. Anak kecil berumur 11 tahun yang ditinggal ibunya, anak kecil yang dipaksa untuk menjadi pengganti peran ibu di keluarganya. Anak kecil, yang tanpa sadar mengetahui banyak rahasia besar tentang siapa sebenarnya ayahnya, Henry Van Diedrick.

--------

Prolog nya sampai sini dulu ya, 

Disclaimer, jadi saya buat cerita ini semata-mata karena imajinasi saya. Tidak ada hubungannya dengan sejarah politik di Indonesia. Saya terinspirasi, namun saya tidak mengambil seluruh sejarah di Indonesia.

Segitu dulu. 

Anneke's BoekenUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum