20. Terbongkar

75 6 0
                                    

___

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


___

“Ara!” pekik Tresa, gadis tersebut sangat kacau sekali. Rambutnya yang berantakan dan bajunya yang lusuh jangan lupakan luka luka di kedua tangannya. Raut wajahnya sangat kacau, jejak air mata terlihat jelas ditambah kantung mata yang menghitam di bawah matanya.

Dua suster rumah sakit jiwa yang sedang menenangkan Tresa pun terluka karena cakaran Tresa.

Tresa mengusap kasar jejak air matanya. “Dia....” tunjuk Tresa kepada Lara yang baru saja datang bersama Dave. Tresa menatap penuh amarah kepada sang Ibu Jen. “dia yang selalu datang kesini, dia yang selalu nemenin Tresa disaat Tresa butuh kalian semua. Beberapa hari lalu Tresa telfon Ibu tapi yang ngangkat Abang, dan Abang tau setelah Abang katakan bahwa Tresa anak yang manja. Tresa kacau Bang, Tresa bukan anak yang manja, Tresa cuma butuh kalian disamping Tresa. Kenapa? Kenapa Abang benci banget sama Tresa?! Kenapa Bang? Kenapa? Bukan, bukan Tresa yang membuat adik meninggal, bukan. Bukan Tresa Bang!!! Bukan Ara yang kasih tiket itu, tapi abang yang kasih! Tapi kenapa Abang jahat ke Tresa! Bukan Tresa Bang!!!” Tresa menjambak rambutnya sendiri, sambil meraung raung mengatakan 'Bukan.'

Lara yang melihat dan mendengar penjelasan dari Tresa pun langsung berlari ke arah Tresa. Lara membawa tubuh ringkih Tresa ke dalam pelukannya, mengelus rambut Tresa pelan. “Jangan dijambak kak, istighfar. Astagfirullahalazim, astagfirullahalazim. Kakak pasti sembuh, oke. Kata kakak mau sembuh, ayo kak sembuh. Ara tunggu kakak.” bisik Lara, masih mengelus surai rambut Tresa.

“Tres?” panggil seorang pemuda berpakaian formal. Menatap sendu ke arah adiknya yang sangat kacau seperti sekarang. Ia akui, dirinya bodoh karena terlalu memikirkan pekerjaan kuliah dan pekerjaan kantornya sampai tidak pernah melihat kondisi adiknya sendiri.

“PERGI! Tresa engga butuh Abang! PERGI!!” teriak Tresa menunjuk abangnya sendiri yang sedang menatapnya sendu.

Ibu Jen, tante dari Lara. Menarik napasnya panjang sambil menghapus air mata yang akan keluar di ujung pelupuk matanya. “Al, kamu pergi dari ruangan ini terlebih dahulu. Biarkan adik kamu tenang dulu.” Ibu Jen, menatap anak sulungnya. Algara, anak sulung dan sepupu dari Lara.

“Baik Bu,” jawab Gara, menghembuskan napasnya kasar lalu berjalan pelan menuju luar ruangan yang sudah terdapat Dave di bangku luar.

“Lo?” Gara tampak terkejut melihat kehadiran Dave.

“Hai, Bang.” sapa Dave berdiri dari kursinya sambil menyapa ramah kepada Gara.

“Engga usah sok ramah lo! Ngapain lo disini? Udah ketemu lo sama Lara? Senang lo?” tuding Gara dengan banyak pertanyaan, lalu ikut duduk di samping Dave. “Lo seharusnya terima kasih ke gua, sebab gua lo bisa ketemu Lara.” imbuh Gara.

Dave terkekeh kecil. “Sebab lo? Yang bener aja? Gua tau Lara satu sekolah sama gua juga karena engga sengaja ketemu. Lo? Lo engga pernah nyebut bahwa gua sama Lara satu sekolah.”

BERISIK (END) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon