Relasi Rasa 4

2.3K 132 2
                                    

السلام عليكم

•••

Sementara di sisi lain, Ustdzah Liana tengah membantu Umma Fidha membawa belanjaan usai Umma Fidha kembali dari pasar.

"Nak, Liana Umma minta maaf telah merepotkan mu," ucap Umma Fidha di sela berjalan nya menuju ke arah dapur.

"Tidak masalah Bu Nyai-"

"Panggil Umma saja ya Nak," sela Umma Fidha.

Ustdzah Liana tersenyum yang membuat matanya ikut tersenyum, ia mengusap pundak Umma Fidha, "Tidak masalah Umma, bukannya sesama manusia harus saling membantu, benar Umma?"

Lantas Umma Fidha ikut tersenyum, sembari mengelus pipi ustazah Liana, "Benar sayang."

"Oh ya Umma ini Liana taruh dimana ya sayurnya?" Tanya Ustadzah Liana pada Umma Fidha yang hendak mencuci beras.

"Taruh di meja makan saja Nak," ucap Umma Fidha memberi tahu.

Ustdzah Liana pun mengangguk lalu beranjak melangkah ingin menaruh semua sayur yang berasa di tas belanja ke atas meja, kala ingin mendekati Umma Fidha untuk pamit tak sengaja Ustadzah Liana mendengar Umma Fidha yang tengah meringis lalu bergumam astaghfirullah.

"Umma kenapa?" Tanya Ustadzah Liana saat sudah berada di samping Umma Fidha.

"Nggak apa-apa Nak Liana, hanya saja jari Umma kemarin terkena pisau dan Umma lupa untuk mengobati nya sehingga sedikit perih ketika bersentuhan dengan air," jelas Umma Fidha lalu tersenyum hangat, bukannya tenang ustdzah Liana dibuat khawatir karena senyuman Umma Fidha itu.

"Astaghfirullah Umma, boleh Liana melihat lukanya?" Tanya Ustadzah Liana yang dibalas anggukan pelan dari Umma Fidha.

Lantas Ustdzah Liana mengambil pelan tangan dan melihat goresan luka pada telunjuk kanan jari Umma.

"Ya Allah Umma ini lukanya lumayan dalam, biar Liana obatin dulu ya Umma?" Tanya Ustadzah Liana dengan raut khawatir dan tidak tega melihat luka yang menghiasi jari sang istri pemilik pondok itu.

"Tidak usah Nak, Umma baik-baik saja." Ucap Umma Fidha memenangkan Ustdzah Liana yang menatapnya sendu bercampur rasa khawatir.

"Yasudah kalau begitu, biar Liana saja yang melanjutkan cuci berasnya aja ya Umma," ucap Ustdzah Liana ingin mengambil alih pekerjaan Umma Fidha.

Tanpa mendengar jawaban Umma Fidha, ustdzah Liana langsung saja mencuci beras di saksikan Umma Fidha yang menatap dalam Ustdzah Liana.

Di sela-sela kegiatan mencuci beras, Ustadzah Liana menoleh menatap Umma Fidha yang tengah memandang dirinya sambil tersenyum.

"Umma kenapa liatin Liana?" Tanya Ustadzah Liana yang salah tingkah dengan kepalanya yang selalu setia menunduk.

"Tidak apa-apa Nak," seru Umma Fidha dan dibalas anggukan serta senyum tipis Ustadzah Liana.

"Umma duduk saja ya, biar kali ini izinin Liana membantu memasak ya Umma," ucap Ustdzah Liana dengan mata yang masih memandang ke arah lantai dengan harap takut yang sudah berani lancang berbicara seperti itu.

Umma Fidha mengulurkan tangannya mencekal dagu ustdzah Liana agar menenggakkan kepalanya, Ustadzah Liana sempat tersentak namun sesegera mungkin ia sembunyikan rasa terkejutnya.

"Janganlah menunduk, kenapa Nak Liana menunduk hm? Jangan merasa takut pada Umma-"

"Tapi Liana sudah berani lancang berbicara seperti itu Umma," sela Ustdzah Liana memotong ucapan Umma Fidha.

"Maaf Umma Liana nggak bermaksud memotong ucapan Umma, maaf," sambung Ustadzah Liana saat sadar telah memotong ucapan Umma Fidha dengan cepat ia meminta maaf atas ke tidak sopanannya itu.

Umma Fidha terkekeh pelan, lalu megusap pipi putih mulus ustdzah Liana, "Umma maafin, tapi jangan pernah menunduk lagi sama Umma ya, tenang Umma ngga gigit kok," canda Umma di akhir ucapannya.

"Baik Umma, oh ya Umma ini mau masak apa ya?" Tanya Ustadzah Liana mengingat bahan yang akan dimasak ialah bahan membuat rendang.

"Umma ingin memasak makanan favoritnya Haqi yaitu Rendang. Tapi di karenakan jari Umma luka mungkin Umma akan memasak yang mudah saja dari pada nanti Umma merepotkan Nak Liana lagi," jelas Umma masih mengusap pipi ustazah Liana sayang.

"Tidak Umma, tadi kan Liana meminta izin Umma untuk membantu masak, jadi apa boleh Liana saja yang membuat rendangnya? Maaf jika Liana lancang Umma."

"Dengan senang hati Umma mengizinkan kamu."

"Baiklah kalau begitu Umma, bentar ya Liana mau naruh beras ini ke rice cooker dulu," ucap Ustdzah Liana yang diangguki Umma Fidha.

Umma Fidha lalu beranjak melangkah ke arah meja makan, dan mendudukkan tubuhnya dikursi. Beberapa detik kemudian setelah Umma Fidha duduk Ustdzah Liana kembali mendekat ke arah meja makan dan membawa semua belanjaan untuk ia bawa ke wastafel.

Perlahan ia mencuci terlebih dahulu sayuran, lalu menghaluskan bumbu untuk memasak Rendang. Umma Fidha yang sedang memandang Ustdzah Liana telaten memasak itu tersenyum lebar.

"Masya Allah." Gumam Umma Fidha lalu melanjutkan acara memandangnnya.

🧕👳

Ustdzah Liana telah selesai memasak Rendang, lantas ia menaruh masakannya itu kedalam mangkuk yang sudah tersedia.

Tak lupa dengan gorengan ikan serta bakwan jagung yang ia buat, setelah itu ia menyusun nya dengan rapi di atas meja makan. Ia tersenyum puas dengan hasil masakannya yang ia rasa cukup enak.

Umma Fidha yang baru saja kembali dari kamarnya terlihat tersenyum lebar melihat banyak aneka masakan yang telah dibuat Ustdzah Liana.

"Masya Allah kamu yang masak ini semua, Nak?" Tanya Umma Fidha dengan mata berbinar, Ustdzah Liana hanya mengangguk pelan.

"Maaf Umma jika nanti rasa masakan Liana tidak enak,"

"Kamu ngomong apa sih, dari baunya saja ini harum loh," sanggah Umma Fidha.

"Syukron Umma, kalau begitu Liana pamit ya Umma, bentar lagi memasuki waktu Dzuhur.

Umma Fidha menggeleng tidak setuju, "Tidak Nak, kamu disini saja ya kita makan bareng. Umma ingin berterima kasih sama kamu yang rela memasak buat Umma jadi tolong mau ya?" Tanya Umma Fidha berharap.

Melihat wajah berharap Umma Fidha dan Karena tidak ingin mengecewakan Umma Fidha dengan berat hati ia mengangguk. Walaupun jauh di lubuk hatinya ia sedikit tidak enak jika bersanding dengan keluarga Ndalem.

🧕👳

Wassalamu'alaikum

Lanjut atau nggak nih? Komen dong🥰

Tbc.....

RELASI RASA [END]Where stories live. Discover now