42. ✤

415 47 11
                                    

Seperti biasanya Sarah selalu mengajak Satya bermain di halaman belakang. Tapi tak seperti pada hari-hari sebelumnya, kali ini Sarah lebih banyak melamun-memikirkan 2 orang kesayangannya.

Jeyan dan Arjuna.

Tapi.......

Jujur saja, entah kenapa Sarah lebih rindu pada Arjuna belakangan ini ketimbang suaminya. Rasa rindu Sarah pada Arjuna lebih besar ketimbang rasa rindu nya terhadap sang suami-lebih tepatnya sekarang mantan suaminya.

Sarah sudah bercerai dengan Jeyan, dia tau itu. Mahesa yang terang-terangan memberitahu nya 1,5 bulan yang lalu. Kabar perceraian itu tentunya sangat memukul dirinya, terlebih lagi kabar itu Mahesa sampaikan setelah beberapa hari kematian calon putranya.

Sarah ingin marah, menangis, kecewa, kesal. Tapi ingat dia tidak bisa apa-apa. Cuma pasrah, karena jika dirinya melawan pasti yang kena sengsaranya juga Jeyan dan Arjuna.

Akan tetapi rasa kesal, sedih, marah, dan kecewa itu tak berlangsung lama. Seakan pulih perlahan-lahan, hari demi hari Sarah justru merasa biasa saja. Tak lagi merasa dirinya harus sedih atas berita perceraian dirinya dan Jeyan juga kematian calon putranya. Seperti ada rasa 'yasudah lah' biarkan semua yang lalu jadi tetap lalu.

Dan lagi, Sarah juga tak terpikir sedikitpun untuk kabur dan mencari bantuan. Entah dari ibunya sendiri atau polisi. Padahal jika mau Sarah bisa saja, bahkan punya banyak kesempatan besar karena Mahesa tidak pernah sama sekali mengurung nya secara ketat. Pria itu tidak pernah menyuruh satpam untuk mengunci gerbang ataupun pintu rumah, tidak juga pula sekalipun mengunci Sarah berhari-hari di kamar. Sarah leluasa di rumah ini.

Apa ini karena Mahesa dan Satya?

Apakah posisi Jeyan dan Arjuna telah tergantikan perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit tanpa sadar?

Entahlah Sarah sendiri pun juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Terkadang ia akui bahwa ia sedikit terlena dengan semua ini-keluarga barunya. Sampai lupa kalau pasti Jeyan dan Arjuna selalu menunggu nya pulang. Saat sadar bahwa dirinya terlena, ia hanya dapat menangis dalam diam seharian penuh dan membuatnya tak nafsu makan. Namun anehnya, besoknya dia langsung kembali ke mood yang semula-tidak merasa sedih.

Juju...mommy rindu padamu......

" Sarah " Mahesa menepuk pundaknya, membuyarkan lamunan nya.

Membuat wanita itu sedikit tersentak halus.

" I..Iya? "

" Jangan melamun. Kau kenapa, sayang? Ku lihat sejak pagi kau lebih sering melamun"

" Aku tidak apa-apa " Jawab Sarah pelan.

" Benarkah? Katakan saja, jika butuh atau ingin apapun katakan. Aku akan mencarinya untukmu "

Sarah langsung menoleh cepat ke arah sang suami. " Apapun? Aku boleh minta sesuatu?"

" Iya tentu. Katakan, kau ingin apa? "

" A..Arjuna. Aku ingin bertemu Arjuna! " Pinta Sarah.

Mahesa langsung terdiam. Tapi tak lama setelahnya ia mengangguk, menyetujui permintaan Sarah. " Iya tentu saja "

Terlihat raut bahagia terpancar.

Jika itu membuat Sarah bahagia maka Mahesa akan melakukannya. Namun pengecualian, jika dia ingin Jeyan maka sampai bersujud pun Mahesa tidak akan pernah mengabulkannya.

Mahesa tidak ingin Sarah menjadi milik lelaki busuk yang selalu berkata manis itu. Bahkan Mahesa tidak memberitahu Sarah keadaan sebenarnya tentang Jeyan-tentang hubungan gelapnya selama ini. Jika mau Mahesa bisa saja memberitahu Sarah detik ini juga, namun Mahesa tak ingin melihat wajah Sarah kembali bersedih.

With you or with him?[Heehoon][Jayhoon]✔Where stories live. Discover now