19. Khawatir

4.9K 468 70
                                    

'Seharusnya aku sadar. Sesuatu yang dibangun dengan cara terpaksa, tidak akan pernah berakhir baik."

-Ayra Rafaella Maryam-

***
Setelah membaca surat dari Alisya hingga selesai, Aska menatap satu-persatu orang-orang di sekitarnya dengan bibir yang terus bungkam.

Kegelisahan didalam hatinya terbayarkan dengan hasil yang nyata.

Ternyata Alisya pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Aska kecewa dengan dirinya sendiri.

Disaat Alisya membutuhkan dirinya, Aska tidak berada disisinya, menemani masa sulitnya.

Bukan salah Alisya.

Ini murni Aska yang telah mengingkari janjinya untuk terus berada di sisi Alisya.

Ingin rasanya Aska berteriak, kenapa semesta terlampau jahat pada dirinya?

Apa tidak cukup dengan kejadian-kejadian buruk yang menimpanya selama ini? Kali ini kenapa harus dengan kepergian Alisya. Kenapa?

Aska masih butuh sosok itu, sosok yang selalu ada disetiap baik buruk keadaannya.

Masih banyak mimpi dan janji yang harus Aska dan Alisya jalani.

Aska menunduk, menopang kepalanya pada kedua lututnya lalu meremas rambutnya kuat.

Aska tidak sanggup.

Aska kehilangan.

'Kamu ingkar Alisya, kenapa?'

'Bahkan kita belum memulai, tapi kenapa kamu nyerah' Batin Aska.

Alisya benar-benar meninggalkan dirinya dengan segala mimpi buruknya.

'Aku akan selalu melihat dan memandangmu Aska'

"Bohong Alisya"Gumamnya yang tidak dapat didengar oleh orang lain.

"Sebaiknya kamu pulang dulu nak, kamu butuh sendiri buat nenangin diri kam–"

"Dimana Alisya selama ini, dan siapa yang menemaninya?" Potong Aska setelah lama berdiam.

"Tepat pada hari ulang tahun papa nya Alisya menghilang, bahkan kami orang tuanya sendiri nggak tahu nak. Alisya sembunyi dan sulit untuk ditemukan. Hingga satu bulan lebih dia ngirim surat yang dimana berisi menjelaskan semua keadaannya. Awalnya kami ragu, namun selang beberapa lama Alisya menghubungi kami lewat headphone, dan benar Alisya mengidap kanker serviks. Dia menjalani hari-harinya di London tanpa ingin kami ikut campur, setiap kali kami ingin membantu, selalu ada alasan agar kami tidak perlu repot kesana."

"Tante nggak tahu, seberapa melelahkan hidupnya. Kadang Tante bangga diwaktu yang bersamaan ketika mengingat semangat dan pemikirannya yang terus positif buat sembuh. Dia nggak mau orang disekitarnya merasakan sakitnya barang sedikitpun, maka dari itu dia memilih mengasingkan diri."

"Dan mereka adalah teman-teman Alisya yang berada di London. Cheryl dan giano, mereka yang menyaksikan perjuangan Alisya disana." Jelas mama Alisya sambil melihat kearah dua orang yang sedang duduk di kursi tepat bersebelahan di samping Aska.

Aska mengalihkan perhatiannya kearah dua orang yang sedang duduk di sebrang sana.

Seketika Aska iri.

Aska cemburu.

Kenapa bukan dirinya yang berada di samping Alisya saat itu?

Melihat mereka seolah mengantarkan perasaan kecewa yang tidak bisa di jelaskan.

Jarak Dan Waktu (TERBIT)Where stories live. Discover now