8. Panik

33 8 0
                                    

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_____

Panic attack adalah suatu serangan ketakutan yang intens atau kuat, yang dapat memicu berbagai gejala fisik yang parah. Padahal tidak ada bahaya yang nyata atau penyebab yang jelas. Serangan panik merupakan perasaan takut yang datang secara tiba-tiba dan dalam waktu singkat. Gangguan ini disertai reaksi fisik sebagai respons terhadap situasi yang dianggap mengancam, meskipun sebenarnya tidak benar-benar mengancam. Saat mengalami serangan panik, tubuh jadi berkeringat, sulit bernapas, dan merasa jantung berdebar kencang.

Penyebab gangguan kecemasan sendiri ialah karena kondisi ini dapat disebabkan oleh adanya masalah pada fungsi otak yang mengatur rasa takut dan emosi ada juga penyebab lainnya yang mengakibatkan gangguan kecemasan timbul. Cara mengatasinya yaitu. Pertama, periksakan diri ke psikolog atau psikiater dengan berkonsultasi kita dapat mengetahui pemicu serta obat dan cara menanganinya. Kedua, melakukan kegiatan positif kegiatan yang santai dan menyenangkan  akan meningkatkan pola pikir yang sehat dan mengurangi stress. Ketiga, menjaga pola tidur, tubuh yang lelah lebih rentan terhadap stress, bila stress berkepanjangan akan menimbulkan serangan yang tidak terduga. Dan cara lainnya yang dapat mengatasi serangan panik itu sendiri.

Kunci kedamaian hidup sebenarnya sederhana ialah dengan menjalaninya, menikmatinya dan mensyukuri setiap perihal yang ada.

“Nak?”

Suara seseorang di ambang pintu kamar membuat Lara mendongakkan kepalanya menatap sendu ke arah Bundanya yang sedang berdiri di ambang pintu. Hatinya masih merasakan sakit sekaligus rindu kepada sosok di hadapannya.

“Kamu sedang tidak enak badan?” tanya Bunda - Laysa, berjalan ke arah anaknya lalu duduk disebelah Lara sembari mengelus lembut rambut panjang anak sulungnya.

Lara hanya diam sembari memejamkan kedua matanya. Hatinya dan rasa rindunya kepada sang bunda sekarang seakan lega begitu saja. Rasa sakit kepalanya serasa hilang saat sang Bunda mengelus rambutnya.

“Lara maafin Bunda, Nak. Pasti kamu dengar apa yang tadi Bunda katakan kan?” tanya Bunda - Laysa, masih tetap mengelus sayang rambut putri sulungnya. Ia tahu anaknya pasti tidak terawat di kosan, tetapi mengingat kejadian dua tahun lalu membuat sang Bunda harus lebih tegas lagi.

Kedua mata Lara terbuka, menatap lantai kamarnya dengan tatapan kosong. Lara memang mendengar semuanya, walaupun mereka tidak mengatakan hal tersebut tetapi mata tidak pernah berbohong. Kalara Andrina, gadis yang selalu overthinking dengan pikirannya sendiri dan yang paling Lara benci adalah pikiran negatif yang tiba-tiba muncul disertai bayangan halusinasi sebuah adegan yang tidak pernah terjadi.

“Nak?” panggil Bunda - Laysa dengan suara begitu pelan saat melihat anak sulungnya hanya diam dan menatap kosong ke arah lantai. Hati Bunda - Laysa semakin sakit saat melihat perubahan anaknya, kemudian sang Bunda langsung mendekap tubuh lemah sang anak ke dalam pelukannya.

“Ara? Ada cerita yang mau dibagi kepada Bunda, sayang.” Bunda - Laysa, mengelus rambut sang anak yang berada di dekapannya. Entah dari kapan Lara berubah menjadi anak yang pendiam dan selalu mengurung diri di kamar. Dan kejadian itu pun terjadi yang membuat anak sulungnya semakin diam.

Lara menggelengkan kepalanya tanda tidak ada yang ingin di ceritakan kepada sang Bunda. Lara memejamkan kedua matanya, pelukan hangat sang Bunda mampu membuat Lara kembali merasakan nyaman dan tenang di dalam hatinya.

“Sekarang kamu istirahat, sayang.” Bunda - Laysa masih mengelus rambut panjang sang anak.

Lara memejamkan kedua matanya, elusan pelan di rambutnya mampu membuat Lara nyaman dan mengantuk secara bersamaan. Senyuman kecil terpatri pada wajah pucat Lara.

***

Jam bulat bewarna merah muda menunjukkan pukul tujuh malam. Gadis berkemeja kotak-kotak bewarna hitam putih, duduk menatap jam dinding kamarnya. Sembari meletakkan buku novelnya di atas nakas.

Lara menatap lurus ke arah jarum jam tersebut tanpa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Suasana malamnya hari ini sangat ia rindukan, suara jangkrik, suara alat alat penggorengan dari dapur dan suara para asisten rumah tangga yang berkerja saring bercerita di luar kamar Lara yang memang terdapat di sebelah dapur.

Lara kembali tersadar saat sebuah ketukan pintu pada kamarnya dan suara "Non Lara makan malam sudah siap." Mampu membuat Lara tersenyum simpul, entah mengapa hatinya merasa nyaman.

“Baik, Bi.” balas Lara, segera turun dari ranjangnya.

Suasana makan malam hari ini terasa begitu canggung. Sebenarnya hanya Lara saja yang merasa canggung diantara mereka semua. Lara takut kejadian dua tahun lalu terjadi kembali. Tidak, Lara harus menahan diri agar lebih sabar lagi. Semua suasana malam hari ini mengingatkannya pada kejadian dua tahun lalu.

Wanita dress merah yang duduk di hadapan Lara sudah tidak dapat menahan diri. Wanita bernama Jen, yang menjabat sebagai tante dari Lara. Tante Jen yang selalu berbicara apa yang di pikirannya tanpa memikirkan hati orang lain membuka suaranya karena muak terlalu diam terus.

“Lara, kamu terlalu banyak diam. Apa kamu selalu begini di kosanmu juga?” katanya dengan senyum sinis.

Lara menatap diam dengan senyum tipis terpampang di bibirnya. Sudah biasa ia mendengar pertanyaan ini. Jangan sampe ia kehilangan kesabaran lagi.

“Sekarang waktu makan malam jangan banyak omong, selamat makan jangan lupa berdoa.” Nenek - Dera membuka suaranya karena takut kejadian dulu terulang kembali.

Lara tersenyum singkat kepada Neneknya. Walaupun sang nenek sudah membantu dirinya tetapi rasa canggungnya membuat Lara seperti terisolasi. Pikiran Lara hanya satu kembali ke kosan.

Setelah makan malam, Lara kembali ke kamarnya, mencari kedamaian yang hilang. Dia merenung sejenak dan akhirnya membuat keputusan sulit. Dia harus kembali ke kosannya, tempat di mana dia merasakan kesepian, kesunyian dan kegelepan sesungguhnya.

Dia menghadapkan neneknya dengan keputusannya, dan meskipun neneknya merasa sedih, dia akhirnya mengizinkan dirinya pergi. “Kamu tahu, kamu selalu memiliki tempat disini,” ucap sang nenek sambil memeluknya erat.

Dengan perasaan campur aduk, Lara kembali ke kosannya. Hatinya sudah sedikit lebih baik bisa bertemu dengan orang orang yang ia rindu. Pandangannya menatap rindu ke arah mereka semua, adiknya tersenyum lebar sembari memekik "KAKAK, LISA SAYANG KAKAK!" Sedangkan sang Bunda tersenyum kecil dengan tatapan yang memancarkan kerinduan kepada dirinya.

Kalara Andrina, gadis tersebut sudah berada di dalam mobil yang akan menghantarkan dirinya ke kosan.

_____

Salam hangat dari AN 🤎🥧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam hangat dari AN 🤎🥧

BERISIK (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang