2. Bunuh Diri

183 11 2
                                    

____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

____

Depresi, lelah, putus asa dan sakit hati yang luar biasa. Mungkin pernah merasa ingin bunuh diri atau pernah berpikir bahwa teman dan keluarga akan lebih baik jika tiada. Faktor penyebab berpikir seperti itu banyak sekali diantaranya, masalah ekonomi atau masalah dalam kehidupan sosial dan masih banyak lagi faktor lainnya yang mengakibatkan ingin bunuh diri.

Banyak cara agar menghilangkan rasa ingin bunuh diri yaitu dengan cara. Berbicara dengan orang terdekat, dengan kita bicara dengan orang terdekat kita akan mengusir pikiran untuk bunuh diri. Melakukan aktivasi yang bermanfaat contohnya, membaca buku, pergi ke tempat wisata dan sejenisnya. Berolahraga, dengan berolahraga kita dapat membantu suasana hati menjadi lebih baik. Dan cari alasan untuk tetap hidup, coba pikirkan perasaan orang-orang terdekat, keluarga, pasangan, atau sahabat akan sangat sedih dan rindu ketika kehilangan.

Dan yang paling utama kita harus ingat, dalam ajaran islam dilarang melakukan bunuh diri.

Suasana ramai kelas XII IPA 3 seperti pasar saking ramainya. Beda dengan perasaan campur aduk milik gadis berseragam SMA yang sedang menatap keluar jendela menatap langit bewarna biru yang membentang luas tersebut. Entah mendapatkan pikiran dari mana tiba-tiba gadis tersebut memikirkan tentang bunuh diri.

Lara, mengalihkan atensinya menatap sekeliling kelas yang ramai tetapi ia merasa kenapa sangatlah sepi dan sunyi sekali. Gadis tersebut duduk sendirian di meja paling ujung belakang, bisa dibilang ia anak introvert. Lara, tipe anak yang jarang bicara dan tidak begitu aktif dikelasnya. Lara tidak masalah kalau ia duduk sendirian, ia memang memiliki kewaspadaan yang cukup tinggi. Tetapi kewaspadaan tersebut justru menimbulkan bayangan bayangan aneh yang belum tentu terjadi dan selalu membayangi kehidupan sehari-harinya.

“Beliin kita air mineral dong,” ucap gadis berpita merah muda berdiri di depan Lara yang terhalang oleh meja.

Lara mengangkat kepalanya setelah sadar dari lamunannya, ia beristighfar di dalam hati karena memikirkan hal tersebut. Lara tersenyum tipis mengambil uang yang disodorkan Vea. Kemudian Lara bangkit dari tempat duduknya berjalan pelan menuju luar kelas. Lara akui dirinya mudah sekali dimanfaatkan oleh teman sekelasnya. Ia selalu di perintah untuk membelikan ini itu dan memerintah seenaknya.

Pandangan kosong yang dimiliki oleh Lara menatap lurus ke depan berjalan menulusuri koridor. Lara hanya siswi biasa, tidak populer dan ia sangat menjauhi yang namanya pertengkaran maupun perselisihan.

Setelah membeli air mineral Lara berjalan menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Hembusan angin pada lantai dua membuat helaian rambut milik Lara berterbangan. Wajah tenang dan pucat adalah karakter seorang Lara.

“Lama banget lo!” Vea langsung merebut paksa kresek berisikan air mineral dari Lara secara kasar.

“Maaf,” ucap Lara pelan seperti tidak ada energi apapun, berdiri di hadapan Vea dan kedua temannya

“Lo mau jadi patung di sini, hah?!” tanya Raya menaikkan satu alisnya menatap Lara yang berdiri bagikan patung.

Mendengar pertanyaan dari Raya membuat kedua teman lainnya tertawa terbahak-bahak, pertanyaan dari Raya menurut mereka lucu tetapi menurut Lara pertanyaan tersebut tidak bermutu. Sebab dirinya adalah manusia bukan patung pertanyaan sangat aneh dan tawa tersebut terdengar seperti tawa mengejek. Lara menggelengkan kepalanya pelan lalu tersenyum kecil, ia tidak boleh berpikir seperti itu.

Lara berjalan pelan menuju tempat duduknya. Ia kembali menatap lurus ke arah luar jendela. Entah kenapa ia sekarang merasa tenang jika melihat awan di atas langit tersebut. Lara sangat menyukai awan yang bergerak pelan tersebut bagaikan domba domba lucu. Lara tersenyum simpul sebelum sebuah bola mengenai kepalanya dari arah samping. Membuat Lara memejamkan kedua matanya merasakan pusing dan terkejut secara bersamaan.

“Anjirlah! Ambil engga Hil!” teriak Azka pemuda yang sedang duduk di atas meja memerintah pemuda bernama Hilo untuk mengambil bolanya.

“Ck, ngerepotin lo!” seru Hilo berjalan ke arah meja Lara. Saat sudah mengambil bolanya Hilo memiringkan kepalanya menatap sejenak Lara yang sedang menundukkan kepalanya.

“Lo engga kenapa napa?” tanya Hilo kepada Lara.

Merasa ada yang sedang bertanya kepada dirinya pun, Lara mengangkat kepalanya menolehkan ke samping dengan senyuman kecil. “Engga apa apa.” balasnya.

Inilah Kalara Andrina, gadis yang selalu menghindari sebuah keributan. Sosok yang selalu mengatakan tidak kenapa napa. Sosok gadis yang selalu ditemani oleh kesunyian, kesendirian dan ke berisikan oleh bayangan bayangan yang menghantui kehidupannya.

Salam hangat dari AN 🤎🥧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Salam hangat dari AN 🤎🥧

BERISIK (END) Where stories live. Discover now