37. ✤

391 38 3
                                    

! Alur maju-mundur!
Jeyan: alur maju
Mahesa/Sarah: alur mundur

°°°°°°°

" Jey....makan ya? Sedikit saja. Jika terus-terusan seperti ini kapan kau akan sembuh? " Ucap Mirna yang sejak tadi membujuk Jeyan makan, sambil membawa semangkuk bubur.

Sementara Jeyan hanya diam saja. Diam membisu lebih tepatnya. Sudah 3 hari Jeyan seperti itu semenjak dia siuman dan mendengar berita tentang istrinya.

Dia masih kaget, syok, berduka, dan sedih. Bagaimana tidak.....mendengar kabar bahwa istrinya keguguran. Padahal ia maupun Sarah sangat menanti buah hati pertama mereka.

Jeyan ingin marah, kesal, ingin mengamuk sejadi-jadinya......tapi.....dia tidak berdaya. Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain meratapi nasibnya. Menangisi dirinya sendiri yang begitu lemah, tidak bisa melindungi istrinya dan calon putra mereka.

Maafkan aku Sarah....aku tidak berdaya.....

------
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
--------------

Seminggu kemudian.........

Pagi ini Sarah kembali mual-muntah lagi. Padahal biasanya ia tak seperti ini, mengingat usia kehamilan yang berada di bulan ke-6  seharusnya morning sickness Sarah tidak muncul lagi. Bahkan jikapun iya pasti tak separah ini.

Selain itu tubuhnya sangat lemas dan pucat, suhu tubuhnya juga meningkat dari biasanya.

Wanita itu kini hanya duduk lemas di lantai kamar mandi karena sudah tak kuat lagi menopang tubuh.

Sarah ingat betul saat-saat kehamilan awalnya. Ia sering mengalami morning sickness, sama seperti ini. Tapi bedanya dengan sekarang....dulu Jeyan yang selalu setia menemani Sarah kala ia mual-muntah di pagi hari, selalu memijat tengkuk Sarah. Tapi sekarang tidak lagi, sekarang sudah berbeda.

Sekarang bukan lagi Jeyan, sekarang suaminya adalah orang lain—Mahesa.

" Sayang, kita ke rumah sakit ya? Lihatlah kau pucat sekali, tubuh mu juga panas. Kau demam" Ucap Mahesa. Raut khawatir tercetak jelas di wajahnya melihat sang istri begitu memprihatinkan kondisinya.

Sarah menggeleng lemah. Tanda ia tak mau.

" Tidak ada penolakan. Kau butuh dokter segera. Ini bukan lah hal yang sepele. Kita ke rumah sakit sekarang " Mahesa tak gubris penolakan Sarah. Sudah jelas istrinya itu tidak dalam kondisi yang baik-baik saja jadi Mahesa tidak ingin berpikir panjang dan langsung membawa Sarah ke rumah sakit meski wanita itu menolak sekalipun.

Mahesa langsung menggendong Sarah menuju mobil. Awalnya Sarah masih sadar tapi ketika masuk mobil, kesadaran Sarah menghilang. Tentu membuat Mahesa panik.

" Mas...Jeyan....mas....Jeyan... " Sarah mengigau. Memanggil-manggil nama suaminya.

" Maafkan...aku...mas..."

Genggaman tangan Mahesa mengerat pada setirnya. Mendengar nama adiknya itu masih saja di sebut oleh istrinya.

---

With you or with him?[Heehoon][Jayhoon]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora