10. Kejadian

6K 467 128
                                    

‼️BACA INFORMASI TERKAIT UPDATE DIAKHIR CERITA, BIAR NGGAK ADA KESALAHPAHAMAN LAGI‼️

***

Jika menyakitiku adalah jalan pelampiasan amarahmu, maka lakukan setiap hari. Aku siap menanggungnya.

-Ayra Rafaella Maryam-

***

"Baru satu bulan. Oh ralat, belum cukup satu bulan dan keadaan kamu sudah seperti ini" Ayra tersenyum kecil mendengar ucapan Aska, ada rasa senang ketika Aska mengatakan itu.

"Nggak kok mas, yang tadi murni kelalaian Ayra. Nggak ada sama sekali hubungannya dengan toko yang Ayra pegang sekarang."

"Ayra nggak sengaja melewatkan makan siang karena lupa, mungkin itu penyebab perut Ayra keram sakit kepala terus pingsan." sambung Ayra.

"Benarkah?" Tanya Aska.

"Iya mas" Jawab Ayra yang dibalas anggukan oleh Aska.

"Lain kali jangan merepotkan seseorang, lama saya mencari mu ke dapur karena kamu izin kesana, dan ternyata kamu disini"

"Maaf mas. Iya tadi Ayra izinnya ke dapur, tapi pas nyampe sana tiba-tiba kepala Ayra pusing lagi, jadi langsung ke kamar aja" Ucap Ayra menjawab rasa penasaran Aska.

Lama mereka sibuk berperan dengan isi kepala masing-masing sebelum Ayra menolehkan kepalanya ketika mendengar dehaman dari Aska.

"Iya mas?"

"Saya berharap kamu tidak lupa dengan kesepakatan kita beberapa bulan yang lalu" Ucap Aska memandang serius kearah Ayra.

"Dan satu lagi. Jika waktu itu telah tiba, lakukan sesuatu, seolah-olah perpisahan itu terjadi karena atas keinginan kamu"

Deg

Bagai di tusuk beribu pisau, hati Ayra hancur. Menghunus jauh kedalam dasar.

Ayra lumpuh dalam sekejap, atas kalimat bermakna sakit keluar dari bibir Aska yang duduk memandangnya tidak merasa bersalah.

Rasa senangnya beberapa menit yang lalu atas perhatian kecil yang diberikan oleh Aska, lenyap dalam waktu yang singkat.

Menyisahkan luka yang tak kunjung pulih, kembali merasakan sakit yang teramat menyesakkan.

'Hamba tak pernah menuntun mu agar suamiku selalu menatap ku dengan perasaan cintanya Yaa Rabb. Satu, ciptakan aku dengan segala bentuk kesabaranku. Agar kelak jika suamiku menyakiti ku, aku masih memiliki sebagian hati yang mampu menerimannya' Batin Ayra terisak.

Ayra mengangkat kepalanya, memandang teduh kearah Aska yang sedari tadi menunggu jawabannya.

"Ayra tidak akan lupa mas. Ayra masih tau diri untuk tidak hidup dalam lingkungan mas Aska. Sejatinya orang seperti aku tidak pantas bersanding dengan mas Aska." Arya menggigit bibirnya dalam usai mengatakan itu.

Dadanya berdenyut nyeri menatap Aska yang menatapnya dengan sorot mata yang tajam.

Ayra tersenyum kecil menangkap perubahan raut wajah Aska yang seketika berubah tegang. Mungkin Aska sedang bersorak gembira mendengar penuturan dari Ayra.

"Dan maafin Ayra, telah menjadi penghalang untuk mengejar cintanya mas Aska"

Kali ini pupil mata Aska yang seketika melebar. Apa ini? Apa Ayra tahu semuanya?

"Iya mas. Ayra tahu semuanya. Ayra juga manusia, Ayra tahu rasanya mencintai tanpa memiliki. Ayra tahu rasanya bersama namun tidak saling terikat dalam hati. Semuanya terjadi atas takdir Allah yang mempertemukan kita dengan tidak sengaja. Semua kejadian yang menimpa Ayra dan mas Aska murni skenario Allah."

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Where stories live. Discover now