16. Dingin

29 6 0
                                    


Dulu kita pernah sedekat urat nadi, tapi kini seperti mata yang tak bisa melihat telinga secara langsung.” ~Rindu

” ~Rindu

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.


____

“Lo yang buang sampahnya,” ucap Vea, gadis berbando merah muda tersebut, sembari meniup niup kukunya yang basah karena kutek.

Lara yang sedang membereskan bukunya pun menolehkan kepalanya menatap datar ke arah Vea yang sedang sibuk meniup kuku. Membuang sampah? Jadwalnya seperti biasa setiap pulang sekolah pasti dirinya yang akan di perintah untuk membuang sampah. Walaupun Vea tidak memerintah dirinya, dirinya pasti akan tetap membuang sampah tersebut. Tanpa ingin berdebat lebih panjang dengan pikirannya Lara menganggukkan kepalanya tanda 'iya' dan 'setuju'.

“Lo bisu?! Punya mulut jawab?!” Vea menatap sinis ke arah Lara sembari meninggikan suaranya. Merasa geram saat hanya dijawab anggukan saja oleh Lara.

Lara tersenyum kecil sembari memejamkan matanya mendengar nada suara Vea yang meninggi. Ia sudah biasa di perintah ini itu oleh teman sekelasnya tapi Lara tidak terbiasa mendengar suara dengan nada tinggi seperti ini. Suara nada tinggi seperti bentakan mampu membuat Lara mengingat kejadian dua tahun yang ia alami dulu.

“Ck, terserah lo. Gua cape ngomong sama orang bisu kek lo!” Vea berdecak kesal lalu berjalan menuju kedua teman dekatnya yang sudah menunggu Vea di ambang pintu kelas.

“Lo kenapa?” tanya Raya saat melihat raut wajah kesal, gadis berambut sedikit pirang tersebut melepas earphone yang menyumpal telinganya.

“Ck, malas gua bahas.” balas Vea, gadis berbando merah muda tersebut berjalan mendahului mereka berdua.

Sedangkan Raya hanya diam sembari melirik Lara dengan lirikan tidak suka. Lalu berjalan mengikuti Vea disamping Qia, gadis tomboy langganan bk dikelas XII IPA 3.

Lara, gadis berwajah pucat dan tenang tersebut menatap ke setiap penjuru kelasnya yang sepi dan sunyi. Memang benar hanya Lara seorang diri yang belum pulang dikelasnya. Setelah mendengar perintah dari Vea untuk membuang sampah Lara tidak langsung membuang sampah melainkan membersihkan kelasnya terlebih dahulu. Setelah mereka tidak ada yang mengganjal Lara langsung mematikan saklar lampu lalu menutup kelasnya.

Lara menarik napasnya pelan, menatap banyaknya sampah di depan kelasnya yang sudah terkumpul jadi satu di trash bag dan beberapa botol bekas yang berserakan di lantai membuat Lara harus berjongkok memunguti botol tersebut.

***

Setelah membuang sampah Lara langsung mengambil tasnya yang berada di bangku tidak jauh dari tempat pembuangan sampah. Saat ingin berjalan pulang tiba-tiba Lara dikejutkan oleh sebuah tangan kekar yang terbalut hoodie hitam menghalangi dirinya. Membuat Lara reflek langsung menghentikan langkahnya, menatap tenang ke arah sosok pemuda berwajah familiar di hadapannya.

“Bisa bicara sebentar?” tanya pemuda berlesung pipi, tersenyum manis ke arah Lara membuat kedua mata pemuda tersebut menyipit sempurna.

Lara hanya menganggukkan kepalanya, ia sudah ingin sekali pulang ke kosannya. Dan Lara sangat menjauhi berdebatan jadilah hanya menuruti saja.

“Ra, lo kemana aja? Gua cariin lo kemana mana? Dan bodohnya gua engga ngenalin lo selama tiga tahun belakangan ini, padahal kita satu sekolah.” jelas pemuda tersebut, memegang kedua bahu Lara menatap dalam bola mata coklat yang memancarkan ketenangan milik Kalara Andrina.

Lara hanya diam menatap tenang pemuda di hadapannya. Pantas saja ia sangat familiar dengan wajah yang di miliki pemuda tersebut. Ternyata pemuda tersebut adalah, Dave Anggara teman masa kecilnya dulu. Sosok teman yang selalu bersama Lara dari masih kecil hingga saat Dave berumur 9 tahun dimana Dave harus pindah dan ikut bersama kedua orang tuanya di Jakarta. Saat mendengar hal tersebut Lara merasa sedih dan kehilangan sosok teman sekaligus sosok abang. Lara dan Dave memang hanya terpaut beberapa bulan saja. Dan Lara menganggap Dave seperti abang sekaligus temannya.

“Ra, lo kenapa berubah gini?” tanya Dave, menggoyangkan bahu Lara membuat Lara sadar dari lamunannya.

Dave menarik napasnya dalam dalam, mendudukkan kepalanya sebentar sebelum mendekatkan wajahnya ke wajah Lara. Membuat Lara terkejut karena wajah mereka hanya berjarak beberapa centimeter saja. Lara dapat melihat perubahan pada wajah Dave, wajah Dave berubah menjadi datar dan seperti menahan marah. Lagi lagi Lara dibuat terkejut saat wajah Dave semakin mendekat ke wajahnya.

Bugh!

Tangan kanan Lara sudah sangat gatal untuk menonjok wajah tidak berdosa milik Dave tapi Lara mengurungkannya untuk sekarang tidak akan menonjok wajah Dave tetapi ia memilih menonjok perut Dave membuat Dave sedikit terhuyung ke belakang, mundur beberapa langkah. Hingga membuat jarak mereka menjauh tidak begitu dekat seperti tadi.

“Lo?” tanya Dave melihat wajah tenang Lara yang menatapnya datar, Dave sedikit meringis mengusap perutnya yang terasa nyeri karena tonjokan Lara. Saat ingin melanjutkan ucapannya, Lara justru pergi berlalu dari hadapannya tanpa mengatakan sesuatu kepada dirinya.

Bukannya marah justru Dave terkekeh kecil. Lucu adalah kesan pertama untuk Lara. Dave kira Lara lupa akan kenangan mereka dulu saat latihan bela diri tetapi ternyata tidak. Lara tetap Lara, gadis pemberani dan gadis hebat yang pernah Dave temui. Dave mengusap wajahnya kasar, mengingat dirinya tadi. Ia beristighfar di dalam hati. Ia memiliki alasan tersendiri yaitu ingin mengetahui apakah Lara tetap Lara yang Dave kenal ataukah tidak. Dave membuang napasnya lega saat Lara menonjok perutnya dengan begitu kuat. Ia lalu merogoh saku celananya mengambil handphonenya untuk menghubungi seseorang.

“Kenapa?” tanya di seberang sana saat telfon sudah tersambung.

“Bodoh!” geram Dave kepada seseorang di seberang sana.

“Engga sopan banget lo sama yang lebih tua,” gerutu di seberang saat mendengar geraman dari Dave yang tidak sopan.

“Selama ini lo tau kalau Lara satu sekolah sama gua kan?” tanya Dave.

“Lo engga nanya jadi gua engga kasih tau.” balas di seberang sana secara entengnya.

Dave yang mendengar hal tersebut langsung mematikan panggilan secara sepihak tanpa ingin mendengar alasan yang diberikan kembali oleh seseorang di seberang sana.

___

Salam hangat dari AN 🤎🥧

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Salam hangat dari AN 🤎🥧

BERISIK (END) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu