Relasi Rasa 28

1.7K 80 14
                                    

السلام عليكم

•••
Bagaimana mungkin mas menyenangkan hati istri mas harus pake syarat, bukan kah itu kewajiban yang harus mas laksanakan kepadamu.

~Gus Baihaqi Albara Kabir~

•••

Langit biru kini telah berganti menjadi semburat warna jingga yang bertebar di hamparan langit. Angin sore pun terasa lembut menyapa kulit.

Kali ini Ustadzah Liana yang sedang menyapu halaman depan Ndalem menolehkan kepalanya saat ada seseorang yang memanggilnya.

Terlihat dari tempat ia berdiri Ustadzah Liana melihat keberadaan Gus Haqi yang sedang bersender di pagar yang terbuat dari kayu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Humaira." Panggil Gus Haqi.

Ustadzah Liana menengok kan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang di panggil oleh suaminya, namun ternyata di sini tidak ada orang selain mereka berdua.

Gus Haqi menghela nafas sebentar lantas menghampiri istrinya, tapi sebelum itu ia menaruh terlebih dahulu bukunya ke meja yang berada di teras.

"Kenapa ngga di sahutin mas manggil hm?" Tanya Gus Haqi sembari menyingkirkan sapu serta serokan sampah.

"Gus manggil saya? Tapi kok saya denger tadi Gus manggil Humaira." Heran Ustadzah Liana.

"Humaira itu panggilan sayang mas ke kamu." Ucap Gus Haqi seraya membetulkan posisi hijab Ustadzah Liana yang menyingkap tertiup angin.

"Udah deh Gus, nggak manjur gombalannya tau!" Ucap Ustadzah Liana yang sebenarnya tersipu.

"Yakin hm?" Tanya Gus Haqi menggoda Ustadzah Liana yang tidak tahan lagi untuk tersenyum.

"Mending Gus Haqi pergi aja sana," ucap Ustadzah Liana mengusir.

"Yakin kamu ngusir saya ning, tapi nanti kamu kangen kalo saya pergi." Ucap Gus Haqi entah sejak kapan berubah menjadi sangat menyebalkan.

"Pergi gak atau mau saya pukul pake sapu hm?" Tanya Ustadzah Liana yang sudah mengambil ancang-ancang dengan sapunya.

"Niatnya mas tadi mau ngajak jalan-jalan sore, yasudahlah ngga jadi aja." Mendengar ajakan jalan-jalan Ustadzah Liana langsung antusias, ia mencekal tangan Gus Haqi yang sudah bersiap ingin pergi.

Gus Haqi memandang tautan tangan ia dengan Ustadzah Liana tak bisa lagi menyembunyikan senyumnya.

"Ada apa hm?" Tanya Gus Haqi menaikkan salah satu alisnya sembari tersenyum dan memandang lekat wajah sang istri.

"Jadi nggak jalan-jalannya?" Jawab Ustadzah Liana yang beralih menunduk tak berani melihat Gus Haqi.

"Ada syaratnya tapi mau gak?" Ucap Gus Haqi sembari mengulurkan jemarinya mengangkat dagu Ustadzah Liana agar tidak menunduk.

"Kok pake syarat sih Gus!" Gerutu Ustadzah Liana sedikit lesu.

"Pripun sayang? Gelem mboten hmm?" Mau ngga mau Ustadzah Liana menyetujui apapun syaratnya yang penting jalan-jalan.

"Iya-iya mau." Jawab cepat Ustadzah Liana.

"Syarate mesem dhisik sing manis." Ustadzah Liana pun tersenyum walaupun hanya sebentar.

"Masya Allah, Fabiayyi alaa irobbikumaa tukadzibaan bojone mas ayu nemen."

"Udah syaratnya itu doang? Itu bukan syarat namanya."

RELASI RASA [END]Where stories live. Discover now