31. Kesedihan

5.7K 523 1.5K
                                    

"Bukan lagi tentang kesedihan, tapi bagaimana hidup tanpa berpikir untuk bahagia"

-Ayra Rafaella Maryam-

***
Malam harinya Ayra bergerak tidak nyaman dalam tidurnya karena sakit di bagian pinggangnya yang tak kunjung reda. Sepulang dari belanja, Ayra dibuat kewalahan dengan pinggang dibagian belakangnya mendadak sakit.

Beberapa kali Ayra mencoba mencari posisi ternyaman agar Ayra bisa menikmati tidurnya. Ayra rasanya sangat ngantuk, tapi karena rasa sakitnya yang sangat amat menganggu membuat Ayra tidak bisa memejamkan matanya.

Ayra bangun, mengusap dan sesekali memijat pinggangnya. Matanya menatap dua orang anak kecil yang tertidur pulas disampingnya.

Tangannya berusaha menggapai selimut yang sudah melorot, kemudian kembali menutupi bagian tubuh anak-anak itu yang terlihat kedinginan.

Tadi setelah memikirkan baik-baik keputusan yang akan diambilnya, Ayra memilih untuk mengajak dua anak kecil itu untuk pulang bersamanya.

Yah, Paul dan Paula.

Setelah Ayra berbicara sebentar dengan Paul dan Paula tadi, ternyata Paul dan Paula seorang anak yatim-piatu. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan akibat ledakan kereta api beberapa bulan yang lalu.

Paul dan Paula yang waktu itu sedang mencari kedua orang tuanya kini tersesat dan tidak tahu jalan kembali menuju ke rumahnya.

Sekarang disinilah mereka dengan kondisi yang sudah kehilangan arah, bahkan sekedar menghubungi kerabatnya mereka tidak bisa. Bahkan Ayra saja ketika berbicara dengan Paul yang sudah berstatus seorang kakak dari Paula pun kadang Ayra masih belum bisa mencerna maksud dari ucapan anak tersebut.

Perkiraan umur Paul enam tahun dengan Paula yang masih belia berumur tiga atau empat tahun. Sulit dipercaya anak seusia mereka harus melewati hari-hari yang cukup belum pantas diterima oleh mereka.

Ayra menggigit bibirnya saat pinggangnya kembali berdenyut, kenapa sakitnya kian bertambah?

Ayra berusaha menenangkan dirinya beberapa saat dengan tangannya yang tidak berhenti memberikan usapan kecil pada pinggangnya.

Setelah dirasa sakitnya mulai reda, Ayra kembali ingin melanjutkan tidurnya. Namun belum sempat kepalanya menyentuh bantal, isakan tangis dari seorang anak perempuan disampingnya kembali terdengar.

Ayra menegakkan tubuhnya, dan beralih menenangkan Paula yang sudah membuka matanya dengan menangis tersedu-sedu.

Hati keibuan Ayra turut merasakan kesedihan Paula yang kini tengah menatapnya dengan tatapan polosnya.

Ayra tidak bisa membayangkan kehidupan mereka yang telah mereka lalui sebelum-sebelumnya.

Tak terasa air mata Ayra kembali keluar saat menyaksikan Paula yang tangisnya tak kunjung reda.

"Paula kenapa hmmm? Ada yang sakit? Sini kakak liat mana yang sakit" Ayra menarik Paula agar lebih dekat dengannya dan mengusap naik turun punggung kecil Paula sembari sesekali mengecek bekas luka yang ada pada tubuh Paula.

Orang dewasa saja akan terus meringis jika lukanya seperti ini, apalagi Paula yang masih belia.

Kenapa ada orang yang tega berbuat seperti itu pada anak kecil yang tidak tahu menahu dan belum mengerti tentang keadaan?

Ayra memeluk Paula dengan bibirnya yang sesekali memberikan tiupan kecil pada siku Paula yang juga terluka.

Tangan satunya yang menganggur digunakan untuk mengusap punggung Paula agar Paula nyaman dan merasakan kenyamanan.

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu